To: "'[EMAIL PROTECTED]'" <[EMAIL PROTECTED]> From: Rumilah <[EMAIL PROTECTED]> Date sent: Sat, 11 Nov 2000 02:51:56 +0700 Send reply to: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [Istiqlal] Fwd: Dari 'Ada Tuhan' ke 'Tuhan Ada' > > > Yagn anda katakan ada betulnya, tapi: > > > > Satu: > > > > tidak salah untuk toh menunjukkan ada yang nggak beres dengan > > orang yang percaya kepada Allah atau Tuhan apaun juga yang tidak > > bisa dibuktikannya keberadaannya. > > > > Dua, dan ini yang lebih penting saat ini: > > > > ajaran agama Islam - berbeda dengan ajaran Nasrani - masih tolol > > dan biadab. > > > > Ajaran Islam itu perlu dicerdaskan dan dimanusiawikan agar > > > > a orang yang beragama lain atau orang yang tidak beragama bisa > > hidup tenang tanpa merasa terancam oleh orang islam yang > > menurutkan suruhan al-Mus'haf untuk melibas danmerampok orang > > kafir dan ahl-alkitab. > > mengapa anda bilang begitu, setahu saya umat Islamlah yang ditindas, > seperti di maluku orang sedang sholat Idul Fitri dibantai habis-habisan, apa > nggak bikin darah umat islam mendidih. Soal Ambon dan Maluku. Saya kira kita sama-sama tahu - dan kalau anda tidak tahu maka artinya anda itu goblok - bahwa apa yang terjadi di Maluku (dan tentu saja di Ambon) adalah rekayasa militer yang tidak ingin melihat pemerintah sipil kuat di Indonesia dan militer itu berhasil memprovokasi beberapa kelompok orang Islam dan Nasrani di Maluku. Ya, banyak orang Islam yang dibantai di Ambon atau di Tobelo dan dikampung lain. Ini adalah perbuatan biadab. Tapi ada pula orang Nasrani yang dibantai di Tenate misalnya. Dan ini juga sama biadabnya. Jadi, koreksi pertama, yang terbantai di Maluku bukan hanya orang Islam, tapi juga orang Nasrani dan pembantaian itu - ini adalah koreksi ke dua - di rekayasa oleh militer. Saya ikut menyalahkan orang-orang Nasrani seperti Sahetapy (cf.posting saya di apakabar) yang ketika mayat orang Islam bergelimpangan di Tobelo diam seribu basa, tapi berteriak kesakitan (justified) ketika yang jadi korban adalah orang Nasrani di Ambon. Dan anda sendiri tidak lebih baik dari Sahetapy, karena anda berteriak (justified) ada orang Islam yang menjadi korban di Ambon, tapi anda tidak berbicara mengenai mayat orang Nasrani yang mati dibunuh di Ternate Anda sama-sama hipokirtnya dengan Sahetappy. Anda sama-sama nistanya dengan Sahetappy. Anda sama-sama bermantal anjing seperti Sahetappy.. > Dan yang paling aktual, sekarang > masalah Israel dimana orang-orang yang nggak punya negara mau mendirikan > negara dalam negara. Banyak penduduk sipil yang di korbankan, apakah salah > jika orang muslim mempertahankan hak-hak mereka? Mana hak asasi manusia? > Mana PBB? Yach satu-satunya jalan adalah berjuang sendiri dengan membantai > mereka. Agar anda maklumi, saya - ketika saya masih mahasiswa - ikut berdemonstrasi dulu di Paris mendukung hak orang Palestina. Dan di Komisi dan Sub-komisi HAM PBB di Jenewa saya sudah beberapa kali ikut mendukung usaha untuk mempertahankan hak-hak orang Palestina yang ditindas Israel. Dan saya berpendapat bahwa adalah kesalahan PBB dulu untuk mendirikan negara Israel. Namun, saya juga berpendapat bahwa hanya orang Palestina dan bukan saya yang bukan orang Palestina yang berhak untuk menentukan jalan buat mencari pemecahan masaalah - dan mengakhiri penderitaan orang Palestina - yang ditimbulkan oleh didirikannya negara Israel ini. Artinya, bila PLO menerima Oslo, maka saya mengharapkan agar mereka berhasil, melalui Oslo, mencapai tujuan perjuangan mereka. Kekejaman Isreal saya kutuk, tapi saya catat bahwa tidak banyak orang Islam yang pergi ke Palestina mendukung orang Palestina - yang nota bene - sambil lalu- tidak semuanya orang Islam, tapi ada juga orang Nasrani. Dan bahwa yang berusaha ikut menyelesaikan masalah ini terutama adalah PBB dan beberapa negara demokratik. Orang Islam lain, seperti anda, lebih banyak teriak-teriak doang atau memakai penderitaan orang Palestina untuk kepentingan politik dalam negeri, kongkritnya di Indonesia untuk menyerang Abdurrachman Wahid. > Orang Islam tak pernah mengganggu apabila tidak diganggu. Sebagai > bukti real anda, Malaysia yang sebagian besar umat Islam, maka kehidupan > beragamanya tenang. Kehidupan beragama di Malaysia tenang? Ah, ini kabar baru. > Tapi lihat timor-timur mana hak-hak umat Islam tinggal > disana? Lihat pulau Jawa, yang sebagian besar umat Islam, kehidupan beragama > lanar-lancar saja, Anda adalah tukang kibul, pembohong, pendusta dan tukang omong kosong. Anda adalah penipu. Anda adalah manusia nista! Anda adalah manusia yang menjijikkan! Beberapa tahun yang lalu saya membawa masaalah pembakaran ratusan gereja di Jawa. ke Sub-komisi HAM PBB. Orang Nasrani tidak merasa aman di Indonesia. > api lihat Maluku jika umat Islam tidak ada bantuan > kesana mungkin saat ini umat Islam sudah lenyap dari bumi Maluku. Silahkan > baca sejarah kembali. Saya ulangi, apa yang terjadi di Maluku memilukan, tapi yang salah, yang terutama salah adalah serdadu yang merekayasa perselisihan ummat beragama. Dan adalah juga kesalahan gereja, adalah kesalahan alim ulama yang tidak berusaha keras buat ikut menyelesaikan saling bantai membantai ini. > > b. agar orang-orang Islam berhenti berbunuhan dan saling > > menyiksa.. > > Ya anda terdiam! Anda tidak bisa berbicara, anda tidak bisa ngibul disini. Anda tidak sanggup memberi komentar, karena yang menggoroki orang Islam sekarang di Afghanistan adalah orang Islam, yang melarang perempuan Islam mengendarai mobil di Saudi Arabia adalah orang Islam, yang memperkosa TKWI (Islam) di Timur-Tengah adalah orang Islam, yang berbunuhan di Aljazair sekarang adalah orang Islam. Orang Islam saling berbunuhan ditahun 2000 ini, karena ajaran Islam tidak menghalangi orang Islam saling berbunuhan. > > > > > > > aryo bingung 212 > > > ----- Original Message ----- > > > From: "Herry Novri" <[EMAIL PROTECTED]> > > > To: <[EMAIL PROTECTED]> > > > Sent: Friday, November 10, 2000 3:35 AM > > > Subject: Re: [Istiqlal] Fwd: Dari 'Ada Tuhan' ke 'Tuhan Ada' > > > > > > > > > > Kira-kira anda sudah menerangkan apa yang dimaksud "ada". > > > > Silahkan anda terangkan apa yang anda maksud dengan "Tuhan" sekiranya > > dia > > > itu "ada". > > > > > > > > ----- Original Message ----- > > > > From: JD > > > > To: [EMAIL PROTECTED] > > > > Sent: Friday, November 10, 2000 2:05 PM > > > > Subject: [Istiqlal] Fwd: Dari 'Ada Tuhan' ke 'Tuhan Ada' > > > > > > > > > > > > --- In [EMAIL PROTECTED], "JD " <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > --- In [EMAIL PROTECTED], "Skeptic" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > > > > > > From: Herry Novri [mailto:novri@c...] > > > > > > > > > > > > Karena jelas banyak terjadi kesalahpahaman tentang istilah yang > > > > > > kita gunakan, kepadatan udara, gejala fisik, ada dsb... kalau > > > > > > anda serius coba anda jelaskan apa konsepsi anda tentang : > > > > > > 1. Tuhan > > > > > > 2. Ada > > > > > > Mari kita samakan dulu persepsi kita.... > > > > > > > > > > > > Kesalahan filosofis pertama adalah asumsi terselubung bahwa 'ada itu > > > > pasti mengada'. > > > > > > > > Seperti orang yang menulis message ini, yang memanggil dirinya JD > > > > itu, dia itu 'pasti ada'..., karena dia telah 'mengada' melalui > > > > tulisannya ini. Kata 'melalui' ini nanti bisa juga dibaca sebagai > > > > manifestasi, emanasi, transendensi, representasi. > > > > > > > > Berarti, kamu kenal JD jadi tidak beda dengan kamu kenal Tuhan..., > > > > kenalnya itu cuman melalui 'manifestasinya', atau kalau buat Tuhan, > > > > yach 'emanasinya'. > > > > > > > > Tapi..., lantas gimana kamu bisa tahu kalau ini memang betul-betul > > > > ditulis JD; dan bukannya malah ditulis Tuhan misalnya? 'Bukti' yang > > > > kamu miliki khan cuman tulisan ini saja. Tapi, bukti ini sendiri > > khan > > > > sudah distortif. Mana mungkin totalitas si JD atau si Tuhan itu > > > > direduksi cuman sebagai tulisan (atau kitab suci) ini saja? > > > > > > > > Nah..., ini lantas jadi gejala pikiran 'ada Tuhan'. 'Ada JD'. > > > > > > > > Pikiran ini benar atau salah? > > > > > > > > Okey..., ambil contoh tulisan ini saja. Dari tulisan ini, > > > > kesimpulannya yach bakal jadi 'ada JD' itu. Tapi masalahnya > > > > sekarang, 'JD' itu apa? Spesies, nama orang, inisial orang, nama > > > > penulis, substansi unik, substansi tunggal, nama generik..., atau > > > > apa? Gimana kalau nama saya sendiri ternyata 'Jaka Dildo Slamet > > > > Sentosa'? Lantas yang ada itu si JD atau JDSS? > > > > > > > > Jadi kesimpulan 'ada Tuhan' itu tidak pernah bisa menjawab > > pertanyaan > > > > ini! Dalam kesimpulan 'ada JD', ada banyak asumsi yang memang bisa > > > > ditarik, seperti: pasti ngerti bahasa Indonesia, pasti ngerti > > > > internet, dsb, dsb. Tapi dari kesimpulan 'ada Tuhan'..., apa lantas > > > > kita mau menyimpulkannya seperti: 'Auloh pasti ngerti Arab', 'Auloh > > > > pasti suka air (buktinya surga Islam penuh sungai)..., dsb. > > > > > > > > -0-0-0- > > > > > > > > Selanjutnya kesalahan pertama dari pikiran kabur atas 'ada Tuhan' > > itu > > > > tanpa pernah diverifikasi lagi, lantas dibalik dan dijadikan acuan > > > > buat menyimpulkan kalau 'tuhan ada'. > > > > > > > > Buktinya kayak si 'JD ada', yach dari tulisannya itu; yach kitab > > > > sucinya itu, atau yach "semua ciptaannya" ini. Lebih absurd lagi, > > > > dibilang si JD lah yang menciptakan semua bahasa dan kata-kata yang > > > > dipakai di tulisannya itu. Atau: Tuhanlah yang menciptakan dirinya > > > > sendiri. > > > > > > > > Jadi, kalau kamu merasa bahwa kesimpulan seperti "JD menciptakan > > > > bahasa tulisannya juga" itu super konyol dan goblog; maka akui juga > > > > kesimpulan seperti "Tuhan juga menciptakan media-media komunikasinya > > > > sendiri" itu sebagai identik begonya! > > > > > > > > -0-0-0- > > > > > > > > So, baik 'ada Tuhan' maupun 'Tuhan ada' itu sama-sama absurdnya! > > > > Problemnya yach itu: > > > > 1. apa setiap 'ada' memang pasti bisa diasumsikan 'mengada' > > secara > > > > subyektif dan otonom? (kalau kamu bilang 'Tidak', maka welcome to > > > > atheism); > > > > 2. apakah 'mengada' itu mungkin terjadi dalam kondisi 'mengada > > > > bagi diri sendiri' [being for itself]? (Tidak mungkin! Mengada itu > > > > harus selalu dan cuman bisa 'mengada bagi yang lain' atau 'mengada > > > > dalam keberhadapannya dengan yang lain! Misalnya: tanpa manusia, > > maka > > > > Tuhan yach tidak akan menjadi Tuhan!) > > > > 3. bagaimana kita bisa menetapkan atribut si tuhan dalam 'tuhan > > > > ada' atau pun 'ada tuhan', jika kita sendiri tidak bisa memastikan, > > > > tuhan (atau JD) itu merupakan kategori generik (cuman nama species), > > > > kagetori individual, kategori dependen (sama manifestasinya), > > > > kategori independen (lebih besar dari manifestasinya) atau pun > > > > kategori semantik yang terminologis belaka (yach cuman pronoun/kata > > > > ganti belaka buat suatu realitas lain). Kalau kamu tidak bisa > > > > menjawab dan memastikan ini, maka paling tidak: "welcome to > > > > agnosticism". Jadi seduluran sama Skeptik...:) > > > > 4. 'Ada', kata 'Ada' itu sebetulnya atributif atau cuman > > predikat? > > > > (Yach sekaligus keduanya! 'Ada' seperti dalam 'internet sudah ada' > > > > yach jelas atributif, yang secara semantik menjelaskan atribut > > > > internet yang memang sudah ada. Tapi, 'ada' dalam kalimat > > > > seperti 'Tuhan ada' yach jelas cuman predikat saja! Kalau pun 'ada' > > > > dalam 'Tuhan ada' tetap mau dipaksa sebagai atribut yang bisa > > > > menjelaskan 'keberadaan Tuhan'; maka 'putri duyung ada'-pun yach > > > > harus dianggap menjelaskan 'keberadaan si putri duyung'. So, kalau > > > > kamu bisa membuktikan bahwa kata 'putri duyung ada' itu benar, > > betul- > > > > betul bisa dipakai untuk 'membuktikan' bahwa putri duyung itu > > *memang > > > > ada* , maka yach: "Welcom to Lunacy') > > > > > > > > > > > > Masih mau diterusin? > > > > > > > > > > > > JD