At 07:51 AM 4/1/99 +0700, upc wrote:
>
>[Image]
>
>Lewat email ini -- setelah Anda memahami penjelasan kami, rakyat miskin
>kota -- di bawah ini, kami mengharapkan dukungan Anda untuk STOP program
>Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang telah dibuat pemerintah. Dukungan bisa
>diberikan dengan cara mengirim email kembali ke alamat kami, atau dengan
>mengumpulkan tanda tangan di daerah masing-masing, lalu mengirimnya
>kepada kami, atau langsung ke Bank Dunia dan Bappenas. Tetapi kalau ada
>di antara Anda yang merasa terganggu dengan kehadiran email ini, maafkan
>kami, delete saja.
>
>PENJELASAN
>Sejak bulan Januari lalu, kami telah melakukan tindakan awal menanyakan
>soal penyebaran informasi JPS, prinsip dan sistem kerjanya dengan
>langsung melakukan aksi ke Bappeda. Tapi tak ada hasil. Kami bergerak
>lagi ke Bappenas untuk soal yang sama. Bappenas akhirnya mau turun untuk
>langsung melihat kenyataan di kampung-kampung. Tetapi ternyata inilah
>teater birokrasi ciptaan Orde Baru yang masih dipertahankan, janji dan
>permainan topeng pejabat menghadapi rakyatnya sendiri terus berlangsung.
>Perjalanan yang melelahkan, bikin sebel, jengkel dan marah. Lalu turun
>Pedoman Umum Program Perluasan Jaring Pengaman Sosial dan Pemberdayaan
>Masrakat (PJPS-PM) tahun anggran 1999/2000, yang dikeluarkan Bappenas,
>18 Februari 1999, yang ternyata tetap tidak mengubah hubungan birokrasi
>yang menempatkan rakyat tetap sebagai obyek yang berada di bawah mereka,
>yang bertentangan dengan semangat kemandirian yang seharusnya
>ditumbuhkan di masyarakat untuk mengatasi krisis, dan hanya memperkuat
>status quo. Akhirnya kami, rakyat miskin kota, mengumpulkan tanda tangan
>untuk menolak JPS langsung ke Bank Dunia. 29 Maret kemarin, dengan
>10.000 tanda tangan yang berhasil kami kumpulkan dari berbagai kampung
>di Jakarta, kami, berangkat dengan 100 orang rakyat miskin kota,
>melakukan aksi penolakan JPS ke Bank Dunia yang berkantor di gedung
>Bursa Efek Jakarta.  Di bawah ini adalah pernyataan yang kami turunkan
>dalam aksi tersebut, dan jawaban Bank Dunia yang kami terima lewat
>email. Dukungan Anda dalam penolakan ini, berarti kekuatan baru untuk
>rakyat miskin kota menjadi lebih mandiri dalam memecahkan
>masalah-masalah kemiskinan yang telah menelikung kami selama ini, dan
>bukan hasil dari perbuatan kami sendiri.
>
>PERNYATAAN:
>TOLAK PROGRAM JARING PENGAMAN SOSIAL
>Tuntutan 10.000 Rakyat Miskin Kota kepada Bank Dunia
>Jakarta, 29 Maret 1999
>
>Kami akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa Program Jaring Pengaman
>Sosial adalah sebuah program ekonomi yang dimaksudkan untuk meredam
>keresahan dan radikalisme rakyat miskin dalam krisis yang bukan
>disebabkan oleh kami, rakyat miskin. Krisis diciptakan oleh gabungan
>kepentingan sistem ekonomi global yang dipaksakan kepada negara-negara
>Selatan oleh Bank Dunia, IMF dan WTO sebagai mesin pelaksana, dan
>kepentingan ekonomi dan politik elit penguasa Indonesia.
>
>Pengalaman program JPS tahun anggaran 1998/1999 adalah bukti nyata.
>Krisis ekonomi yang terjadi adalah ulah para birokrat dan konglomerat
>Orde Baru, dan spekulan jual beli valas. Bank Dunia dan IMF, donor yang
>memberi pinjaman kepada Indonesia untuk mengatasi krisis mensyaratkan
>dilaksanakannya JPS sebagai salah satu bagian paket wajibnya. Pemerintah
>Indonesia melaksanakan program tersebut dengan mengatas-namakan kami,
>rakyat miskin, dan menjadikannya proyek yang penuh dengan korupsi,
>kolusi dan nepotisme (KKN).
>
>Kritik keras telah bertubi disampaikan, tetapi perbaikan hanya ungkapan
>basa-basi. Pedoman Umum Program Perluasan Jaring Pengaman Sosial dan
>Pemberdayaan Masyarakat (JPS-PM) tahun anggaran 1999/2000, yang
>dikeluarkan Bappenas tanggal 18 Februari 1999 justru mengukuhkan
>kedudukan LKMD yang jelas terbukti korup sebagai pengelola
>program-program PDM-DKE dan PPLK (Pedoman Umum PPJS-PM 1999/2000, Bab
>VI, point 6.1.C.1, hal 5), dan bahkan memperkuat peran birokrasi dalam
>pelaksanaan program dengan menunjuk pimpinan birokrasi (Lurah, Camat,
>Bupati, Walikota, Gubernur, Menteri) sebagai pembina Forum Lintas Pelaku
>yang akan dibentuk di masing-masing tingkatan wilayah.
>
>Bank Dunia sebagai pemberi pinjaman untuk program ini tidak cukup hanya
>mendesak-kan perbaikan dengan memperketat persyaratan yang ternyata
>telah dilanggar oleh pe-merintah. Bnak Dunia belum
>mempertanggung-jawabkan dosanya kepada rakyat Indo-nesia karena selama
>32 tahun mendukung penguasa Orde Baru yang mengkorup 30% dana
>pinjamannya. Bank Dunia harus menghentikan sikap tidak bertanggungjawab
>ini.
>
>Berikut tuntutan kami:
>1. Stop program JPS
>2. Tangguhkan pencairan dana pinjaman Bank Dunia, IMF dan OECF untuk
>tahun anggaran 1999/2000 sampai setelah Pemilu berlangsung, dan
>pemerintahan yang baru terbukti bersih dan pro-rakyat miskin.
>3. Membebaskan minimal 30 persen hutang Indonesia kepada Bank Dunia.
>
>Tertanda
>Jaringan Rakyat Miskin Kota
>
>JAWABAN BANK DUNIA
>JAKARTA March 29, 1999--The World Bank met today with members
>representing the
>civil society group Urban Poor Consortium (Konsorsium Kemiskinan Kota)
>to discuss the
>group?s concerns over the government?s handling of the crisis-response
>social safety net
>program (JPS), and their request for World Bank delay of its proposed
>Social Safety Net
>adjustment loan.
>
>Dennis de Tray, outgoing Country Director for Indonesia, thanked the
>individuals
>who  came  to the Bank office for the meeting. "We greatly appreciate
>the chance
>to  meet with the people whose lives have been impacted by this crisis,
>and hear
>about  ways in which the World Bank can help fix some of the problems in
>
>current JPS  programs.  This conversation is a critical addition to the
>ongoing
>dialogue that  we are having with Government, civil society, and other
>groups
>involved in social  safety  net programs in Indonesia. We are working to
>ensure
>that the JPS program  is efficient, well-targeted, well managed, and
>well
>monitored, and that these  programs are able to meet the individual
>needs of local
>communities. This is  an  enormous  challenge;  and  we  will move ahead
>with the
>financing of our safety  net  adjustment  loan  as  soon  as  we are
>satisfied that the
>necessary structures  and  policies  have  been  put  in place to serve
>the people
>of this country",?  said  de  Tray, who led the dialogue for the Bank
>today. Mark Baird,
>who  will be the new Country Director effective April 1, promised as a
>follow-up
>to  visit  some  of the urban kampung (neighborhood) in Jakarta severely
>hurt by
>the crisis to better understand the problems people are facing.
>                                ~~~~~~~~~~~~~~~~
>The World Bank is working on a Social Safety Net adjustment operation
>(SSNAL)
>which seeks to put in place policy conditions improving the functioning
>of the safety net
>programs.  These conditions will focus on:
>1.   Safeguarding key programs by putting in place a system of enhanced
>monitoring in each of
>the key social safety net programs (including the targeted rice program
>(OPK), scholarships,
>community funds (PDM-DKE), specific health initiatives, and labor
>intensive works programs
>(padat karya); by setting up a national overarching structure including
>a powerful commission of government for oversight (led by a coordinating
>minister), a joint government and civil
>society effort in a ?control team? led by Mar?ie Muhammad, and a
>completely independent
>monitoring team of civil society and NGO representatives; and by making
>more information
>available to the kecamatan and desa level about budget allocation and
>monitoring plans, as they
>relate to each community and village receiving funds.
>2.   Protecting effective social expenditures by maintaining the level
>and composition of
>expenditures in the social sectors, particularly education and health,
>as investments in
>Indonesia?s next generation; by ensuring budgetary and geographical
>allocations for social
>safety net programs, based on cost effectiveness and efficiency; and by
>seeking to consolidate
>budgets for padat karya safety net activities in an improved financing
>mechanism (either through
>a single ministry or other means).
>3.   Improving the design of social safety net instruments by conducting
>an ongoing monitoring
>and evaluation effort to determine which programs should be kept and
>strengthened, and which
>eliminated; by improving the geographical targeting to reach those in
>greatest need of  programs; and to help the government redesign PDM-DKE
>and OPK through enhanced transparency and accountability of the local
>level organizations, and improved targeting.
>===============================================================
>
>Kami mengucapkan terimakasih atas perhatian Anda untuk pencarian
>dukungan ini.
>[Image]
>  Urban Poor Consortium (Konsorsium Kemiskinan Kota)
>  Billy Moon Blok H-I/7 Jakarta 13450
>  Phone/Fax: 62.21.8642915
>  e-mail: mailto:[EMAIL PROTECTED]
>  Urban Poor Website: http://welcome.to/urbanpoor
>

To unsubscribe send a message to [EMAIL PROTECTED] with in the
message body the line:
unsubscribe demi-demokrasi

Kirim email ke