Menyembuhkan Kepedihan

By: Muhamad Agus Syafii

Tidak semua kehidupan keluarga sempurna, utuh dan langgeng. Adakalanya 
kenyataan pahit kehilangan orang yang kita cintai karena perceraian atau 
kematian terjadi tanpa bisa menghindarinya. Kehilangan sesuatu yang berarti 
dalam hidup kita tentunya menimbulkan kepedihan, apa lagi kehilangan seseorang 
yang kita cintai dan kita harapkan, bahkan seluruh hidup kita bergantung pada 
kehadirannya maka rasa duka yang mengiringi kepergiannya terasa amat berat dan 
tak terhapuskan. Setiap kenangan dan benda mengingatkan kita kepada orang yang 
kita cintai membuat luka hati menganga kembali dan rasa sakit menyayat, terasa 
begitu sangat perih. Sejauh mana kenangan itu tersimpan tergantung hubungan 
kita dengan orang yang pergi itu. Cinta yang mesra menimbulkan kenangan manis 
sedangkan hubungan yang penuh pertengkaran atau penghianatan menimbulkan 
kebencian yang membara dan setiap benda, tempat, orang dan masalah yang 
berkaitan dengan orang itu menimbulkan kenangan pahit.

Apa yang kita pernah alami entah itu baik ataupun buruk, manis ataupun pahit, 
tentu saja akan membuat kita menjadi teringat meski hal itu sudah berlangsung 
lama. Kenangan akan sesuatu adalah bagian memori kita yang cepat atau lambat 
akan berlalu karena perasaan apapun yang anda miliki boleh saja, bukan semata 
masalah itu benar atau salah. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana 
menyembuhkan kedukaan dan menggunakan kenangan yang terlintas dalam pikiran 
anda terhadap orang yang telah meninggalkan anda untuk hal-hal yang positif dan 
tidak merusak diri anda sendiri. Proses kedukaan yang terjadi setelah 
kehilangan adalah sebagai berikut.

Pertama, Penolakan. Kita cenderung menolak untuk mengakui perpisahan, 
perceraian atau kematian yang terjadi pada orang yang kita cintai. 'Tidak 
mungkin ini terjadi pada diriku, ini tidak mengganggu saya, kami hanya berpisah 
tempat.

Kedua, Marah. Menyalahkan diri sendiri, orang lain bahkan menyalahkan Allah 
Subhanahu Wa Ta'ala atas kejadian yang menimpa dirinya. Marah membutuhkan 
sasaran. Marah adalah peraaan merupakan wujud reaktif dari kekecewaan.

Ketiga, Tawar menawar. Membuat keadaan sedemikian rupa sehingga tidak perlu 
menghadapi atau menerima kenyataan yang ada. Misalnya merasa diri sakit atau 
tidak berdaya sehingga orang lain memaklumi keadaan selanjutnya.

Keempat, depresi. Kurang tenaga untuk memulihkan keadaan, rasa bersalah, marah 
yang dipendam. 'Aku harus..' Dia seharusnya..' Kenapa mesti terjadi pada diriku 
seperti ini..'

Kelima, Menerima dengan ikhlas. Menerima dan mengakui kenyataan apa yang 
sebenarnya terjadi bahwa semua itu adalah ketetapan Allah yang harus dilalui 
dengan penuh syukur sekalipun hal itu pahit untuk dijalani dalam hidup. Sikap 
menerima dengan ikhlas inilah yang mampu menyembuhkan kedukaan.

Hendaknya dibedakan menerima dengan ikhlas dengan menyerah pasrah, menerima 
dengan ikhlas adalah menerima keadaan dengan bersedia mengakui kenyataan yang 
ada wujud kasih sayang Allah kepada kita, hal itu membuat kita menjadi tidak 
marah kepada siapapun dan apapun, mengatasi keadaan, berusaha mencari jalan 
keluar dari kesulitan dan hambatan yang terjadi karena kehilangan tersebut. 
Sedangkan menyerah pasrah adalah menerima keadaan yang terjadi dengan perasaan 
terpaksa, putus asa, merasa tidak berdaya dan tidak berusaha mencari jalan 
keluar dari kesulitan yang ada. Bersikap pasif dan masa bodoh, menerima nasib 
tanpa berjuang untuk memperbaikinya.

Setelah menerima dengan ikhlas yang terpenting mendekatkan diri kepada Allah 
dengan berdoa. Berdoa adalah curhat kepada Allah, dengan berdoa, anda mengurai 
perasaan luka dihati, ketidakberdayaan, kesedihan, kekecewaan, harapan dan 
menyerahkan diri secara total kepadaNya. demikian beban berat yang anda rasakan 
akan menjadi lebih ringan. Itulah sebabnya doa sangat menolong anda untuk 
menyembuhkan kepedihan karena Allah yang Maha Pengasih tidak akan pernah 
membiarkan anda berjalan dalam kesendirian dan kesepian. "Cukuplah Allah 
menjadi penolong bagi kami dan Dialah sebaik-baiknya pelindung. (QS. Ali Imran 
:173)
--

Sahabatku, aminkan doa ini memohon kepada Allah menghilangkan kepedihan hati 
kita menjadi bahagia. "Inna tawakaltu ‘alal hayyil ladzi la yamutu, la hawla 
wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adhim.”Sesungguhnya aku berserah diri 
kepada yang Maha Hidup yang takkan pernah mati. Tiada daya upaya dan kekuatan 
kecuali dengan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung."

Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
--
Yuk, ikutan menjadi relawan di Rumah Amalia & hadir pada kegiatan "Salam Untuk 
Rumah Amalia" (MULIA) Minggu, 17 Maret 2013. Jam 9.sd 12 siang di Rumah Amalia. 
Bila berkenan berpartisipasi Baju Baru, paket sembako, peralatan sekolah, 
perlengkapan sholat, buku bacaan, konsumsi. Kirimkan ke Rumah Amalia Jl. 
Subagyo IV blok ii, No. 24 Komplek Peruri, Ciledug, Tangerang 15151. Dukungan & 
partisipasi anda sangat berarti bagi kami. Info: agussya...@yahoo.com atau SMS 
087 8777 12 431, http://agussyafii.blogspot.com/


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke