Proses Keluarnya Jasad dari Ruh

Keluararnya ruh dari jasad dalam hadits Al-Bara’ bin ‘Azib yang panjang, yang 
diriwayatkan Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Al-Imam Ahmad, dan Al-Hakim. 
Asy-Syaikh Muqbil menyebutkan hadits ini dalam Ash-Shahihul Musnad.

1. KELUARNYA RUH SEORANG MUKMIN DAN KABAR GEMBIRA BAGINYA.

“Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila akan meninggal dunia, maka para 
malaikat rahmat turun kepadanya, wajahnya seakan-akan matahari yang bersinar, 
membawa kain kafan dan wangi-wangian dari jannah (surga). Mereka duduk di 
tempat sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malakul maut hingga duduk di 
samping kepalanya, lalu berkata: ‘Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau menuju 
ampunan Allah dan keridhaan-nya.’ Maka ruh tersebut keluar dari jasadnya 
seperti tetesan air yang mengalir dari bibir tempat air minum. Malakul maut pun 
mengambil ruh yang sudah keluar dari jasadnya itu. Tiba-tiba para malaikat 
rahmat yang menunggu tidak membiarkan ruh tersebut berada di tangannya sekejap 
mata pun. Mereka segera mengambil dan menaruhnya di dalam kafan dan 
wangi-wangian tersebut, dan keluarlah bau wangi misik yang paling harum yang 
dijumpai di muka bumi.”

Allah mengutus para malaikat-Nya untuk memberi kabar gembira kepada 
hamba-hamba-Nya yang beriman dan istiqamah di atas agama yang sempurna ketika 
menghadapi sakaratul maut. Ini adalah bukti kasih sayang Allah terhadap 
hamba-Nya. Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah Allah’ kemudian 
mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): 
‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah 
kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’ Kamilah 
Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu 
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang 
kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha 
Penyayang.” (Fushshilat: 30-32)

Ayat-ayat ini adalah berita dari Allah sekaligus kabar gembira bagi orang-orang 
yang beriman dan bertakwa, bahwa para malaikat akan turun kepada mereka ketika 
mereka menghadapi maut, juga di dalam kubur mereka, serta ketika mereka 
dibangkitkan darinya. Para malaikat memberi jaminan keamanan kepada mereka atas 
perintah Allah. Mereka juga memberikan kabar gembira agar orang-orang beriman 
tidak takut terhadap apa yang akan mereka hadapi di akhirat, tidak bersedih 
terhadap perkara dunia yang mereka tinggalkan, seperti anak, keluarga, dan 
harta. Karena Allah yang akan mengurus dan menanggung mereka semua. Para 
malaikat juga memberikan kabar gembira kepada orang-orang beriman dengan 
hilangnya berbagai kejelekan dan didapatkannya berbagai kebaikan. (Tafsir Ibnu 
Katsir)

Dari Aisyah, Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa senang bertemu dengan Allah, maka Allah senang bertemu dengannya. 
Dan barangsiapa tidak suka bertemu dengan Allah maka Allah juga tidak suka 
bertemu dengannya.” Aisyah berkata: “Wahai Nabi Allah, benci terhadap kematian? 
Kita semua membenci kematian.” Rasulullah menjawab: “Bukan seperti itu. Seorang 
mukmin apabila diberi kabar gembira dengan rahmat, keridhaan, dan surga-Nya, 
maka dia akan senang bertemu dengan Allah, sehingga Allah pun senang bertemu 
dengannya. Sedangkan orang kafir apabila diberi kabar gembira dengan azab Allah 
dan kemurkaan-Nya maka dia akan benci bertemu dengan Allah dan Allah pun benci 
bertemu dengannya.” (Muttafaqun ‘alaih)

2. KELUARNYA RUH SEORANG KAFIR DAN AZAB TERHADAPNYA

“Apabila seorang hamba yang kafir akan meninggal dunia, turunlah malaikat azab 
dari langit. Wajah-wajahnya hitam dan seram. Mereka membawa kain yang kasar dan 
jelek. Mereka duduk di tempat sejauh mata memandang. Lalu datanglah malakul 
maut hingga dia duduk di samping kepalanya. Kemudian dia berkata: ‘Wahai jiwa 
yang jelek, keluarlah menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya.’ Maka ruh 
tersebut bergetar di seluruh tubuhnya, kemudian malakul maut mencabutnya 
sebagaimana dicabutnya besi alat pemanggang dari bulu-bulu yang basah. Dia 
kemudian mengambil ruh tersebut. Para malaikat yang menunggu tadi tidak 
membiarkannya di tangannya sekejap mata pun, sampai mereka mengambil dan 
meletakkannya di kain yang kasar lagi jelek tadi. Keluarlah darinya bau seperti 
bau bangkai yang paling busuk yang ditemukan di muka bumi.”

Allah mengutus para malaikat-Nya untuk memberi kabar gembira berupa kemurkaan 
dan azab-Nya, sehingga ruh-ruh mereka enggan untuk keluar dari jasadnya. Maka 
para malaikat pun memukul wajah dan punggungnya, sampai ruhnya keluar dari 
jasadnya. Allah berfirman:

“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim 
(berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul 
dengan tangannya, (sambil berkata): ‘Keluarkanlah nyawamu.’ Di hari ini kamu 
dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan 
terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu 
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (Al-An’am: 93)

“Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir 
seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): ‘Rasakanlah olehmu siksa 
neraka yang membakar’, (tentulah kamu akan merasa ngeri). Demikian itu 
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali 
tidak menganiaya hamba-Nya.” (Al-Anfal: 50-51)

SAKARATUL MAUT ADALAH PENGHAPUS DOSA SEORANG MUKMIN

Dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda:

“Tidaklah menimpa seorang muslim suatu rasa capek, sakit, kesusahan, kesedihan, 
gangguan, duka cita, sampaipun sebuah duri yang menusuknya, melainkan dengannya 
Allah akan menghapus dosa-dosanya.” (Muttafaqun ‘alaih)

Dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah bersabda:

“Apabila Allah menguji seorang hamba yang muslim dengan suatu ujian pada 
badannya, Allah berfirman: ‘Tulislah baginya amalan shalih yang biasa dia 
lakukan.’ Apabila Allah menyembuhkannya maka Dia telah mencuci dan 
membersihkannya (dari dosanya). Namun apabila Allah mencabut ruhnya, niscaya 
Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan akan merahmatinya.” (HR. Ahmad, 
dikatakan oleh Asy-Syaikh Muqbil: “Hadits ini shahih, perawinya adalah para 
perawi kitab-kitab Shahih.”)

GODAAN SETAN KETIKA SAKARATUL MAUT

Allah dengan hikmah dan keadilan-Nya menjadikan setan dari golongan jin dan 
manusia sebagai musuh bagi hamba-Nya. Permusuhan itu tidak berhenti sampai ajal 
datang kepada hamba tersebut. Setan pun terus berusaha menyesatkan sehingga 
seorang hamba akan mati dalam keadaan kafir.

Allah berfirman:

“Iblis menjawab: Karena Engkau telah menghukumku tersesat, aku benar-benar akan 
(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan 
mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri 
mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)’.” 
(Al-A’raf: 16-17)

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), 
karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka 
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6)

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan 
(dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada 
sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). 
Jikalau Rabbmu menghendaki niscaya mereka tidak mengerjakannya. Maka 
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Al-An’am: 112)

Hal inilah yang menjadikan kita sadar dan hati-hati dalam mencari lingkungan 
serta teman bagi kita dan keluarga kita. Lebih-lebih tatkala dalam keadaan 
sakit atau menghadapi kematian. Karena setan dari golongan jin dan manusia 
terus bekerja sama dan saling membantu untuk menyesatkan hamba sehingga dia 
menjadi penghuni neraka jahannam.

Namun sebaliknya, teman dan lingkungan yang baik akan mengajak serta 
mendorongnya untuk berbuat kebaikan dan istiqamah di atasnya. Oleh karena itu, 
perhatikanlah kisah berikut.

Dari Ibnul Musayyab, dari bapaknya, bahwa ketika Abu Thalib menghadapi 
kematian, Nabi masuk menemuinya. Ketika itu Abu Jahal ada di sampingnya. Beliau 
berkata: “Wahai paman, ucapkan Laa ilaha illallah, sebuah kalimat yang aku akan 
jadikan sebagai hujjah untuk membelamu di hadapan Allah.” Maka Abu Jahal dan 
Abdullah bin Abi Umayyah berkata: “Wahai Abu Thalib, apakah kamu membenci agama 
Abdul Muththalib?” Terus-menerus Rasulullah membujuknya untuk mengucapkannya. 
Namun mereka berdua (Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah) juga 
mengulang-ulang ucapan mereka. Hingga Musayyab berkata: “Abu Thalib mati di 
atas agama Abdul Muththalib.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dari Anas bin Malik:

Seorang anak Yahudi yang membantu Nabi sedang sakit. Maka Nabi datang 
menjenguknya. Beliau duduk di samping kepalanya. Beliau menawarkan kepadanya 
untuk masuk Islam. Beliau berkata: “Masuk Islamlah.” Anak itu lalu memandang 
kepada bapaknya yang berada di sampingnya. Bapaknya lalu berkata: “Taatilah 
Abul Qasim (Rasulullah).” Maka dia pun masuk Islam lalu meninggal dunia. Nabi 
lalu keluar sambil berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya 
dari api neraka dengan perantaraanku.” (Muttafaqun ‘alaih)

Oleh karena itu, Rasulullah bersabda:

“Hanyalah amalan-amalan itu tergantung dengan akhirnya.” (HR. Al-Bukhari dari 
Sahl bin Sa’d As-Sa’idi z)

TIDAK ADA YANG SELAMAT KECUALI ORANG YANG DISELAMATKAN ALLAH

Karena dahsyatnya berbagai ujian dan cobaan yang dihadapi masing-masing hamba, 
maka tidak mungkin bisa selamat dan berhasil melaluinya kecuali orang yang 
diselamatkan oleh Allah dengan rahmat dan keutamaan dari-Nya. Allah berfirman:

“Bersabarlah (wahai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan 
pertolongan Allah.” (An-Nahl: 127)

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu 
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)

Dari Abu Hurairah dia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda:

“Amalan seseorang tidak akan memasukkan dirinya ke dalam jannah.” Mereka 
bertanya: “Tidak pula engkau, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Tidak pula 
aku. Hanya saja Allah telah meliputiku dengan rahmat dan keutamaan dari-Nya.” 
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sebagai penutup, kita memohon kepada Allah:

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan 
sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat 
dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (Ali 
‘Imran: 8)

“Wahai Dzat Yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” 
(HR. At-Tirmidzi, lihat Shahih Al-Jami’, Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan: 
“Shahih.”)

Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Sumber: http://asysyariah.com/proses-keluarnya-jasad-dari-ruh.html


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke