dari milis sebelah
> ---------------------------------------------------------------------~->
> 
> Cinta Ibu atau Suami?
> Oleh: Dina Mutia Nurasiah (Guru TK Ya Bunayya
> Surabaya)
> Sumber: Suara Hidayatullah
> 
> Ketika seorang wanita memutuskan untuk mengarungi
> bahtera rumah tangga, tentu dia harus sudah siap
> dengan segala konsekuensinya. Termasuk harus siap
> berbagi perhatian dan cinta kepada ibu yang
> melahirkan, membesarkan dan mendidiknya hingga dewasa.
> Pun kepada suami yang akan menemani sampai akhir
> hidupnya.
> 
> Pada kenyataannya tidak mudah untuk berlaku adil
> terhadap keduanya. Terutama bagi seorang wanita yang
> tidak pernah berpisah dengan ibunya sejak kecil hingga
> dewasa dan memiliki kedekatan psikologis yang erat,
> akan terasa sangat berat jika harus berpisah untuk
> mengikuti suaminya. 
> 
> Terkadang kita (sebagai seorang wanita) lebih memilih
> untuk tetap tinggal bersama ibu, sementara suami
> sebenarnya merasa kurang sreg bila harus tinggal di
> rumah mertuanya. Keadaan seperti itu kurang baik bagi
> perjalanan keluarga yang bersangkuta. Bakal terjadi
> perasaan tak enak, bahkan tertekan pada suami.
> 
> 
> Berbagi Atau Memilih Cinta?
> 
> Sebagai seorang muslimah yang mengerti kewajiban
> sebagai seorang istri, mau tidak mau, suka atau tidak,
> ketika kita sudah menikah, tentu ketaatan kepada suami
> adalah lebih utama (selama masih berada dalam
> kebaikan), sekalipun sebenarnya berat untuk berpisah
> dengan ibu yang sangat dicintainya.
> 
> Suami yang saleh biasanya akan memberikan kesempatan
> dan mendukung sang istri untuk tetap memberikan
> perhatian dan kasih sayang kepada ibunya. Sehingga
> tidaklah perlu memilih antara cinta kepada
> suami/keluarga atau dengan ibu sendiri.
> 
> Ada banyak cara mencurahkan kasih sayang kepada ibu
> tanpa harus mengorbankan cinta kepada suami. 
> 
> Contohnya, bila telah jauh dari orang tua, atau
> memiliki rumah tangga sendiri, bisa dengan cara
> menjenguk ibu bersama anak dan suami. Atau sesekali
> mengajaknya menginap di rumah agar kita dapat
> melepaskan rindu dan mendengarkan dengan sabar segala
> curahan hatinya. Pun sekedar menghiburnya lewat
> telepon. 
> 
> Sungguh berbahagia memiliki suami yang bersedia
> melakukan semua itu bersama-sama kita dan anak-anak.
> Hal itu bukannya mengurangi cinta terhadap suami,
> tetapi justru semakin membuat kita mencintainya hari
> demi hari. 
> 
> Namun..., tidak bisa dipungkiri, ada hal-hal khusus
> yang berkaitan dengan cinta kita kepada ibu dan suami
> yang jika kita tidak mensikapinya dengan cermat justru
> akan menimbulkan masalah yang cukup mengganggu. Apa
> itu? 
> 
> 
> Bila Sibuk Menjadi Penghalang
> 
> Kalau mau jujur, sebenarnya dengan semakin lama usia
> perkawinan kita, anak-anak bertambah banyak, dan
> kesibukan di tempat kerja (bagi yang bekerja) semakin
> padat, kita menjadi agak jarang memperhatikan ibu yang
> memang tidak tinggal bersama kita. Kita lupa
> mengingatnya untuk beberapa waktu. Dan akhirnya
> perasaan cinta kita pun mulai luntur. Kita mungkin
> masih mendoakannya setiap habis shalat, tapi jelas
> terasa itu pun tanpa ruh. Doa itu hanya menjadi
> semacam tradisi ritual, tanpa muatan rasa rindu.
> 
> Rasanya memang kita perlu merenungkan kembali,
> terutama sehabis shalat fardlu atau shalat malam,
> sebenarnya apa yang menyebabkan kita sering melupakan
> ibu. Benarkah cinta kita kepada ibu kita sudah mulai
> berkurang? Kalau tidak, mengapa cinta kita pada suami
> (dan anak) saat ini terasa lebih dominan? Apakah ini
> dikarenakan ibu sudah tidak lagi dapat menjawab
> kebutuhan-kebutuhan kita secara langsung, sementara
> suami dapat menafkahi, melindungi, dan memperhatikan
> kita? Lho, jadi... selama ini kita mencintai ibu atau
> suami hanya karena kita dapat bergantung kepadanya?
> 
> Kalau memang demikian ukurannya, alangkah tidak
> adilnya kita. Alangkah dangkalnya cinta kita kepada
> ibu atau suami kita atau bahkan (mungkin kelak) kepada
> anak-anak kita. 
> 
> 
> Mencintai untuk Meraih Ridha Allah
> 
> Dengan pikiran yang jernih dan perasaan penuh rendah
> hati di hadapan Allah untuk mendapatkan petunjuk,
> akhirnya kita sadari bahwa sesungguhnya berlangsungnya
> perasaan cinta yang kurang proposional itu tidak akan
> terjadi jika kita mengawali cinta kita dengan
> motivasi/niat yang benar. Jika awal mencintai ibu atau
> suami adalah untuk meraih cinta Allah, rasanya cinta
> kita tidak perlu pudar atau salah arah 
> 
> Sebenarnya, masalah ini dapat dipahami karena dalam
> level tertentu cinta itu memang harus diupayakan. Nah,
> dalam upaya mewujudkan cinta inilah mungkin sekali
> kita terganggu atau terbelokkan. Namun jika kita
> memiliki niat atau tujuan akhir yang jelas, yaitu
> untuk meraih cinta Allah, maka kita dapat mengupayakan
> cinta kita agar tetap berada pada jalur yang benar. 
> 
> Cinta kepada Allahlah yang akan menjadi mercusuar bagi
> cinta-cinta kita yang lain itu agar tetap lurus,
> tulus, bermakna dan tidak kehilangan arah. Bahkan
> sebenarnya cinta kita kepada Allahlah yang akan
> melahirkan cinta-cinta yang lain sebagaimana pepatah
> bijak mengatakan, "hanya dengan memiliki, engkau dapat
> berbagi". Bersumber dari cinta Allah kita dapat
> membagi cinta itu kita kepada ibu, suami, anak-anak
> kita dan orang lain dengan hati yang nyaman.. 
> 
> Sedang untuk memupuk rasa cinta yang sudah ada itu,
> berdasarkan pengalaman, ada beberapa tips, di
> antaranya: 
> 
> - menjaga silaturrahim bersama-sama suami dan
> anak-anak ke rumah ibu (jangan memandang suami atau
> anak dan ibu adalah dua pihak yang bertentangan dalam
> hal cinta/perhatian),
> - segera menjenguknya bila beliau sakit, mendoakannya
> setiap selesai salat dengan penuh ketulusan sambil
> mengingat jasa dan kebaikannya yang tak mungkin
> terbalas, 
> - dan tidak segan-segan meminta maaf bila kita berbuat
> salah atau menyinggung hatinya. 
> 
> Yang jelas semua itu diawali dengan semangat memberi,
> bukan meminta. 
> 
> "Cintailah (dulu), (maka) engkau akan dicintai".
> Itulah prinsip cinta yang fundamental.
> 
> 
> 
> ===================================================================
>         Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
> =================================================================== 
> 
> Yahoo! Groups Links
> 
>
>  
> 
> 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Yahoo! Domains - Claim yours for only $14.70
http://us.click.yahoo.com/Z1wmxD/DREIAA/yQLSAA/vbOolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 



--
http://ketawa.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
     http://groups.yahoo.com/group/e-ketawa/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
     [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
     http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke