Susah mas kalo mau buat travel warning... Nanti dikira kita provokator.

Apalagi dari pihak M'sia udah meminta maaf ke Ind.
Sekarang marilah  kita menghimbau kepada Bapak2, Ibu2, Mas2 dan Mbak2 yg punya 
rejeki lebih . Jika mau berlibur untuk rilekskan fikiran... gak usah jauh2  ke 
negeri seberang...Ke negeri sendiri aja... belanja handycraft hasil kerajinan 
tangan  bangsa kita sendiri...
Sedikit banyak kurangi pengangguran dengan lakunya karajinan buatan industri 
kecil.
Dan akhirnya  berkurang pula  para pencari kerja yg harus jauh2 ke negeri orang 
tinggalkan keluarga ... 
Mereka TKI2  Indonesia  juga ingin hidup layak, akhirnya mereka harus rela jauh 
dari istri, suami dan anak2  mereka, belum lagi kalo mereka harus dianiaya oleh 
majikan yg kejam dan tak berprikemanusian.. biadab lho mereka perlakukan bangsa 
Kita... 
Kalo yg TKI perempuan harus menerima pelecehan seksual jika tertangkap polisi 
diraja M'sia..dan yg laki2  harus terima hukuman cambuk... 

 Jika bangsa kita bisa ciptakan lapangan kerja dari industri kecil...lumayan 
juga..
Ini  sih ide dari saya yg hanya sebagai karyawan swasta... apalah dayaku...

 

  ----- Original Message ----- 
  From: Akmal - Gmail 
  To: e-ketawa@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, August 31, 2007 2:50 PM
  Subject: RE: e-ketawa :-) Fw: Tembak Saja Itu Indon !!!



  Udah G bilang .. bikin travel warning ke malaysia aja .. boikot semua promosi 
tour ke malaysia .. gimana Tour Dept.. bisa bantu gak ??
  *panasnihkepalague*



------------------------------------------------------------------------------
  From: e-ketawa@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of pac
  Sent: Friday, August 31, 2007 1:45 PM
  To: e-ketawa
  Subject: e-ketawa :-) Fw: Tembak Saja Itu Indon !!!



  =============================================

  Posted by: "alvie" alviesyahrin
  Wed Aug 29, 2007 11:55 pm (PST)

  ----- Original Message -----
  Sent: Thursday, August 30, 2007 11:03 AM
  Subject: Tembak Saja Itu Indon !!!

  Nama saya Budiman Bachtiar Harsa, 37 tahun,
  WNI asal Banten, karyawan di BUMN berkantor di
  Jakarta.

  Kasus pemukulan wasit Donald Peter di Malaysia, BUKAN
  kejadian pertama. Behubung sdr Donald adalah seorang
  "Tamu Negara" hingga kasusnya terexpose besar-besaran.
  Padahal kasus serupa sering menimpa WNI di Malaysia.
  BUKAN HANYA TKI Atau Pendatang Haram, tapi juga
  WISATAWAN.

  Tahun 2006, bulan Juni, saya dan keluarga (istri, 2
  anak, adik ipar), pertama kalinya kami "melancong" ke
  Kuala Lumpur Malaysia. (Kami sudah pernah berwisata ke
  negara2 lain, sudah biasa dengan berbagai aturan
  imigrasi).
  Hari pertama dan kedua tour bersama Travel agent ke
  Genting Highland, berjalan lancar, kaluarga bahagia
  anak-anak gembira.

  Hari ketiga city tour di KL, juga berjalan normal.
  Malam harinya, kami mengunjungi KLCC yang ternyata
  sangat dekat dari Hotel Nikko, tempat kami menginap.
  Usai makan malam, berbelanja sedikit, adik ipar dan
  anak-anak saya pulang ke hotel karena kelelahan,
  menumpang shuttle service yang disediakan Nikko Hotel.
  Saya dan istri berniat berjalan-jalan, menikmati udara
  malam seperti yg biasa kami lakukan di Orchrad
  Singapore, toh kabarnya KL cukup aman.
  Mengambil jalan memutar, pukul 22.30, di dekat HSC
  medical, lapangan dengan view cukup bagus ke arah Twin
  Tower.

  Saat berjalan santai, tiba2 sebuah mobil Proton
  berhenti, 2 pria turun mendekati saya dan istri.
  Mereka tiba-tiba meminta identitas saya dan istri,
  saya balas bertanya apa mau mereka. Mereka bilang
  "Polis", memperlihatkan kartu sekilas, lalu saya
  jelaskan saya Turis, menginap di Nikko hotel. Mereka
  memaksa minta passport, yang TIDAK saya bawa. (Masak
  sih di negeri tetangga, sesama melayu, speak the same
  language, saya dan istri bisa berbahasa inggris,
  negara yg tak butuh visa, kita masih harus bawa
  passport?). Salah satu "polis" ini bicara dengan HT,
  entah apa yg mereka katakan dengan logat melayunya,
  sementara seorang rekannya tetap memaksa saya
  mengeluarkan identitas. Perliaku mereka mulai tak
  sopan dan Istri saya mulai ketakutan. Saya buka
  dompet, keluarkan KTP. Sambil melotot, dia tanya
  :"kerja ape kau disini?" saya melongo... kan turis,
  wisata. Ya jalan-jalan aja lah, gitu saya jawab. Pak
  polis membentak dan mendekatkan mukanya ke wajah saya:
  KAU KERJA APE? Punya Licence buat kerja?

  Wah kali dia pikir saya TKI ilegal. Saya coba tetap
  tenang, saya bilang saya bekerja di Jakarta, ke KL
  untuk wisata. Tiba-tiba salah satu dari mereka mencoba
  memegang tas istri, dan bilang: "mana kunci Hotel?
  "... wah celakanya kunci 2 kamar kami dibawa anak dan
  ipar saya yg pulang duluan ke hotel.

  Saya ajak mereka ke hotel yang tak jauh dari lokasi
  kami. Namun pak Polis malah makin marah, memegangi
  tangan saya, sambil bilang: Indon... dont lie to us.
  Saya kurung kalian...

  Jelas saya menolak dan mulai marah. Saya ajak mereka
  ke hotel Nikko, dan saya bilang akan tuntut mereka
  habis2an. sambil memegangi tangan saya, tuan polis
  meludah kesamping, dan bilang: kalian semua sama
  saja...

  Saat itu sebuah mobil polisi lainnya datang, pake logo
  polisi, seorang polisi berseragam mendekat. Di dadanya
  tertulis nama: Rasheed.

  Saya merapat ke pagar taman sambil memegang istri yang
  mulai menangis. Melawan 3 polis, tak mungkin. Mereka
  berbicara beritga, mirip berunding. Wah, apa polis
  malaysia juga sama aja, perlu mau nyari kesalahan
  orang ujung2nya merampok?

  Petugas berseragam lalu mendekati saya, meminta kami
  untuk tetap tenang. Saya bertanya, apa 2 orang preman
  melayu itu polisi, lalu polisi berseragam itu
  mengiyakan. Rupanya karena saya mempertanyakan
  dirinya, sang preman marah dan mendekati saya,
  mencengkram leher jaket saya, dan siap memukul, namun
  dicegah polisi berseragam.

  Polisi berseragam mengajak saya kembali ke Hotel untuk
  membuktikan identitas diri. saya langsung setuju,
  namun keberatan bila harus menumpang mobil polisi.
  Saya minta untuk tetap berjalan kaki menuju Nikko
  Hotel, dan mereka boleh mengiringi tapi tak boleh
  menyentuh kami. Akhirnya kami bersepakat, namun polisi
  preman yang sempat hampir memukul saya sempat berkata:
  if those indon run, just shoot them... katanya sambil
  menunjuk istri saya. Saya cuma bisa istigfar saat itu,
  ini rupanya nasib orang Indonesia di negeri tetangga
  yang sering kita banggakan sebagai "sesama melayu".
  Diantar polisi berseragam saya tiba di Nikko Hotel.

  Saya minta resepsionis mencocokan identitas kami, dan
  saya menelpon adik ipar untuk membawakan kunci. Pihak
  Nikko melarang adik saya, dan mengatakan kepada sang
  Polis, bahwa saya adalah tamu hotel mereka, WNI yang
  menyewa suites family, datang ke Malaysia dengan
  Business class pada Flight Malayasia Airlines.
  Pak Polis preman mendadak ramah, mencoba menjelaskan
  bahwa di Malaysia mereka harus selalu waspada.
  Saya tak mau bicara apapun dan mengatakan bahwa saya
  sangat tersinggung, dan akan mengadukan kasus ini, dan
  "membatalkan rencana bisnis dengan sejumlah rekan di
  malaysia" (padahal saya tak punya rekan bisnis di
  negeri sial ini).

  Polisi berseragam berusaha tersenyum semanis mungkin,
  berusaha keras untuk akrab dan ramah, petugas Nikko
  Hotel kelimpungan dan berusaha membuat kami tersenyum.
  Setelah istri saya mulai tenang, saya mengambil HP
  P9901 saya dan merekam wajah kedua polisi ini.
  Keduanya berusaha menutupi wajah, meminta saya untuk
  tidak merekam wajah mereka.
  Istri saya minta kita mengakhiri konflik ini, dan
  sayapun lelah. Kami tinggalkan melayu-melayu keparat
  ini, tanpa berjabat tangan.

  Sepanjang malam saya sangat gusar, dan esoknya kami
  membatalkan tur ke Johor baru, mengontak travel agent
  agar mencari seat ke Singapore. Siang usai makan
  siang, saya tinggalkan Malaysia dengan perasaan
  dongkol, dan melanjutkan liburan di Singapore.

  Mungkin saya sial? ya. Mungkin saya hanya 1 dari 1000
  WNI yang apes di Malaysia? bisa. Tapi saya catat bahwa
  bila saya pernah dihina, diancam, bahkan hampir
  dipukuli, bukan tak mungkin masih ada orang lain
  mengalami hal yg sama.

  Jadi, kalau hendak berlibur di Malaysia, sebaiknya
  pikir masak2. Jangankan turis, Rombongan atlet saja
  bisa dihajar polisi Malaysia.
  Bayangkan bila perlakuan seperti ini dilakukan
  dihadapan anak kita. Tentu anak akan trauma, sekaligus
  sedih.

  Hati-hati pada PROMOSI WISATA MALAYSIA. Di Malaysia,
  WNI diperlakukan seperti Kriminal.

  __________________________________________________________
  Be a better Heartthrob. Get better relationship answers from someone who 
knows. Yahoo! Answers - Check it out. 
  http://answers.yahoo.com/dir/?link=list&sid=396545433



   

Reply via email to