The Power Of Qalbu QLS Module Series Ada pengalaman menarik ketika, suatu saat pernah diundang untuk memberikan pelatihan hypnotherapy di sebuah perusahaan herbal. Sebelum acara itu dimulai, saya sudah bertanya tentang adanya kemungkinan terjadi mental block dari peserta karena perusahaan ini mempunyai latar belakang kultur islam yang kuat dan disamping itu isu tentang hypnosis yang sampai saat ini masih menjadi kambing hitam, oleh para pelaku kejahatan ilmu jin atau gendam.
Saat itu panitia mengatakan, bahwa mereka adalah para professional yang open minded dan ingin mengetahui lebih dalam tentang hypnosis, sekaligus untuk meluruskan pemahaman yang mungkin salah selama ini. Saat acara pelatihan berlangsung di sebuah hotel di Jakarta selatan, ternyata mendapatkan antusias respon yang cukup baik dan para peserta mau bekerja sama secara aktif, terutama ketika memasuki sesi praktek. Hanya ada satu orang, yang dari awal pelatihan, terus meng-Counter pernyataan saya, dan cenderung mencari celah untuk melontarkan sanggahan. Sayapun tersenyum, dan mengatakan di depan kelas saya tahu anda semua sangat tertarik dengan ilmu ini dan ingin belajar lebih banyak lagi, namun kita di batasi waktu yang sempit, untuk itu saya bersedia berdiskusi dengan apapun pertanyaan anda, setelah sesi pelatihan ini selesai, dan untuk saat ini saya mohon kesabarannya, karena akan meneruskan pelajaran ini sampai selesai, apakah anda setuju????? dan jawaban serempak setujupun bersambut, dan kali ini saya tidak mendengar sayup-sayup tidak setuju, yang sebelumnya hadir ditengah suara mayoritas setuju. Setelah acara selesai, sambil menikmati snack yang di hidangkan panitia, saya melayani pertanyaan dan diskusi dengan para peserta, sayapun menunggu peserta favorit saya, yang dari awal selalu berusaha menentang setiap pernyataan. Dan akhirnya peserta ini hadir juga, sebut saja namanya pak Rudi (bukan nama sebenarnya). Pak Rudi kemudian berkata pak, sebenarnya semua yang diajarkan bapak tadi, ada semua dalam Islam, jadi tidak ada yang baru pak Rudi ini rupanya seorang ustadz dan hapal sekali banyak ayat Al-Quran. Sayapun kemudian menjawab wah, Al-Hamdulillah saya mau belajar tuh pak, apakah langkah dan manfaatnya bisa lebih bagus dibanding yang sudah kita praktekan bersama tadi? , pak Rudipun menjawab bukan begitu maksud saya, semuanya ada hanya belum terkemas dengan lengkap seperti yang diajarkan tadi? ooh begitu ujar saya, menurut pak Rudi, ilmu yang saya ajarkan tadi apakah anda manfaatnya? pak Rudi pun berkata dengan jujur sebenarnya ilmu tadi luar biasa, Cuma seperti saya bilang tadi Hypnosis itu khan ilmu barat, padahal harusnya ilmu ini ada dalam islam. Dari diskusi yang kami lakukan, barulah saya sadar yang dia tolak bukan saya atau isi ilmunya, tapi yang ditolak adalah nama dan sumbernya. Pak Rudi pun menyarankan saya untuk memberikan nama baru dan mengambil dalil Al-Quran lebih banyak, bahkan dia siap membantu. Percakapanpun diakhiri dengan berjabat tangan dan saling mengucpakan maaf dan sayapun berjanji untuk mencari dali Al-Quran & Al-Hadist dalam pengembangan ilmu ini selanjutnya. Kisah diatas mungkin hanya sebuah kisah sederhana, namun sampai hari ni saya merih merenungi kisah yang sudah 3 tahun berlalu itu. Sayapun menghubungkan kejadian itu dengan banyak kejadian dalam hidup, dan mendapatkan kesimpulan, bahwa ada salah satu indra kita yang men-supply rekomendasi respon pada pikiran sadar untuk bersikap atau bertindak. Dan yang menarik, terkadang pikiran sadarpun tidak sadar bahwa dirinya sedang di sabotase oleh indra ini. Mari kita kaji ulang kejadian diatas, pak Rudi dari awal masuk bahkan mungkin hari sebelum pelatihan dilakukan, telah memasukan kode tertentu pada salah satu indranya untuk memberikan rekomendasi tindakan perlawanan dalam bentuk yang paling mungkin dilakukan, tanpa perduli apapun isi materinya. Yang menarik, pikiran sadarnya memahami bahwa materinya bagus namun ada salah satu bagian kecil dari materi ini, yang diperbesar gambar dan suaranya, sehingga menjadi dominant mewakili tindakannya. Ini mirip sekali dengan orang yang tahu merokok itu berbahaya, bahkan banyak diberitakan, namun tetap saja merokok, tanyakanlah pada mereka apakah mereka ingin sehat? Mereka tentu akan menjawab iyah, namun kalau ditanya kenapa masih merokok, mereka akan membingkai ulang, bahaya merokok, biasanya dengan mengatakan merokok tidak merokok, khan mati juga atau yang tidak merokokpun berpotensi mati muda dll. Yang menarik adalah banyak dari mereka yang perokok berat, mengatakan sulit sekali berpisah dengan rokok walau apapun yang terjadi., namun mendadak mereka bisa berhenti merokok di siang hari saat bulan Ramadhan, tanpa banyak alasan. Padahal bila di bulan biasa, dipaksa berhenti merokok di siang hari, mereka akan mengeluh asam, pusing, sakit leher dll. Kedua kisah diatas dan banyak kisah lain, membawa saya pada perenungan kembali, tentang fenomena pikiran. Tidakkah kita diberikan indra yang sama? mengapa prilaku orang berbeda-beda, bagaimana sebenarnya pikiran kita bekerja? Sayapun mencoba membuka kembali buku dan kajian hadis, mengikuti saran dari pak Rudi, dan sampailah pada satu hadist yang sudah saya sering dengar yang berbunyi : "Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qalbu." (HR. Bukhari - Muslim) Kemudian saya mengkaji lagi ayat-ayat tentang Qalbu atau hati, guna meneliti letak posisi yang tepat. Karena walaupun tidak menguasai bahasa arab, saya yakin yang dimaksud Qalbu ini, bukanlah hanya hati yang secara phisik berada di area dada kita tapi juga sebuah indra yang berbolak-balik (menurut bahasa Arab dan ini berarti tidak tetap). Sayapun kemudian membandingkan dengan ilmu pengembangan diri yang saya pelajari, seperti Psychology gestalt, Coaching, Hypnosis, NLP dll. Dari perbandingan itulah, walaupun saya belum menemukan dimana tepatnya posisi Qalbu dalam tubuh kita, namun saya menyimpulkan bahwa sebelum kita bertindak, telah terjadi dialog atau komunikasi antara pikiran dan Qalbu. Pikiran sadar ini bisa memasukan banyak program dalam Qalbu dan akan memberikan program itu bila diminta oleh pkiran sadar. Qalbu kita sangat pintar, dia bisa merancang dan memvariasikan berbagai macam program yang ada, tapi tidak bisa menemukan program baru diluar program yang ada, tanpa ada input dari pikiran sadar. Sebaliknya pikiran sadar walau terlihat lebih rasional dan pintar, tapi otak sebenarnya ada pada Qalbu, dan terkadang pikiran sadar tidak sadar bahwa dirinya sedang memainkan program tertentu yang dimainkan Qalbunya. Kondisi diatas mirip manusia dengan komputer, kita bisa memanggil program Excell, power point atau ms Word, karena programnya telah diinstal oleh kita. Namun komputer tidak pernah bisa memainkan program yang belum diinstal. Dan celakanya saat kita tidak sengaja memasukan virus, maka program yang terkena virus akan memainkan program yang kacau. Dan bila ini terjadi, kita hanya bisa memasukan program anti virus dan membiarkan anti virus ini untuk mengobati virus yang ada, dalam hal ini biarkan software membenahi software. Perbedaan dengan manusia, kita tidak bisa melakukan install ulang saat virus sudah masuk dalam Qalbu kita. Semuanya harus dengan anti virus. Perbedaan lagi, dengan komputer adalah, kita lebih sering berada dalam posisi sadar untuk memencet tombol guna memerintahkan komputer memainkan program tertentu, sedangkan dalam manusia, terkadang pikiran sadar, tidak sadar bahwa dia telah memerintahkan program tertentu pada Qalbu kita, misalnya dengan bahasa tubuh, perkataan dalam hati, dan lisan kita. Itulah makanya kita bisa merasakan tidak diterima saat bertamu, karena ada gerak tubuh yang tidak selaras dengan keramahan dari yang dikunjungi. Nah, konsep diatas bisa menjawab kasus pak Rudi dan kasus orang yang merokok. Pikiran sadar pak Rudi tidak sadar bahwa dirinya sedang memainkan program tidak suka terhadap judul materi dan ini terus di komunikasikan, yang menghasilkan perintah, sementara pikiran sadarnya ingin terus memperhatikan materi, akibatnya sepanjang pelatihan terjadi perdebatan sengit antara Qalbu dan pikiran sadarnya. Begitu juga dengan orang merokok, karena ke tidak sinkronan menyebabkan perdebatan, yang bisanya bila dipaksakan berhenti merokok, Qalbu akan memerintahkan bagian dari tubuh lain untuk memberikan isyarat protes, misalnya dengan pusing, mulut terasa asem dll. Lalu bagaimana dengan puasa di Ramdahan, kenapa bisa berhenti merokok. Ini karena Qalbu telah di program oleh pikiran sadar bahwa Puasa mempunyai nilai lebih tinggi untuk diutamakan dibanding merokok dan saat Ramadhan pkiran sadar begitu sadarnya untuk tidak memainkan perintah merokok. Itulah makanya kita dilarang sengaja membatalkan puasa tanda ada uzur, karena dengan begitu kita telah merendahkan nilai puasa dalam Qalbu dan telah terbentuk program baru. Ini berakibat, kalu suatu saat kita membatalkan puasa, kita bisa melakukannya tanpa rasa bersalah. Dalam seri tulisan berikutnya, saya akan menuliskan penemuan saya tentang Qalbu leverage system (QLS) dan bagaimana QLS bisa membantu menyembuhkan phobia, sakit yang berhubungan dengan syaraf, membantu penjualan, manajemen bisnis dll. Untuk itu saya berharap mendapatkan respon atau komentar mengenai tulisan ini, guna melengkapi konsep pengembangan diri islami yang sedang saya rancang. Semoga bermanfaat Have a great life Ari winarman --------------------------------- For ideas on reducing your carbon footprint visit Yahoo! For Good this month. [Non-text portions of this message have been removed]