salam. berikut adalah tulisan saya yang dimuat di koran pelita tahun lalu... 12. MEMINTA MAAF Berdosa dan berbuat salah merupakan sifat manusiawi tiap orang. Siapapun orangnya, dalam kehidupan sehari-harinya, baik secara sadar maupun lengah, pasti ia pernah atau bisa jadi sering melakukan dosa. Rasulullah bersabda, "Semua anak Adam adalah pendosa, dan sebaik-baiknya pendosa adalah mereka yang bertaubat" (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi). Manusia berdosa kepada Allah Ta'ala atas kelalaiannya menunaikan shalat, malas membaca al-Quran dan mempelajari ilmu agama, berlaku riya' dalam melakukan amal ibadah, atau lupa mensyukuri nikmat dan pemberian-Nya. Ia juga berdosa karena memutuskan tali silaturahmi saudaranya, bersikap acuh tak acuh terhadap kesusahan yang dialami tetangganya, enggan menolong orang yang tertimpa musibah, sering menggunjing kejelekan orang lain, bersikap merusak terhadap alam lingkungan, menendang kucing yang sedang beristirahat di pinggir jalanan, tidak menepati janji, atau berdusta. Dan masih banyak lagi dosa-dosa lainnya. Dosa-dosa yang diperbuat manusia, ada kalanya merupakan haq Allah (kesalahan terhadap Allah Ta'ala), dan ada kalanya merupakan haq adamy (kesalahan terhadap sesama manusia). Dosa terhadap Allah Ta'ala memerlukan pertobatan. Bertaubat artinya menyesali kesalahan yang telah kita lakukan, dan bertekat untuk tidak mengulanginya, seraya memperbanyak memohon maaf dan ampunan kepada-Nya. Adapun dosa itu berkaitan dengan hak manusia, selain memerlukan pertobatan, maka harus disertai permintaan kerelaan kepada orang yang dizhalimi, serta berupaya mengembalikan hak yang terampas darinya. Al-Bukhari meriwayatkan Hadis dari Shahabat Abi Hurairah, bahwasanya Nabi Muhammad pernah bersabda, "Siapa saja yang menganiaya saudaranya, baik penganiayaan atas prestise (harga diri)-nya, maupun materi (pisik), maka hendaknya ia meminta kehalalan sebelum Hari di mana dinar dan dirham tidak ada lagi (yaitu Hari Kiamat). Kalaulah ia memiliki amal shaleh, maka pahalanya diambil darinya sebesar kezhaliman yang dilakukannya, dan kalaulah ia tidak memiliki pahala, maka dilimpahkan kepadanya dosa-dosa (orang yang dizhaliminya)" Sebisa mungkin kita memperbanyak istighfar, ujar Kyai Achid, Lha wong Rasulullah yang dalam Surat al-Fath ayat 2 dijelaskan sudah memperoleh pengampunan dari Allah Ta'ala atas dosa-dosa, senantiasa membaca istighfar dan memohon ampun kepada Allah sebanyak seratus kali setiap hari (HR. Muslim). Beliau juga tidak segan untuk meminta maaf kepada orang yang tanpa disengaja terzhalimi oleh beliau. Jamaah pengajian mendengarkan penjelasan dari kyai dengan seksama. Orang mati dikubur hanya dengan dibalut kain kafan, sementara semua harta yang dikumpulkannya selama hidup ditinggal dan menjadi milik ahli warisnya. Kyai menghela napas, Pada hari Kiamat nanti semua orang dibangkitkan dari alam kubur tanpa memiliki uang sepeserpun. Rumah, perusahaan, kendaraan, dan semua hartanya sudah tidak ada lagi. Mereka bahkan tidak lagi mengenakan pakaian. Padahal di depan pengadilan Allah Yang Maha Adil, dia harus siap-siap menerima tuntutan dari orang-orang yang pernah dizhaliminya di dunia. Jamaah pengajian terpaku. Kesalahan dan dosa yang ada di antara manusia, hanya dapat ditebus dengan memberikan pahala orang bersalah kepada orang yang dizhaliminya. Atau pelimpahan dosa dari orang yang dizhalimi kepadanya sambung kyai Achid, Kecuali jika kesalahan itu sudah dimaafkan. Jadi, kalau kita sudah meminta maaf, maka kita tidak akan dituntut lagi di akhirat? Tanya kang Shabir. Ya, kita tidak akan dituntut lagi jika orang yang kita zhalimi telah ikhlas memaafkan kita. jawab kyai. Jamaah menganggukkan kepala tanda paham. Dalam benak masing-masing tersirat keinginan untuk segera menemui orang-orang yang telah dizhaliminya untuk meminta maaf. Dan untuk meminta maaf, kita tidak usah menunggu lebaran. Kapan saja kita berbuat salah, segeralah kita meminta maaf. Jelas kyai. 13. MEMBERI MAAF Menariknya, kata kyai Achid, Ternyata di dalam al-Quran, tidak ditemukan satu ayat pun yang memerintahkan manusia untuk meminta maaf. Yang ada justru perintah memberi maaf. Misalnya firman Allah Ta'ala dalam Surat al-Araf ayat 199, "Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh". Lho, kok?! kang Jamil terheran, Bukankah Kyai telah menerangkan bahwa kita harus meminta maaf kepada semua orang yang telah kita zhalimi? Perintah meminta maaf banyak terdapat dalam Hadis-hadis sebagaimana penjelasan yang telah saya sampaikan. Jawab kyai, Ketiadaan perintah meminta maaf dalam al-Qur`an, bukan berarti yang bersalah tidak diperintahkan meminta maaf, ia tetap wajib memintanya. Al-Qur`an mengajarkan kita moral yang lebih luhur, yaitu agar manusia berakhlak mulia dan berlapang dada memaafkan kesalahan saudaranya. Kyai Achid melanjutkan penjelasannya, Al-Quran mendidik kita agar selalu berbuat baik kepada semua orang, termasuk orang-orang yang berbuat zhalim dengan cara memaafkan mereka. Wah, bukankah kesalahan orang merupakan investasi pahala kita di akhirat, sahut lik Sulaiman, Di mana setiap kesalahan orang terhadap kita, akan diganti dengan pemberian pahala mereka untuk kita, atau dengan pengalihan dosa kita kepada mereka? Ya betul apa yang sampeyan katakan jawab kyai Achid, Memang ada kesan bahwa memaafkan kesalahan orang tidak memberikan keuntungan kepada kita, karena kita tidak akan mendapatkan kompensasi pahala dari orang-orang yang pernah menzhalimi kita saat di dunia. Kyai Achid melanjutkan penjelasannya, Namun Allah memberikan balasan yang lebih besar bagi orang yang mau memaafkan kesalahan saudaranya, yaitu ampunan atas dosa-dosanya. Dalam Surat al-Nur ayat 22 Allah berfirman: Hendaknya mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu?! Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ehm, Bukankah dosa terhadap manusia hanya bisa diampuni Allah jika ia telah memaafkannya? tanya kang Jamil. Iya, betul apa yang sampeyan katakan. Tanggap kyai Achid, Allah Taala hanya mengampuni dosa seseorang ketika orang yang dizhaliminya telah memaafkan. Namun demikian, Allah bisa mengambil alih tanggung jawab dosa orang yang dikehendaki-Nya. Mereka yang ingin menuntut balas kepada orang yang telah diambil alih dosanya oleh Allah, akan berurusan langsung dengan Allah Maksudnya bagaimana, Kyai? sahut kang Shabir. Allah bisa memberi mereka pahala sebanding dengan dosa yang dilakukan oleh orang itu. Sehingga mereka puas telah mendapatkan pahala dari Allah atas kesalahan yang dilakukan oleh orang itu, sementara orang itu juga beruntung telah mendapatkan ampunan dari Allah dan pembebasan dari semua kesalahan yang pernah dia lakukan kepada orang lain. Wah, beruntung sekali menjadi orang yang pemaaf gumam lik Sulaiman. Jamaah pengajian manggut-manggut, seakan mengiyakan lik Sulaiman. (Andi Rahman AK said: mohon maaf lahir dan batin)