Komentar teman :
Saya setuju dg bung Ardi : merubah hambatan menjadi tantangan.

"tekad membangun dan mewjudkan kemandirian ekonomi bangsa untuk 
mensejahterakan rakyat harus terus didorong dan tidak boleh dibelokkan atau 
dipatahkan hanya oleh mitos korupsi dan biaya siluman."

Komentar saya :
Saya kok jadi bingung ya.... maklum bukan pelaku bisnis.
Seandainya saja biaya siluman itu tak sekedar mitos belaka, tapi benar-benar 
sebuah fakta. Apakah berpengaruh pada "harga" yang dibayar oleh konsumen ? 
Apakah hanya mengurangi margin keuntungan pengusaha ? Terus dampaknya apa 
yaa  ?

Salam/
@nung

----- Original Message ----- 
From: "Ardi St. Majo Endah" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <ekonomi-nasional@yahoogroups.com>
Sent: Thursday, September 01, 2005 12:26 PM
Subject: Re: [ekonomi-nasional] Re: Commodity basket Re: Akibat Mental yang 
Terjajah


> bung, saya sekedar mengingatkan saja bahwa biaya siluman itu adalah mitos
> yang melemahkan semangat dan keyakinan kita untuk mewujudkan kemandirian
> bangsa.
> sama halnya dengan korupsi, hanya dipakai untuk meliberalisasi dan
> mengkomersialisasi barang-barang publik.
> tekad membangun dan mewjudkan kemandirian ekonomi bangsa untuk
> mensejahterakan rakyat harus terus didorong dan tidak boleh dibelokkan 
> atau
> dipatahkan hanya oleh mitos korupsi dan biaya siluman.
>
>
> On 9/1/05, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>
>> temen saya bilang, itu semua dihambat oleh biaya siluman yg cukup
>> signifikan, benarkah ???
>>
>> salam/@nung
>> ----- Original Message -----
>> From: "Wardoyo" <[EMAIL PROTECTED]>
>> To: <ekonomi-nasional@yahoogroups.com>
>> Sent: Thursday, September 01, 2005 10:16 PM
>> Subject: RE: [ekonomi-nasional] Re: Commodity basket Re: Akibat Mental
>> yang
>> Terjajah
>>
>>
>> >
>> > Fokus,
>> >
>> > Kita harus mulai fokus terhadap fundamental industri kerakyatan. Bila
>> > perlu
>> > bikin menteri pertanian, peternakan, kehutanan, UKM, distribusi hasil
>> > tani,
>> > perikanan,perumahan dll. Taruh kantor2 menteri itu di Jogya, Di
>> Sukabumi,
>> > atau di Palembang. Benahi industri dasar kita yg terkait pangan,
>> kebutuhan
>> > dasar dan kesehatan. Kuatkan dulu dan kembalikan swasembada beras. 
>> > Tanam
>> > kapas, obat2an dll. Janganlah pemerintah/menteri/gubernur duduk di
>> menara
>> > gading dan ngga tahu apa2 kondisi rakyatnya. Kenapa hasil padi 5 th
>> > terakhir
>> > flat/rata (BPS) dan tdk ada sedikit kepedulian akan hal ini. Kenapa
>> > beras/gula import makin dominan dan kita bangga memakannya. Jadi 
>> > biarkan
>> > dunia bergoyang, asal fundamental kita kuat, kita bisa survive.
>> >
>> > Salam,
>> >
>> >> ----------
>> >> From: A Nizami[SMTP:[EMAIL PROTECTED]
>> >> Reply To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
>> >> Sent: 31 Agustus 2005 17:38
>> >> To: [EMAIL PROTECTED]; ekonomi-nasional@yahoogroups.com;
>> >> ppiindia@yahoogroups.com
>> >> Subject: [ekonomi-nasional] Re: Commodity basket Re: Akibat Mental
>> >> yang Terjajah
>> >>
>> >> Agar Indonesia bisa berhasil, Indonesia harus jadi
>> >> bangsa produsen. Bukan bangsa importir. Minimal kita
>> >> memproduksi kebutuhan kita sendiri.
>> >>
>> >> Tidak usah besar2, coba beri kredit kapal bagi
>> >> nelayan. Bagaimana kapalnya bisa berlayar meski tanpa
>> >> solar (mis pakai layar). Kemudian mengembangkan
>> >> pertanian sehingga beras, jagung, dan kedelai tidak
>> >> impor lagi.
>> >>
>> >> Coba kembangkan industri sepatu, pakaian, dsb,
>> >> sehingga kita tak perlu beli Reebok, Nike, Adidas,
>> >> dsb. Anggota DPR kita jadinya tak perlu ke Paris buat
>> >> beli sepatu Bally.
>> >>
>> >> Kalau kita memproduksi kebutuhan kita sendiri, kita
>> >> tidak butuh dollar kan? Minimal sebagian besar kita
>> >> produksi sendiri.
>> >>
>> >> --- estananto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>> >>
>> >> > Saya bukan ekonom tapi tiba2 berpikir begini:
>> >> >
>> >> > Sendainya gaji pegawai negeri, TNI dan Polri, dan
>> >> > UMR ditetapkan tidak
>> >> > berdasarkan rupiah tapi berdasarkan satu commodity
>> >> > basket yang banyak
>> >> > dihasilkan dari Indonesia, apa kira2 bisa melawan
>> >> > ketergantungan
>> >> > terhadap fluktuasi mata uang?
>> >> > Misalnya UMR harus sama dengan nilai nominal sekian
>> >> > commodity basket,
>> >> > berarti UMR naik dengan sendirinya seiring dengan
>> >> > naiknya harga-harga.
>> >> > Demikian juga pegawai negeri, TNI dan Polri. Ini
>> >> > kemudian membantu
>> >> > mencegah turunnya daya beli mereka. Seterusnya
>> >> > menjadi feedback untuk
>> >> > mencegah fluktuasi harga commodities tersebut.
>> >> > Demikian juga
>> >> > denda-denda yang ada dalam hukum Indonesia,
>> >> > seharusnya tidak
>> >> > berdasarkan rupiah yang terus terkena inflasi tapi
>> >> > commodity basket tadi.
>> >> > Karena commodity itu banyak dihasilkan di Indonesia,
>> >> > harga-harganya
>> >> > tidak terpengaruh fluktuasi mata uang, tetapi cukup
>> >> > juga menggambarkan
>> >> > laju inflasi. Referensi rupiah terhadap dollar yang
>> >> > dijadikan penentu
>> >> > pelaku bisnis harus diganti dengan referensi rupiah
>> >> > terhadap commodity
>> >> > basket yang berlaku nasional.
>> >> > Saya tidak tahu apakah pembangunan infrastruktur
>> >> > yang dicanangkan SBY
>> >> > akan menyedot tenaga kerja atau tidak, tetapi untuk
>> >> > mengatasi
>> >> > pengangguran tampaknya SBK-MJK menempuh jalur
>> >> > konvensional yaitu
>> >> > mengharapkan investasi asing, padahal RI tentu saja
>> >> > kurang "seksi"
>> >> > dibandingkan RRC dan India sekarang ini. Kita sudah
>> >> > masuk dead trap
>> >> > kalau kita mengandalkan investasi asing, karena
>> >> > pasti mereka minta
>> >> > banyak konsesi untuk bisa memutuskan bahwa usaha
>> >> > mereka akan untung
>> >> > dibanding jika mereka buka di Cina dan India.
>> >> > Satu-satunya cara di
>> >> > tengah persaingan dengan Cina dan India adalah
>> >> > memfokuskan diri di
>> >> > bidang di mana Cina dan India tidak punya kekuatan
>> >> > di situ, dan itu
>> >> > letaknya di lautan Indonesia yang luas dan kaya.
>> >> >
>> >> > Wassalaam,
>> >> > Nano
>> >>
>> >
>> >
>> >
>> > Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
>> > Kirim email ke [EMAIL PROTECTED]
>> > Yahoo! Groups Links
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>>
>>
>>
>>
>> Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
>> Kirim email ke [EMAIL PROTECTED]
>> Yahoo! Groups Links
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>
>
> -- 
> Kusfiardi
> Coordinator
> Koalisi Anti Utang (KAU)
> Anti Debt Coalition Indonesia
>
> Jl. Tegal Parang Utara No. 14
> Mampang Prapatan
> Jakarta Selatan 12790
> Indonesia
>
> Phone: +62 21 7919 3363
> Fax: +62 21 794 1673
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
>
> Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
> Kirim email ke [EMAIL PROTECTED]
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
> 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now.
http://us.click.yahoo.com/njNroD/KbOLAA/cosFAA/GEEolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke