Bentuk perbuatan syirik pada akhir zaman

 

Ya Nabi salam alaika
Ya Rasul salam alaika
Ya Habib salam alaika
Shalawatullah alaika

Mereka mengatakan bahwa mayortitas kaum muslim telah rusak karena memperingati 
Maulid Nabi

Jika seseorang atau suatu kaum beranggapan mayoritas kaum muslim telah rusak 
maka sesungguhnya mereka sendri yang rusak

حَدَّثَنَا 
عَبْدُ 
اللَّهِ بْنُ 
مَسْلَمَةَ 
بْنِ 
قَعْنَبٍ 
حَدَّثَنَا 
حَمَّادُ 
بْنُ 
سَلَمَةَ 
عَنْ 
سُهَيْلِ 
بْنِ أَبِي 
صَالِحٍ عَنْ 
أَبِيهِ عَنْ 
أَبِي 
هُرَيْرَةَ 
قَالَ قَالَ 
رَسُولُ 
اللَّهِ 
صَلَّى 
اللَّهُ 
عَلَيْهِ 
وَسَلَّمَ ح و 
حَدَّثَنَا 
يَحْيَى بْنُ 
يَحْيَى 
قَالَ 
قَرَأْتُ 
عَلَى 
مَالِكٍ عَنْ 
سُهَيْلِ 
بْنِ أَبِي 
صَالِحٍ عَنْ 
أَبِيهِ عَنْ 
أَبِي 
هُرَيْرَةَ 
أَنَّ 
رَسُولَ 
اللَّهِ 
صَلَّى 
اللَّهُ 
عَلَيْهِ 
وَسَلَّمَ 
قَالَ إِذَا 
قَالَ 
الرَّجُلُ 
هَلَكَ 
النَّاسُ 
فَهُوَ 
أَهْلَكُهُمْ

Telah menceritakan kepada kami `Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab; Telah 
menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Suhail bin Abu Shalih dari 
Bapaknya dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam 
bersabda: Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan 
kepada kami Yahya bin Yahya dia berkata; Aku membaca Hadits Malik dari Suhail 
bin Abu Shalih dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 
`alaihi wasallam bersabda: Apabila ada seseorang yang berkata; `Celakalah 
(rusaklah) manusia', maka sebenarnya ia sendiri yang lebih celaka (rusak) dari 
mereka. (HR Muslim 4755)

Andaikan memperingati Maulid Nabi adalah perkara yang rusak maka tentulah para 
ulama yang sholeh yang mengikuti salah satu dari Imam Mazhab yang empat telah 
mengingatkan kaum muslim

Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi): "merupakan Bid'ah 
hasanah yang mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yang diperbuat setiap 
tahunnya di hari kelahiran Rasul shallallahu alaihi wasallam dengan banyak 
bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu 
memuliakan Rasul shallallahu alaihi wasallam dan membangkitkan rasa cinta pada 
beliau shallallahu alaihi wasallam, dan bersyukur kepada Allah ta'ala dengan 
kelahiran Nabi shallallahu alaihi wasallam".

Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah, dalam syarahnya maulid ibn hajar 
berkata : "ketahuilah salah satu bid'ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di 
bulan kelahiran nabi shallallahu alaihi wasallam"

Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah, dengan karangan maulidnya yang 
terkenal "al aruus" juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, "Sesungguhnya 
membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dengan tercapai semua maksud 
dan keinginan bagi siapa yang membacanya serta merayakannya".

Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah dalam kitabnya Al 
Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: "Maka 
Allah akan menurukan rahmat Nya kepada orang yang menjadikan hari kelahiran 
Nabi saw sebagai hari besar".

Begitupula andaikan peringatan Maulid Nabi adalah bid'ah dholalah dan yang 
melaksanakannya akan bertempat di neraka tentulah Majelis Ulama Indonesia akan 
mengingatkan kaum muslim.  Majelis Ulama Indonesia sejak diberdirikannya tidak 
pernah memfatwakan bahwa peringatan Maulid Nabi adalah perkara terlarang.

Peringatan Maulid Nabi dapat kita pergunakan untuk intropeksi diri sejauh mana 
kita telah meneladani Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, bagi kehidupan 
kita hari ini maupun esok. Begitupula memperingati hari kelahiran diri sendiri 
dapat kita pergunakan untuk intropeksi diri sejauh mana kita mempersiapkan diri 
bagi kehidupan di akhirat kelak adalah bukan perkara dosa atau terlarang.

Allah Azza wa Jalla berfirman, "Wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad ", 
"Perhatikan masa lampaumu untuk hari esokmu" (QS al Hasyr [59] : 18)

Kemungkinan terjadi kesalahan adalah cara kita mengisi peringatan Maulid Nabi 
atau cara kita mengisi peringatan hari kelahiran itu sendiri seperti janganlah 
berlebih-lebihan atau bermewah-mewahan.

Sedangkan peringatan Maulid Nabi yang umumnya dilakukan mayoritas kaum muslim 
(as-sawad al a'zham) dan khususnya kaum muslim di negara kita sebagaimana pula 
yang diselenggarakan oleh umaro (pemerintah) mengisi acara peringatan Maulid 
Nabi dengan urutan pembacaan Al Qur'an, pembacaan Sholawat dan pengajian atau 
ta'lim seputar kehidupan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan kaitannya 
dengan kehidupan masa kini

Mereka yang mengingkari atau membenci peringatan Maulid Nabi, pada umumnya 
berasal dari pengikut ajaran ulama Muhammad bin Abdul Wahhab atau ajaran Wahabi 
seperti penguasa kerajaan dinasti Saudi yang merupakan sekutu dari Zionis 
Amerika

Penguasa kerajaan dinasti Saudi mengingkari peringatan Maulid Nabi dan mereka 
lebih memilih menyelenggarakan "pekan memorial Muhammad bin Abdul Wahhab" untuk 
memperingati perjuangan ulama yang menjadi panutan mereka daripada memperingati 
perjuangan manusia yang paling mulia, sayyidina Nabi Muhammad Rasulullah 
shallallahu alaihi wasallam yang menjadi panutan mayoritas kaum muslim

Berikut apa yang mereka sampaikan

***** awal kutipan *****
Syaikh Muhammad bin Shalih Al `Utsaimin rahimahullah pernah ditanya tentang apa 
perbedaan antara "Pekan Memorial Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Rahimahullah" 
dengan "Perayaan Maulid Nabi". Mengapa Maulid Nabi diingkari namun acara 
tersebut tidak diingkari?

Beliau menjawab:

Menurut hemat saya, perbedaannya dilihat dari dua sisi:

Pertama, "Pekan Memorial Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Rahimahullahu Ta'ala" 
tidak dianggap sebagai suatu bentuk taqarrub kepada Allah Azza Wa Jalla. Acara 
ini diadakan dalam rangka meluruskan info-info yang rancu mengenai pribadi 
beliau. Juga menjelaskan tentang nikmat yang Allah berikan kepada kaum muslimin 
melalui tangan beliau (yaitu jasa-jasa beliau, pent).

Kedua, "Pekan Memorial Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Rahimahullahu Ta'ala" 
tidak diadakan secara rutin dan sebagaimana rutinnya hari raya. Isi dari 
kegiatan ini adalah memberikan menjelaskan dan merilis tulisan-tulisan beliau 
kepada masyarakat serta menerangkan tentang pribadi beliau. Karena penjelasan 
tentang hal ini banyak belum diketahui banyak orang. Hanya sebatas itu lah 
kegiatannya.

Sumber: Majmu' Fatawa Al Aqidah Li Syaikh Muhammad bin Shalih Al `Utsaimin 
rahimahullah
***** akhir kutipan *****

Jadi kesimpullannya perbuatan pekan memorial Muhammad bin Abdul Wahhab kalau 
bukan dalam rangka mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah Azza Wa Jalla 
berarti termasuk perbuatan yang menjauhkan diri dari Allah Azza Wa Jalla

Mereka dapat termasuk orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah dari Bani Tamim An 
Najdi yakni orang-orang yang mengasingkan atau menyempal  atau keluar (kharaja) 
dari mayoritas kaum muslim (As-sawadul a'zham) sehingga boleh jadi termasuk 
khawarij. Khawarij adalah bentuk jamak (plural) dari kharij (bentuk isim fail) 
artinya yang keluar.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak 
menghimpun ummatku diatas kesesatan. Dan tangan Allah bersama jama'ah. 
Barangsiapa yang menyelewengkan, maka ia menyeleweng ke neraka". (HR. Tirmidzi: 
2168).

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari XII/37 menukil perkataan 
Imam Thabari rahimahullah yang menyatakan: "Berkata kaum (yakni para ulama), 
bahwa jama'ah adalah as-sawadul a'zham (mayoritas kaum muslim)"

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda "Sesungguhnya umatku tidak akan 
bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi 
perselisihan maka ikutilah as-sawad al a'zham (mayoritas kaum muslim)." 
(HR.Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika'i, Abu Nu'aim. 
Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih)

Mereka menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (As-sawadul 
a'zham) karena termakan hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) yang 
dilancarkan oleh kaum Zionis Yahudi sehingga mereka memahami Al Qur'an dan 
Hadits dengan makna dzahir atau makna harfiah atau atau makna leksikal atau 
makna  dasar yang terdapat pada setiap kata (kalimat) atau makna kata secara 
lepas.

Contohnya mereka salah memahami firman Allah ta'ala yang artinya "Dan jika kamu 
menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan 
menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti 
persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)"  
(QS Al An'aam  [6]:116).

Yang dimaksud "menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi"  adalah 
menuruti kaum musyrik. Hal ini dapat kita ketahui dengan memperhatikan 
ayat-ayat sebelumnya pada surat tersebut.

Orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah dari Bani Tamim An Najdi yakni mereka 
yang membaca Al Qur`an dan mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) 
bagi mereka, namun ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka

Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda: "Akan muncul suatu 
sekte/firqoh/kaum dari umatku yang pandai membaca Al Qur`an. Dimana, bacaan 
kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula 
shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan 
puasa kalian. Mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu 
adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas 
mereka. Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar 
dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya". (HR Muslim 1773)

Mereka membaca Al Qur'an dan Hadits namun menyesatkan mereka seperti

1. Mereka beranggapan Allah ta'ala telah lupa , dengan mereka melarang yang 
tidak dilarangNya

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam diutus oleh Allah Azza wa Jalla membawa 
agama atau perkara yang disyariatkanNya yakni apa yang telah diwajibkanNya 
(jika ditinggalkan berdosa), apa yang telah dilarangNya dan apa yang telah 
diharamkanNya (jika dilanggar berdosa). Allah ta'ala tidak lupa.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah telah 
mewajibkan beberapa kewajiban (ditinggalkan berdosa), maka jangan kamu 
sia-siakan dia; dan Allah telah memberikan beberapa larangan (dikerjakan 
berdosa)), maka jangan kamu langgar dia; dan Allah telah mengharamkan sesuatu 
(dikerjakan berdosa), maka jangan kamu pertengkarkan dia; dan Allah telah 
mendiamkan beberapa hal sebagai tanda kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, 
maka jangan kamu perbincangkan dia." (Riwayat Daraquthni, dihasankan oleh 
an-Nawawi)

2. Mereka melakukan kejahatan besar pada kaum muslim karena melarang yang tidak 
dilarangNya.

Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda "Orang muslim yang paling 
besar dosanya (kejahatannya) terhadap kaum muslimin lainnya adalah orang yang 
bertanya tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diharamkan (dilarang) bagi kaum 
muslimin, tetapi akhirnya sesuatu tersebut diharamkan (dilarang) bagi mereka 
karena pertanyaannya." (HR Bukhari 6745, HR Muslim 4349, 4350)

3.  Mereka menyekutukan Allah ta'ala dengan sesuatu yang tidak diturunkanNya 
karena mereka melarang yang tidak dilarangNya atau mengharamkan yang tidak 
diharamkanNya atau mewajibkan yang tidak diwajibkanNya

Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, "Katakanlah! Tuhanku hanya 
mengharamkan hal-hal yang tidak baik yang timbul daripadanya dan apa yang 
tersembunyi dan dosa dan durhaka yang tidak benar dan kamu menyekutukan Allah 
dengan sesuatu yang Allah tidak turunkan keterangan padanya dan kamu mengatakan 
atas (nama) Allah dengan sesuatu yang kamu tidak mengetahui." (QS al-A'raf [7] 
: 33)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Rabbku 
memerintahkanku untuk mengajarkan yang tidak kalian ketahui yang Ia ajarkan 
padaku pada hari ini: `Semua yang telah Aku berikan pada hamba itu halal, Aku 
ciptakan hamba-hambaKu ini dengan sikap yang lurus, tetapi kemudian datanglah 
syaitan kepada mereka. Syaitan ini kemudian membelokkan mereka dari agamanya, 
dan mengharamkan atas mereka sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta 
mempengaruhi supaya mereka mau menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak 
turunkan keterangan padanya". (HR Muslim 5109)

4. Mereka menjadikan ulama mereka "sebagai tuhan-tuhan selain Allah". (QS 
at-Taubah [9]:31 ) karena mereka yang mengikuti ulama mereka yang melarang yang 
tidak dilarang oleh Allah Azza wa Jalla

Allah Azza wa Jalla berfirman, "Mereka menjadikan para rahib dan pendeta mereka 
sebagai tuhan-tuhan selain Allah". (QS at-Taubah [9]:31 )

Ketika Nabi ditanya terkait dengan ayat ini, "apakah mereka menyembah para 
rahib dan pendeta sehingga dikatakan menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan 
selain Allah?" Nabi menjawab, "tidak", "Mereka tidak menyembah para rahib dan 
pendeta itu, tetapi jika para rahib dan pendeta itu menghalalkan sesuatu bagi 
mereka, mereka menganggapnya halal, dan jika para rahib dan pendeta itu 
mengharamkan bagi mereka sesuatu, mereka mengharamkannya"

Pada riwayat yang lain disebutkan, Rasulullah bersabda "mereka (para rahib dan 
pendeta) itu telah menetapkan haram terhadap sesuatu yang halal, dan 
menghalalkan sesuatu yang haram, kemudian mereka mengikutinya. Yang demikian 
itulah penyembahannya kepada mereka." (Riwayat Tarmizi)

Wassalam

 

Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830

Kirim email ke