SEJAWAT SESAMA TENAGA KESEHATANPernyataan bahwa penulisan resep oleh dokter merupakan perampasan profesi apoteker membuat saya tertegun >Sudah sejauh inikah cara pandang profesi lain terhadap profesi dokter?
>Isu kesetaraan profesi menjadi senjata untuk menekan para dokter ? Sepertinya >harus pakai logika saja yang mendiagnosa dan menentukan terapi siapa lalu yang >merawat siapa? lalu pasiennya bagaimana? jangan jangan pasien bisa jadi korban >mal praktek karena isue kesetaraan profesinya ? dan yang punya undang-undang >untuk di hukum karena mal praketek siapa? aduuuuuuuuh bisa di renungi dan di >rasakan kalau itu terjadi pada keluarga kita yang bukan tenaga kesehata?.bisa >bisa terjadi pelanggaran HAM hanya persoalan ini ,lalu mau dikemanakan rasa >kemanusiaan yang adil dan beradab itu? Harapan terhadap layanan kesehatan baik >itu kuratif ,promotif dan preventif serta rehabilitatif terhadap masalah sakit >dan sehat masih ada di pundak kita mari sama-sama kita junjung tanggung jawab >bersama .Pa ________________________________ From: Cahya <cah_...@yahoo.co.id> To: desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com Sent: Tuesday, 3 September 2013 9:54 PM Subject: Re: [des-kes] Fwd: Dunia Kesehatan Indonesia Hanya Milik Dokter ekaratna...@gmail.com wendy nugraha <wendyfre...@yahoo.com> menulis: >Pernyataan bahwa penulisan resep oleh dokter merupakan perampasan profesi >apoteker membuat saya tertegun >Sudah sejauh inikah cara pandang profesi lain terhadap profesi dokter? >Isu kesetaraan profesi menjadi senjata untuk menekan para dokter >Dibutuhkan kebersamaan para dokter difasilitasi organisasi profesi untuk >mendudukan masalah sebenarnya. > >Salam, >WF > > > > >________________________________ > From: Billy N. <bi...@mediator.web.id> >To: >Sent: Monday, September 2, 2013 10:05 PM >Subject: [des-kes] Fwd: Dunia Kesehatan Indonesia Hanya Milik Dokter > > >http://rakyatsulsel.com/dunia-kesehatan-indonesia-hanya-milik-dokter.html >Dunia Kesehatan Indonesia Hanya Milik Dokter >Muh Irwan (Alumnus Fakultas Farmasi) > >Masih terbesik dibenak kita kasus puyer pada tahuun 2007 silam yg >menewaskan seorang bayi. Pada saat itu dokter angkat bicara soal >puyer, padahal itu bukaan rana dokter, farmasis lah yg mempunyai >wewenang. Penulisan resep oleh dokter yang dinilai sebagai perampasan >profesi oleh apoteker. >Pada tahun 2007 silam Menteri Kesehatan Siti Fadila Supari menggagas >sebuah konsep farmaceutical care, dimana semua stockholder Kesehatan >di Indonesia perpegang teguh pada profesinya masing masing. Untuk >menyembuhkan seorang pasien, maka diperlukan semua element kesehatan >yaitu Dokter, Apoteker, Perawat, Bidan, Analisis kesehatan bekerja >pada profesinya masing masing. >Dokter tugasnya mendiagnosa, Apoteker yabg meresepkan obat serta >perawat yabg merawat pasien itu hingga sembuh, tapi apa yabg terjadi >di Negeri ini.? Dokter menulis resep, memberi resep dll, sehingga >muncul paradigma baru di masyarakat bahwa apoteker dan perawat adalah >babu dokter >Wajar saja jika perawat menjerit memintah keadilan lewaat pengesahan >UU keperawatan, wajar saja jika farmasis meminta kesetaraan profesi. >Dokter dicetak dengan nominal rupiah yang banyak. >Kami menyadari kesemuanya ini terjadi dikarenakan dunia pendidikan >Kesehatan Indonesia yang semakin mahal, mau jadi dokter siapkan modal >minimal Rp 200 Juta, sehingga muncul paradigma kapitalis di Dunia >Kesehatan. >Sebuah keresahan atas permasalahan pendidikan dan dunia kesehatan >indonesia, Dunia Kesehatan yang didominasi oleh kerja kerja kedokteran >sehingga melupakan esensi stockholder Kesehatan yang lain. Apa yang >dituntut oleh Apoteker dan perawat itu sah sah Saja karena perilaku >dokter yang tidak bekerja profesional dan merampas hak Profesi lain. >Tentu Semua masyarakat pernah melihat iklan obat yang ada di media, >diakhir iklan ada tulisan: “jika sakit berlanjut hubungi dokter”. >Jika kita sadar konteks, maka iklan tersebut mempertegas kalau di >Indonesia Dunia kesehatan hanya milik dokter. Padahal jika sakit kita >berlanjut dan ketika harus ke dokter akan menambah beban biaya lagi >buat pasien. >Mahalnya biaya pendidikan Kedokteran di indonesia membuat para dokter >menghilangkan esensi UUD negara ini yaitu memberi kan rasa keadilan >sosial untuk semua masyarakat indonesia tanpa terkecuali. >Tentunya pahaman masyarakat juga harus diubah “Kesehatan gratis” >Pejabat di indonesia sudah merumuskan konsep Kesehatan gratis dengan >hitungan matematik yang pas. >Sulawesi Selatan menjadi percontohan konsep ini, tapi definisi gratis >dipahamani pejabat tidak sejalan dengan definisi pahaman orang awam, >buktinya Rumah Sakit-Rumah Sakit di MAKASSAR milik pemerintah masih >tetap saja membuyarkan harapan masyarakat miskin. > > >------------------------------------ > >Archives terdapat di http://www.yahoogroups.com/group/desentralisasi-kesehatan >Situs web terkait http://www.desentralisasi-kesehatan.net > > >Yahoo! Groups Links > > > > http://docs.yahoo.com/info/terms/