Penyebab Menopause Dini

Umumnya menopause terjadi pada usia 50 tahun. Namun, belakangan,
banyak wanita muda yang tergolong usia reproduktif sudah mengalami
menopause. Bahkan angkanya memiliki kecenderungan meningkat. Kondisi
inilah yang disebut sebagai menopause dini dan patut diwaspadai oleh
kaum wanita.

Menurut dr.Med. Ali Baziad, Sp.OG,KFER., ada beberapa hal yang memicu
terjadinya menopause dini:

1. Penyakit seperti tuberkulosis pada ovarium atau kanker ovarium

Bila akibat penyakit, ovarium atau indung telur ini harus diangkat
maka dapat menyebabkan gangguan hormonal. Karena, indung telur yang
bertugas memproduksi estrogen.

2. Gaya hidup yang salah

Banyak kaum wanita yang ingin langsing secara instan, minum
obat-obatan atau jamu-jamu pelangsing tanpa pengawasan dari dokter.
"Padahal, kandungan obat atau jamu itu tidak diketahui,'' sesalnya
saat ditemui di Rumah Bersalin YPK Theresia, Jakarta Pusat.

Dampak dari kebiasaan itu, bila tanpa pengawasan dokter, umumnya
bersifat kronik. Setelah bertahun-tahun, dampaknya baru terasa,
misalnya tiba-tiba saja menstruasinya terhenti.

3. Adanya pergeseran pola makan pada sebagian wanita

Contohnya, banyak wanita yang mulai meninggalkan makan tempe atau tahu
dan lebih memilih makanan cepat saji yang gizinya tidak seimbang.
Padahal tempe atau tahu tergolong makanan yang banyak mengandung
fitoestrogen, yaitu estrogen nabati yang cukup tinggi.

4. Malas berolahraga

Banyak orang dengan dalih padatnya kesibukan, mulai enggan
berolahraga. Padahal olahraga itu penting, karena dapat melancarkan
peredaran darah, menyegarkan badan dan membantu produksi hormon dan
menguatkan tulang. Dengan rajin berolahraga diharapkan hormon estrogen
dapat tetap lancar diproduksi oleh tubuh.

5. Olahraga yang berlebihan Dikatakan berlebihan karena olahraga yang
dilakukan tidak memperhatikan aturan main yang benar. Namun, menopause
yang disebabkan olahraga yang berlebihan masih lebih mudah disembuhkan
dibanding dengan yang disebabkan obat-obatan atau jamu. Dua yang
terakhir ini besar kemungkinan telah merusak indung telur.

GEJALA YANG PATUT DICERMATI

GEJALA menopause dini ini tak jauh berbeda dari gejala menopause alami, yaitu:

* sakit saat berhubungan seks,

* depresi,

* jantung berdebar-debar,

* sakit kepala,

* pegal-pegal,

* pelupa,

* jantung koroner,

* stroke,

* kanker usus besar,

* terancam osteoporosis,

* Pemeriksaan kadar hormon estrogen, folllicle stimulating hormone
(FSH), luteinizing hormone (LH), serta prolaktin menunjukkan kadar FSH
> 30 dan estrogen < 30. Angka itu menunjukkan seorang wanita sudah
dapat dikategorikan memasuki usia menopause. Pemeriksaan prolaktin
diperlukan terutama pada perempuan yang mengalami menopause dini.
Alasannya, penggunaan jamu dan obat-obatan yang kandungannya tidak
jelas bisa merangsang produksi prolaktin di otak. Kalau prolaktin
lebih tinggi atau sama dengan 100 mg/ml maka perlu dicurigai sebagai
pertanda adanya tumor di otak. Menopause dini dengan kondisi ini tidak
boleh dilanjutkan dengan pemberian estrogen karena akan merangsang
pembesaran tumor yang tentu saja membahayakan.

PENGOBATAN GEJALA MENOPAUSE

1. Untuk mengatasi gejala menopause, pengobatan dapat dilakukan dengan
menambahkan hormon estrogen dari luar ke dalam tubuh, yakni dengan
terapi sulih hormon (TSH) atau hormone replacement therapy.

Umumnya setelah mendapat terapi, perempuan yang tadinya selalu merasa
murung bisa kembali ceria, sama seperti ketika dia belum fase
menopause. Perempuan juga bisa kembali mendapatkan menstruasi, tidak
lagi merasakan jantung berdebar-debar, pusing, ataupun merasa
pegal-pegal dan kulit pun kembali menjadi halus. Risiko terkena
jantung koroner, osteoporosis, stroke, dan kanker usus besar pun
menurun.

Di kalangan kedokteran sendiri masih banyak terdapat silang pendapat.
Ada yang menyatakan pengobatan ini harus dilakukan selama lima tahun,
ada juga yang menganjurkan sesuai kebutuhan pasien alias selama masih
ada keluhan. Bila sudah tidak ada keluhan, pengobatan dapat langsung
dihentikan.

Patut diperhatikan, TSH akan meningkatkan risiko terkena kanker
payudara, terutama pada pasien yang memiliki sejarah kanker dalam
keluarganya. Oleh karena itu, TSH tidak disarankan bagi pasien dengan
sejarah kanker walaupun risiko ini tidak selalu terjadi.

Untuk mengeliminasi efek negatif TSH, sebaiknya pengobatan ini
benar-benar dilakukan di bawah pengawasan dokter. Pun sebaiknya
lengkapi terapi hormon ini dengan pemeriksaan mamografi dan pap's
smear tiap enam bulan sampai setahun sekali. Bagi pasien tanpa sejarah
kanker, ia bisa melakukan uji laboratorium satu sampai dua tahun
sekali.

2. Pengobatan lain yang kerap diberikan adalah dengan pil KB.

Terapi ini intinya adalah untuk mengatasi efek akibat kekurangan
hormon estrogen. Selain itu juga untuk merangsang tulang agar lebih
kuat.

Namun, pemberian pil KB jenis tertentu yang mengandung etinol
estradiol tidak diberikan kepada wanita yang mengalami menopause di
usia lebih dari 40 tahun. Zat itu ditakutkan akan merangsang faktor
pembekuan darah 10 kali lebih kuat. Bahkan, dikhawatirkan akan terjadi
penyumbatan pembuluh darah seperti trombosis, emboli, dan stroke.

3. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi
fitoestrogen yang banyak terdapat pada makanan di Indonesia.

Fitoestrogen bisa ditemukan pada buah-buahan seperti pepaya dan
bengkuang, teh hijau, kacang kedelai beserta produk olahannya, gandum,
wijen, biji bunga matahari, dan kacang tunggak.

4. Rajin berolahraga secara teratur sesuai usia dan berjemur di sinar
matahari pagi.

5. Minum susu bebas lemak dengan kadar kalsium cukup.

sluurrrrrpppppppp ;-P~~~~~~~~~~~O))

Mau tebakan sama temannya?
Ketik TTH Kirim ke 3911 - IM3, Mentari, Matrix, ProXL, Telkom Fleksi
Rp. 1000,-/SMS

Ketawa dot Com - http://ketawa.com/
CV Global Intermedia - http://www.g-im.com/




SPONSORED LINKS
Indonesia hotel Travel to indonesia


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke