http://www.kompas.com/kompas-cetak/0508/25/opini/1999416.htm


Mengantar Kepergian Almarhum Mayor Laut K Sindhunata
Oleh: HARRY TJAN SILALAHI



Semenjak muda sebagai mahasiswa hukum, Ong Tjong Hay, nama pemberian orangtua,
yang kemudian berubah menjadi Kristoforus Sindhunata, secara konsekuen
menunjukkan komitmennya untuk menjadi patriot Indonesia, meskipun dia tumbuh
dalam lingkungan pergaulan dan pendidikan Belanda.

Dia sekolah di HBS dan mempunyai status hukum sebagai gelijkgesteld, orang yang
disamakan dengan golongan Eropa atau sebagai londo godong. Sebenarnya sikap
dasarnya itu tidak mengherankan karena dia adalah putra kedua dari tiga
bersaudara dari Dr Ong Hok Lan yang semenjak masa kuliahnya di Nederland selalu
berada di kalangan Persatuan Pelajar Indonesia yang mendambakan Indonesia
merdeka.

Dengan demikian, Sindhu memang dibesarkan tanpa ada warna budaya ketionghoaan
budaya babah sehingga orientasi keindonesiaan-nya memang total. Tidak
mangrotingal, tidak mendua terpecah perhatian dengan loyalitas mana pun. Dia
adalah monoloyalis Indonesia, baik secara politis, sosial, maupun kultural.

Oleh karena itu, setelah selesai kuliah, dia mendaftarkan diri untuk menjadi
anggota Angkatan Laut Republik Indonesia (sekarang TNI AL). Menurut
penilaiannya, digembleng di kalangan militer akan meningkatkan nation and
character building sebab militer adalah satu-satunya lembaga yang tidak mengenal
diskriminasi dalam bentuk apa pun. Setidaknya pada masa itu. Juga pada saat itu
para sarjana yang baru selesai kuliah dipanggil dan terpanggil untuk mengabdi
kepada bangsanya melalui wajib militer.

Tetap seorang perwira

Sebagai kapten (kemudian naik pangkat menjadi mayor) Angkatan Laut, Sindhu
ditugasi oleh G-V Koti (Komando Operasi Tertinggi) untuk menggalang Pembinaan
Kesatuan Bangsa dengan melalui asimilasi. Dengan latar belakang yang monoloyalis
RI itu, tidak mengherankan bahwa dia menerima tugas ini dengan penuh dedikasi,
bahkan sampai akhir hayatnya.

Akan tetapi, disayangkan bahwa pada masa itu keadaan politik ideologi di Tanah
Air sedang terjadi konfrontasi yang dahsyat antara orang-orang yang percaya
dengan gerakan asimilasi berhadapan dan kelompok integrasionis. Kadang-kadang
secara vulgar kelompok asimilasi difitnah sebagai gerakan yang antibudaya
Tionghoa, mau menghapuskannya di bawah komando TNI. Ini pasti tidak betul.
Sindhu sebagai pimpinan kelompok asimilasi ini tidak pernah di dalam pikiran dan
niatnya untuk menggalang kekuatan politik, ekonomi, atau apa pun yang didasarkan
atas solidaritas primordial etnis (Tionghoa) atau agamis dan sebagainya. Dia
seorang yang jujur lugas yang hanya bercita-cita akan adanya persatuan
Indonesia.

Jadi, kalau ada sindiran yang mengatakan bahwa Sindhu adalah majoor der
Chinezen, yaitu kepala kelompok Tionghoa yang dibentuk di zaman kolonial untuk
mengatur orang Tionghoa dan diberi kewenangan sociaal legaal serta monopoli
perdagangan, itu pasti tidak betul dan tidak bisa diterapkan padanya. Seandainya
dia bekerja untuk atau mengenai masalah ketionghoaan, juga dasarnya adalah sepi
ing pamrih. Yang benar adalah dia tetap mayor ALRI dalam arti sebagai seorang
perwira (menengah).

Trisakti

Pada waktu G30S meletus, dia sedang bertugas ke Perancis. Sebelum
keberangkatannya, kami dengan beberapa teman lain makan malam di apartemennya.
Pada kesempatan itu dia menyerahkan kunci mobil Fiat miliknya, juga pistol
FN-nya agar dapat dipergunakan apabila diperlukan untuk perjuangan. Kami telah
mengantisipasi bahwa keadaan darurat akan muncul. Namun, bagaimana dan kapan,
kami tidak mengetahuinya dengan pasti. Dan memang keadaan itu meletus selama
Sindhu masih di luar negeri.

Sekembalinya di Tanah Air, dia dihadang untuk mengikuti gejolak yang ada dengan
demonstrasi-demonstrasi yang antara lain dengan diserbu dan dibakarnya kompleks
Ureca (Universitas Res Publika).

Para mahasiswa yang kebanyakan keturunan China kehilangan tempat belajar.
Jenderal Nasution dan Bung Karno menugaskan, antara lain, Ferry Sonneville dan
Mayor Laut Sindhunata untuk bersama Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu
Pengetahuan Syarif Thayeb mengusahakan penampungan agar para mahasiswa ini tidak
telantar kuliahnya.

Mereka dengan dedikasi menanggapi penugasan ini dan dengan itu berdirilah
Universitas Trisakti. Mereka dengan serius mengasuh Trisakti dengan pertimbangan
bahwa pada waktu itu bagi mahasiswa keturunan China sangat sulit untuk berkuliah
di perguruan tinggi negeri meskipun memenuhi kualitasnya.

Tugas mengasuh Trisakti dikembangkan terus hingga saat ini antara lain atas
kerja keras mereka telah menjelma menjadi lima satuan pendidikan tinggi yang
tergabung dalam universitas, sekolah tinggi, dan akademi. Sindhu sampai hari ini
masih memimpinnya sebagai Ketua Pembina Yayasan Trisakti. Di saat Sindhu wafat,
masih ada ganjalan di hatinya karena adanya kemelut di Trisakti yang memalukan
dan memprihatinkan.

Sayonara

Sindhunata seorang yang sederhana, lugu, dan lugas dengan gaya kepemimpinannya
yang mau mendengarkan, sabar, tetapi konsisten pada prinsip-prinsip yang di
antaranya memang patut diteladani. Sosok yang sederhana dan pekerja yang tekun,
ulet, dan penuh dedikasi ini oleh negara dan Pemerintah RI dianugerahi Bintang
Mahaputra Pertama dan Pemerintah Perancis juga memberi Bintang Penghargaan
karena usahanya mempererat hubungan Indonesia-Perancis. Kami,
sahabat-sahabatnya, memberikan bintang kecil rasa terima kasih.

Sindhunata telah menutup mata. Peringatan kami seiring bersama dia menyanyikan
lagu perploncoan di Margasiswa I PMKRI yang berbunyi:

(Sindhunata)

Sayonara, Sayonara

Sampai jumpa pula

Buat apa susa, buat apa duka

Arimaseng Bung tak ada gunanya

Selamat jalan Bung Sindhu. Semoga segera sampai di tempat peristirahatan abadi.
Requiescat in Pace.

HARRY TJAN SILALAHI Wakil Ketua Pembina Yayasan Trisakti


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/GEEolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke