Hidup Bahagia Dengan Bertauhid

Kebahagian hidup adalah dambaan setiap insan yang hidup di atas muka bumi ini, 
merupakan tuntutan dalam sebuah masyarakat, serta sebuah pondasi dasar untuk 
sebuah negeri. Upaya manusia dalam mencapai kebahagiaan sangatlah beraneka 
ragam, juga berbagai pandangan manusia dalam makna kebahagian adalah sulit 
dijumlah. Namun, banyak kaum muslimin yang lalai bahwa sumber kebahagian dan 
keamanan itu semuanya berakar dan bercabang dari keimanan kepada Allah dan 
menauhidkan-Nya. Allah telah mengingatkan dalam Muhkâm Kitab-Nya,

“Barangsiapa yang beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan yang beriman 
(bertauhid), sesungguhnya Kami akan memberi kehidupan yang baik (indah, 
bahagia) kepadanya dan sesungguhnya Kami akan membalas mereka dengan pahala 
yang lebih baik daripada apa-apa yang telah mereka kerjakan.” [An-Nahl: 97]

Kebahagian hidup dengan tauhid ini adalah suatu nikmat Allah yang banyak 
dilalaikan oleh manusia. Nabi Yusuf mengingatkan sebagaimana dalam firman Allah,

“Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku, yaitu demikian itu adalah dari karunia 
Allah kepada kami dan Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub. Tiadalah kami (para Nabi) 
patut mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang kepada manusia 
(seluruhnya), tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur (kepada-Nya).” [Yûsuf: 
38]

Bahkan, banyak manusia tidak mengetahui bahwa menauhidkan Allah dalam ibadah 
adalah nikmat Allah yang paling besar untuk seorang hamba. Oleh karena itu, 
dalam surah An-Nahl -dikenal juga dengan nama surah An-Ni’âm ‘penyebutan 
nikmat-nikmat Allah’- nikmat yang paling pertama disebut adalah nikmat 
diutusnya para rasul dengan membawa tauhid. Allah berfirman,

“Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada 
siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: ‘Hendaknya 
kalian memperingatkan bahwasanya tiada ilah (sembahan) yang berhak diibadahi, 
kecuali Aku, maka hendaklah kalian bertakwa kepada-Ku.’.” [An-Nahl: 2]

Sungguh, dalam memurnikan ibadah kepada Allah, terdapat kebebasan bagi hamba 
akan perbudakan terhadap dirinya sendiri dan kepada syaithan. Dengan tauhid, 
seorang hamba terbebas dari ketergantungan dan mengharap kepada makhluk, dari 
takut terhadap mereka, serta dari beramal untuk mereka. Orang yang bertauhid 
hanya bergantung kepada Allah serta takut dan mengharap hanya kepada-Nya. 
Inilah hakikat kebahagian abadi dan kemuliaan sejati.

Tauhid -sebagaimana yang ulama sebutkan- adalah seseorang mengucapkan syahadat 
La Ilâha Illallâh ‘tiada ilah (sembahan) yang berhak diibadahi, kecuali Allah’ 
dan Nabi Muhammad adalah rasul Allah, dengan meyakini makna dan menjalankan 
konsekuensinya. Tauhid bukanlah sekadar mengakui bahwa Allah Yang Mencipta, 
Memberi Rezeki, Menghidupkan dan Mematikan, … dan seterusnya di antara berbagai 
makna penetapan keesaan Allah dalam perciptaan, perbuatan, dan pengaturan serta 
kekuasaan-Nya. Melainkan, yang dimaksud dengan tauhid adalah penetapan bahwa 
ibadah hanyalah untuk Allah. Sehingga, seorang hambatidaklah berdoa, bernadzar, 
menyembelih, mendirikan shalat, berzakat, menunaikan puasa dan haji, kecuali 
kepada Allah, serta tidak mengharap dan tidak takut, kecuali hanya kepada-Nya. 
Tiada suatu ibadah pun yang dilakukan oleh orang yang bertauhid, kecuali murni 
hanya untuk Allah saja, tiada sekutu dan serikat bagi-Nya.

Tauhid adalah keimanan, sedang tidak akan ada suatu keimanan tanpa tauhid. 
Berikut kami akan menjelaskan beberapa keutamaan orang yang bertauhid dan 
memurnikan ibadahnya hanya untuk Allah agar seorang hamba merenungi keindahan 
dan kebahagian hidup dengan bertauhid.

Pertama: tauhid adalah fitrah manusia yang mencocoki dasar dan tujuan 
penciptaan makhluk. Allah berfirman,

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka beribadah 
kepada-Ku.” [Adz-Dzâriyât: 56]

Rasulullah meriwayatkan bahwa Allah berfirman dalam hadits Qudsi,

“… dan sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku sebagai orang-orang hanif 
‘cenderung kepada tauhid, meninggalkan kesyirikan’. Sesungguhnya para syaithan 
mendatangi mereka lalu menyesatkan mereka dari agama mereka, mengharamkan 
hal-hal yang dihalalkan untuk mereka dan memerintah mereka untuk berbuat 
kesyirikan terhadap-Ku, suatu hal yang Aku tidak menurunkan keterangan 
tentangnya ….” [Diriwayatkan oleh Muslim dari ‘Iyâdh bin Himâr Al-Mujâsya’iy z]

Kedua: tauhid adalah sumber keamanan dan jaminan hidayah bagi seorang hamba. 
Allah mengingatkan,

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan 
kezhaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itulah 
orang-orang yang mendapat hidayah.” [Al-An’âm: 82]

Ketiga: karena tauhid merupakan pokok kebaikan dan kesejahteraan dalam 
kehidupan manusia, Allah mengutus para nabi dan rasul dengan misi tauhid ini. 
Allah Ta’âlâ berfirman,

“Dan sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk 
menyerukan),‘Beribadahlah kepada Allah (semata) dan jauhilah thaghut (segala 
sesuatu yang diibadahi selain Allah).’.” [An-Nahl: 36]

Keempat: tauhid adalah hal yang mengukuhkan seorang hamba dalam kehidupannya di 
dunia, di alam kubur, dan di akhirat. Allah berfirman,

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu 
(kalimat tauhid) dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” [Ibrahîm: 27]

Kelima: tauhid adalah perintah pertama dalam Al-Qur`an. Demikianlah disebutkan 
dalam firman Allah,

“Wahai manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian 
dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” [Al-Baqarah: 21]

Keenam: tauhid adalah syarat untuk keamanan suatu negeri. Bahkan, tidak akan 
tercipta keamanan dalam suatu negeri tanpa membersihkan segala jenis kesyirikan 
dan memurnikan ibadah hanya kepada Allah. Inilah yang tertanam dalam diri Nabi 
Ibrahim sehingga, pada awal merintis Makkah, beliau berdoa kepada Allah untuk 
keamanan Makkah sebagaimana yang Allah terangkan dalam firman-Nya,

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, ‘Wahai Rabb-ku, jadikanlah negeri 
(Makkah) ini sebagai negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku 
dari menyembah berhala-berhala. Wahai Rabb-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu 
telah menyesatkan kebanyakan manusia.’.” [Ibrahîm: 35-36]

Ketujuh: tauhid adalah syarat kejayaan umat Islam. Allah mengingatkan dalam 
firman-Nya,

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan 
beramal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di 
muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan berkuasa orang-orang sebelum mereka, 
dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk 
mereka, serta Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka 
berada dalam ketakutan, menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan 
tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku. Dan barangsiapa yang (tetap) 
kafir sesudah (janji) itu, mereka itulah orang-orang fasik.” [An-Nûr: 55]

Rasulullah juga menjelaskan bahwa syarat kejayaan dan kekukuhan umat ini adalah 
dengan memurnikan ibadah hanya untuk Allah sebagaimana dalam sabda beliau,

“Berilah kabar gembira kepada umat ini dengan kejayaan, kekukuhan di 
negeri-negeri, pertolongan, dan ketinggian dalam agama. Barangsiapa di antara 
mereka yang beramal akhirat untuk dunia, tidaklah ada bagian untuknya di 
akhirat.” [Diriwayatkan oleh Ahmad, Abdullah bin Ahmad dalam Zawâ`id Al-Musnad, 
Ibnu Hibbân, Al-Hâkim, dan Al-Baihaqy dari Ubay bin Ka’b. Dishahihkan oleh 
Al-Albâny dalam Ahkâmul Janâ`iz]

Kedelapan: karena pentingnya tauhid dalam kehidupan dan jaminan kesejahteraan 
untuk keturunan, Nabi Ya’qub, pada akhir hayatnya, menekankan masalah ini 
kepada keturunannya sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah Rabbul 
‘Âlamîn,

“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, tatkala ia 
berkata kepada anak-anaknya, ‘Apa yang kalian sembah sepeninggalku?’ Mereka 
menjawab, ‘Kami akan menyembah Rabb-mu dan Rabb nenek moyangmu, yakni Ibrahim, 
Ismail dan Ishaq: Sembahan Yang Maha Satu dan kami hanya tunduk patuh 
kepada-Nya.’.” [Al-Baqarah: 133]

Kesembilan: hidup dengan menauhidkan Allah adalah penunaian hak Allah terhadap 
diri seorang hamba. 

Dari Mu’âdz bin Jabal, beliau berkata, “Saya pernah membonceng pada Nabi di 
atas seekor keledai, lalu beliau bersabda kepadaku, ‘Wahai Mu’âdz, tahukah 
engkau apa hak Allah terhadap para hamba dan apa hak para hamba atas Allah?’ 
Saya menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’ Nabi pun 
menjelaskan,

‘Hak Allah terhadap para hamba ialah mereka beribadah kepada-Nya semata dan 
tidak berbuat syirik sedikit pun terhadap-Nya, sedang hak para hamba atas Allah 
adalah bahwa Allah tidak akan mengadzab orang yang tidak berbuat syirik sedikit 
pun terhadap-Nya.’.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim]

Kesepuluh: tauhid adalah jaminan bagi seorang hamba untuk dimasukkan ke dalam 
surga Allah. Rasulullah bersabda,

“Barangsiapa yang bersaksi bahwa tiada sembahan yang benar, kecuali Allah 
semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan 
rasul-Nya, serta (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah dan rasul-Nya dan 
kalimat-Nya yang Dia sampaikan kepada Maryam serta ruh dari-Nya, dan bahwa 
surga adalah benar adanya juga neraka adalah benar adanya, Allah pasti 
memasukkan dia ke dalam surga betapapun amal yang telah dia perbuat.” 
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari ‘Ubâdah bin Ash-Shâmit]

Juga Rasulullah bersabda,

“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Lâ Ilâha 
Illallâh dalam keadaan mengharapkan wajah Allah dengan hal tersebut.” 
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari hadits ‘Itbân bin Malik]

Kesebelas: tauhid adalah sebab pengampunan dosa yang terkuat. Allah Jallat 
‘Azhamatuhu memerintah kepada Nabi-Nya untuk memohon ampunan setelah tugas 
tentang mengetahui tauhid,

“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada ilah ‘sembahan’ (yang berhak 
diibadahi), kecuali Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu serta
bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan.”[Muhammad: 19]

Rasulullah menjelaskan bahwa Allah Ta’âlâ telah berfirman dalam hadits Qudsi,

‘‘Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi, 
tetapi engkau mati dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikitpun terhadap-Ku, 
niscaya Aku memberikan ampunan sepenuh bumi pula kepadamu.” [Diriwayatkan oleh 
At-Tirmidzy dan selainnya dari Anas bin Malik. Dihasankan karena jalur lain 
pendukungnya oleh Al-Albâny dalam Ash-Shahîhah no. 123]

Kedua belas: orang-orang yang bertauhid, bila dimasukkan ke dalam neraka karena 
dosa, tidak akan kekal di dalam nereka dan pasti akan dimasukkan ke dalam 
surga. Rasulullah bersabda,

“Akan keluar dari api neraka, orang yang berucap ‘Lâ Ilâha Illallâh’, sedang 
dalam hatinya terdapat kebaikan seberat jelai. Akan keluar dari api neraka, 
orang yang berucap ‘Lâ Ilâha Illallâh’, sedang dalam hatinya terdapat kebaikan 
seberat gandum. Akan keluar dari api neraka, orang yang berucap ‘Lâ Ilâha 
Illallâh’, sedang dalam hatinya terdapat kebaikan seberat dzarrah.” 
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari Anas bin Malik]

Ketiga belas: syafa’at, yang merupakan kemuliaan dari Allah untuk hamba pada 
hari kiamat, hanya diberikan kepada orang-orang yang bertauhid. Allah berfirman,

“Mereka tidak berhak mendapat syafa’at, kecuali orang yang telah mengadakan 
perjanjian di sisi (Allah) Yang Maha Pemurah.” [Maryam: 87]

Kata perjanjian dalam ayat di atas ditafsirkan oleh sejumlah ahli tafsir dengan 
kalimat Lâ Ilâha Illallâh. [Bacalah: Tafsir Ibnu Jarîr, Tafsir Ibnu Kâtsir, dan 
Zâdul Masîr karya Ibnul Jauzy]

Ketika Abu Hurairah bertanya tentang manusia yang bergembira mendapatkan 
syafa’at Rasulullah, beliau menjawab,

“Manusia yang berbahagia mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang 
yang berucap ‘Lâ Ilâha Illallâh’ dengan keikhlasan dari dirinya.” [Diriwayatkan 
oleh Al-Bukhâry]

Keempat belas: tauhid adalah puncak segala kebenaran. Demikianlah yang 
disebutkan oleh Abu Shalih, ‘Ikrimah, dan selainnya dari kalangan ulama tafsir 
salaf yang menafsirkan kata yang benar pada firman Allah Ta’âlâ,

“Pada hari ketika ruh (Jibril, manusia) dan para malaikat berdiri bershaf-shaf. 
Mereka tidak berkata-kata, kecuali orang yang telah diberi izin oleh (Allah) 
Yang Maha Pemurah kepadanya, dan ia mengucapkan kata yang benar.” [An-Naba`: 38]

Kelima belas: tauhid adalah penyelamat hamba dari bahaya dan kesulitan, serta 
memberi jalan keluar bagi seorang hamba menuju kebaikannya. Perhatikanlah Nabi 
Yunus yang diselamatkan dari perut ikan lantaran kalimat tauhid dalam doanya 
sebagaimana yang Allah sebutkan dalam firman-Nya,

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Nabi Yunus) ketika ia pergi dalam keadaan 
marah, lalu menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya) 
maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap (dalam perut ikan), ‘Bahwa 
tidak ada ilah ‘(sembahan’ selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku 
tergolong sebagai orang-orang zhalim.’.” [Al-Anbiyâ`: 87]

Keenam belas: amalan shalih apapun yang dilakukan tidak akan diterima tanpa 
dasar tauhid. Allah telah menjelaskan,

“Padahal mereka tidak diperintah, kecuali supaya menyembah Allah dengan 
memurnikan ketaatan kepada-Nya sebagai orang-orang yang hanif (cenderung kepada 
tauhid, meninggalkan kesyirikan), serta agar mereka mendirikan shalat dan 
menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang lurus.” [Al-Bayyinah: 5]

Juga dalam firman-Nya, Allah menjelaskan amalan pelaku syirik akbar,

“Dan kami menghadapi segala amalan yang mereka kerjakan, lalu kami menjadikan 
amalan itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” [Al-Furqân: 23]

Ketujuh belas: karena tauhid, kitab-kitab suci diturunkan oleh Allah. Allah 
berfirman,

“Alif lâm râ. (Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta 
dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah), Yang Maha 
Bijaksana lagi Maha Mengetahui, agar kalian tidak menyembah, kecuali kepada 
Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa kabar 
gembira dari-Nya kepada kalian.”[Hûd: 1-2]

Banyak lagi keutamaan tauhid yang belum bisa disebutkan di sini. Semoga Allah 
menjadikan kita semua sebagai orang-orang yang bertauhid, selalu membela 
tauhid, serta selalu berada di atas tauhid di kehidupan dunia dan akhirat. Amin 
Yâ Mujîbas Sâ`ilîn.

Sumber: http://dzulqarnain.net/hidup-bahagia-dengan-bertauhid.html


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke