http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000002536491
Desa Harus Menyediakan Tenaga Kesehatan Sendiri

Desa-desa terpencil di Nusa Tenggara Timur harus mengupayakan tenaga
kesehatan sendiri. Lulusan SMA/SMK dari desa itu diupayakan masuk
sekolah kebidanan atau perawat.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur Yoseph Useng Ama, Senin
(7/10), di Larantuka, mengatakan, di desa-desa terpencil di Flores
Timur sudah dibangun poliklinik desa dan rumah tinggal bidan. Namun,
bidan masih tak betah di desa itu.
”Ke depan diupayakan tenaga bidan atau perawat berasal dari desa itu.
Artinya, lulusan sekolah menengah atas atau sederajat dari desa itu
didorong masuk sekolah kebidanan atau perawat. Mereka diupayakan
menjadi tenaga honorer, pegawai tidak tetap (PTT), atau calon pegawai
negeri sipil di desa itu,” kata Ama.
Mereka diharapkan betah karena lahir, besar, dan orangtua pun tinggal
di desa itu. Namun, mereka harus diberi insentif agar tidak tergiur
pindah ke kota.
Perlu koordinasi antara kepala desa dan dinas kesehatan kabupaten
sehingga anak-anak dari desa terpencil mendapat perhatian. Anggota
DPRD Lembata, Anton Gelat, mengatakan, masuk kebidanan harus dari
SMA/SMK jurusan IPA. Namun, kebanyakan lulusan dari desa terpencil
memilih jurusan bahasa dan IPS.
Harus ada kebijakan khusus dari sekolah kebidanan, menerima calon
mahasiswa lulusan IPS atau bahasa dari desa terpencil itu. Mereka
cukup membawa surat pengantar dari kepala desa untuk menerangkan
status desa terpencil tersebut.
Mantan bidan desa terpencil, Ny Beatrix Mawar (31), menuturkan, ia
pernah bertugas di desa terpencil, Demondei, Pulau Adonara, Flores
Timur, pada 1998-2000. Tahun 2000 ia meninggalkan desa itu.
”Aduh setengah mati tugas di desa itu. Sebagai bidan PTT, gaji saya Rp
400.000 per bulan. Tidak ada tunjangan insentif atau jaminan
persalinan seperti sekarang. Semua serba sulit. Namun, saya bertahan
menikmati kondisi itu,” kata Beatrix yang kini jadi PNS di Dinkes Kota
Kupang.
Untuk ke kota, mengurus pekerjaan atau belanja kebutuhan, termasuk
membawa beras, gula, dan minyak, ia harus jalan kaki lewat jalan
setapak menanjak sejauh 7 km dari pantai ke Desa Demondei, yang
terletak di Gunung Ile Paty, sekitar 1.000 mdpl. Jalan setapak penuh
lintah dan ular. Di desa itu tidak ada listrik, air bersih, dan
jamban.


------------------------------------

Archives terdapat di http://www.yahoogroups.com/group/desentralisasi-kesehatan
Situs web terkait http://www.desentralisasi-kesehatan.net


Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/desentralisasi-kesehatan/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/desentralisasi-kesehatan/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    desentralisasi-kesehatan-dig...@yahoogroups.com 
    desentralisasi-kesehatan-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    desentralisasi-kesehatan-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://info.yahoo.com/legal/us/yahoo/utos/terms/

Kirim email ke