Assalamu'alaikum wr wb,

Ceramah Quraisy Shihab dan KH Ma’ruf Amin tentang Mati

Quraisy Shihab
Dalam acara Haul 40 Hari meninggalnya KH Abdul Razak bin KH Muhammad Ku’in di 
Masjid At Taubah, Kebon Nanas pada tanggal 2 Februari 2013, Prof Dr. Quraisy 
Shihab (Mantan Ketua MUI) dan KH Ma’ruf Amin (Ketua MUI) memberi ceramah 
tentang Mati. Acara dihadiri oleh KH Dr Mohamad Hidayat MBA (DSN MUI), KH Ali 
Yafie (Mantan Ketua MUI), Habib Hud bin Bagir Al Athas, dsb.

Menurut Quraisy Shihab, mati itu bukan berarti orang tersebut sudah tidak ada 
lagi. Tubuhnya memang hancur. Tapi ruhnya tetap ada meski kita tidak tahu di 
mana. Dalilnya:

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, 
(bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu 
tidak menyadarinya.” [Al Baqarah 154]



Quraisy Shihab
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; 
bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” [Ali 'Imran 169]

Saat kita berdoa untuk si mayat, bukan hanya mayat yang merasakan pahalanya. 
Tapi juga orang-orang yang mendoakannya:

Dari Ibnu Abbas Ra bahwa dia mendengar Nabi SAW bersabda: “Jika ada seorang 
muslim meninggal, lalu ada empat puluh orang yang tidak menyekutukan Allah 
sholat atas jenazahnya niscaya Allah akan menerima permohonan ampunan mereka 
untuknya. Riwayat Muslim.

Abu Hurairah Ra berkata: “Rasulullah SAW bila sholat jenazah berdoa: ” Ya Allah 
ampunilah di antara kami orang yang masih hidup dan yang mati, yang hadir dan 
yang tidak, yang kecil dan besar, laki-laki dan perempuan. Ya Allah terhadap 
orang yang Engkau hidupkan di antara kami, hidupkanlah ia atas islam dan 
terhadap orang yang Engkau wafatkan di antara kami, wafatkan ia atas iman. Ya 
Allah janganlah Engkau jauhkan kami dari pahalanya dan Engkau sesatkan kami 
sepeninggalnya).” Riwayat Muslim dan Imam Empat.

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa 
Sallam bersabda : “Barangsiapa mengurus jenazah sampai menyolatkannya maka 
baginya satu qirath dan barangsiapa mengurus jenazah sampai dimakamkan maka 
baginya dua qirath.” Seorang bertanya: Apa itu dua qirath? Beliau bersabda: 
“Dua gunung besar.” Muttafaq Alaihi.

Jadi bukan hanya mayat yang merasakan doa dari orang yang hidup. Orang yang 
hidup pun karena telah menolong orang, mendapat pahala juga dari Allah. 
Sebaliknya jika seorang anak tak mau mendoakan orang tuanya, dia akan akan 
disiksa Allah:

Apabila seorang meninggalkan do’a bagi kedua orang tuanya maka akan terputus 
rezekinya. (HR. Ad-Dailami)

Baca selengkapnya di: 
http://media-islam.or.id/2008/03/06/doa-untuk-ibu-bapak-orang-tua/

Tentu saja doa tidak khusus untuk orang tua kita saja. Tapi terhadap 
orang-orang yang beriman yang telah mendahului kita:

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka 
berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah 
beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam 
hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau 
Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” [Al Hasyr 10]

Kenapa pada hari ke 40 diadakan acara haul? Karena menurut Quraisy Shihab, 
angka 40 itu berulang-kali dipakai di dalam ajaran Islam. Misalnya Muhammad 
diangkat jadi Nabi pada umur 40 tahun. Zakat itu besarnya 1/40. Di Madinah ada 
sholat Arba’in (40 waktu). Penciptaan Ruh per 40 hari. Bahkan munajatnya Nabi 
Musa pun selama 40 hari.

KH Ma’ruf Amin menyangkal pendapat orang yang mengatakan bahwa doa orang yang 
hidup tidak akan sampai pada orang yang mati. Kalau begitu untuk apa ada doa 
anak untuk orang tuanya? Untuk apa ada Sholat Jenazah di mana kita berdoa: 
“Allahummaghfirlahu”? Kenapa tidak langsung ditanam saja?

Dari Utsman Ra bahwa Rasulullah SAW bila selesai pemakaman mayit, beliau 
berdiri di atasnya dan bersabda: “Mintalah ampunan untuk saudaramu dan mohonkan 
ketetapan hati untuknya sebab ia sekarang sedang di tanya.” Riwayat Abu Dawud

Ada lagi yang berkata: “Untuk apa mendoakan Nabi? Kan Nabi sudah dijamin masuk 
surga?”. Orang ini rupanya tidak sadar dan tidak paham kalau di setiap sholat 
dia wajib mendoa’an Nabi: “Allohumma Sholli ‘Ala Muhammad..”. Jika doa itu 
tidak dibaca, sholatnya tidak diterima Allah.

Meski saat meninggal umumnya amal sudah terputus/sempurna, ada 3 amal yang 
tetap mengalir:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga 
perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang 
sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Baca selengkapnya di: 
http://media-islam.or.id/2012/01/25/3-amal-yang-pahalanya-tidak-terputus/

Saat kita mengucapkan doa/salam kepada mayat, mayat tsb bisa mendengar kita 
meski kita tidak bisa mendengar mereka:

Dari Buraidah r.a., katanya: “Nabi s.a.w. mengajarkan kepada mereka -para 
sahabat- jikalau mereka keluar berziarah ke kubur supaya seseorang dari mereka 
mengucapkan -yang artinya-: “Keselamatan atasmu semua hai para penghuni 
perkampungan-perkampungan -yakni kubur-kubur- dari kaum mu’minin dan Muslimin. 
Sesungguhnya kita semua Insya Allah menyusul engkau semua. Saya memohonkan 
kepada Allah untuk kita dan untukmu semua akan keselamatan.” (Riwayat Muslim)

Namun para mayat tsb bisa berkomunikasi dengan Allah yang Maha Mendengar dan 
juga Malaikat yang memang menanyai mereka di alam kubur.

Dari Ibnu Abbas ra, katanya: “Rasulullah s.a.w. berjalan melalui kubur-kubur 
Madinah lalu beliau menghadap kepada mereka -penghuni-penghuni kubur-kubur- itu 
dengan wajahnya, kemudian mengucapkan -yang artinya-: “Keselamatan atasmu semua 
hai para ahli kubur, semoga Allah memberikan pengampunan kepada kita dan 
kepadamu semua. Engkau semua mendahului kita dan kita akan mengikuti jejakmu.” 
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi

Saat kita beramal saleh pun seperti sedekah untuk orang tua kita, insya Allah 
pahalanya akan sampai.

“Bertanya seorang laki-laki kepada Nabi SAW; Ya Rasulullah sesungguhnya ibu 
saya telah mati, apakah berguna bagi saya, seandainya saua bersedekah untuknya? 
Rasulullah menjawab; yaa berguna untuk ibumu.” (HR Abu Dawud).

Reply via email to