Masalahnya, lahan di Indonesia itu dikuasai oleh
siapa?
Oleh rakyat atau perusahaan2 besar atau MNC?

Sebagai contoh, Freeport, Exxon, Chevron menguasai
lahan tambang yang amat luas. Begitu pula perusahaan2
besar perkebunan kelapa sawit.

Sementara para petani seperti para petani "SuperToy"
saya lihat lahannya cuma 1/4 hektar atau kurang.
Bahkan ada yang tidak punya tanah dan cuma jadi buruh
tani.

di www.infoindonesia.wordpress.com saya sempat menulis
tentang hal ini.

Bagaimana bisa makmur?

--- John Kennedy <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

> arti harfiahnya seperti "tikus mati di lumbung padi"
> itu seakan-akan kita sangat kaya dan sangat kaya,
> sangking kayanya kita tidak bisa bernafas sehingga
> kita mati <<<seperti kisah Korun pada jaman nabi
> musa.
>  
> Negara kita mengalami kemunduran yang sangat drastis
> karena kita sadar bahwa kita kaya raya dan membuat
> kita lupa bagaimana mempergunakan kekayaan itu
> secara baik tidak bereuforia semata, kemiskinan
> seharusnya dapat mendorong kita untuk tetap hidup
> dan berjuang untuk hidup lebih baik.
>  
> "Tongkat kayu ditanam jadi tanaman"  arti
> harfiahnya bahwa tanah kita begitu subur sehingga
> apapun yang kita tanam memperpanjang umur hidup
> kita, ini mungkin tidak akan terjadi bila kita tidak
> pernah merawat tanah dengan baik. jadi kita tidak
> akan jatuh miskin seperti sekarang atau mati
> kelaparan seperti sekarang bila kita pintar merawat
> sumber kekayaan kita. Bukan "How to earn a money but
> How to create money machines"
> 
> --- On Wed, 9/24/08, kusumawati
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> From: kusumawati <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [ekonomi-nasional] Seperti tikus mati di
> lumbung beras, www.bisnis.com 24 Sep 2008
> To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, September 24, 2008, 1:40 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> http://web.bisnis. com/artikel/ 2id1555.html
> <http://web.bisnis. com/artikel/ 2id1555.html>
> 
> Sebuah bangsa yang memiliki fondasi pembangunan yang
> kokoh, selalu
> memiliki syarat mutlak berupa kedaulatan atas pangan
> bagi rakyatnya dan
> mampu mengakomodasi setiap bentuk kapasitas rakyat
> dalam pembangunan
> untuk menciptakan sebesar-besarnya kesejahteraan
> rakyat.
> 
> Itulah yang dikatakan Direktur Eksekutif Centre for
> Agricultural Policy
> Studies, H.S Dillon soal pangan. Oleh karena itu,
> swasembada beras bila
> digunakan sebagai indikator pembangunan yang sukses
> sebenarnya persoalan
> mudah untuk mewujudkannya.
> 
> Pasalnya, Indonesia memiliki luas lahan pertanian
> pangan 22 juta
> hektare. Jika pemerintah mampu mengawal dengan baik
> pertanaman padi,
> hasil 32 juta hingga 40 juta ton beras, bukan hal
> rumit. Cukup mengawal
> dalam pengertian yang luas.
> 
> Tidak dipungkiri, pelaksanaan pembangunan pertanian
> kita harus diakui
> belum menyentuh daerah-daerah kawasan timur di
> negeri ini, daerah yang
> tergolong pelosok.
> 
> Daerah itu dibiarkan mengurusi dirinya sendiri untuk
> pangannya.
> Optimalisasi potensi lahan tanaman padi di kawasan
> yang tergolong
> tandus, seperti 'dibiarkan' diserahkan kepada
> pemilik lahan.
> 
> Salah satunya adalah Kabupaten Rote Ndao. Kabupaten
> itu memiliki potensi
> pertanian yang besar dan beraneka ragam, tetapi
> masih sedikit atau belum
> optimal pemanfaatannya.
> 
> Luas areal potensi pertanian lahan basah, misalnya,
> sebesar 17.515 ha,
> yang dimanfaatkan hanya 9.613 ha. Luas areal lahan
> kering 30.157,90 ha,
> yang dimanfaatkan untuk budi daya komoditas
> agribisnis hanya 7.795 ha.
> 
> Memang tampak ada pembangunan jaringan irigasi.
> Pertanyaan selanjutnya,
> apa persoalan selesai? Tentu tidak. Yang jelas,
> peran pemerintah masih
> seperti pemadam kebakaran.
> 
> Namun, jika 'api' tidak muncul, para pejabat
> pemerintah memilih duduk
> diam di kantor ber-AC. Pemerintah, tentu saja, dalam
> pengertian luas.
> Pusat maupun daerah dan tidak disekat oleh otonomi
> daerah.
> 
> Potensi pertanian Kabupaten Rote Ndao 
> Komoditas Luas areal tanam (ha) Hasil produksi
> (ton) Padi
> - Sawah
> - Ladang
> - Gora
> 5.708
> 25
> 3.880
> 17.124
> 38
> 10.670 Jagung 5.025
> 12.687,5 Ubi jalar/kayu 25
> 5 Kacang tanah 320
> 361,9 Kacang hijau 125
> 137,9 Sorgum 1.914
> 2.298 Bawang Merah 290
> 10 Lombok 46 2
> Semangka 50 20 Sumber: Dinas
> Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kab. Rote Ndao
> Kepedulian pada mampu tidaknya produksi padi itu
> untuk seluruh kawasan
> pelosok itu, tidak terlihat. Sepertinya, selama
> tidak ada keluhan,
> pemerintah memilih diam, menjadi kesan yang kuat.
> 
> Bila berbicara lebih jauh lagi soal Kabupaten Rote
> Ndao, Kabupaten ini
> lahir pada 2002 hingga kini masih di posisi yang
> benar-benar rawan
> krisis pangan.
> 
> Dengan masa produksi padi empat bulan dalam satu
> tahun, kabupaten yang
> masuk bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Timur ini,
> mudah menghadapi
> rawan pangan. Kelaparan atau rawan gizi buruk.
> 
> Sebab, kondisi alam yang berkarang dan kering,
> banyak lahan potensial
> terbengkelai. Apalagi tidak ada alternatif untuk
> memproduksi pangan lain
> selain beras sebagai pangan kedua, komoditas
> alternatif.
> 
> Diakui, jika kondisi itu terjadi, jawaban yang ada
> di kepala pejabat
> pemerintah sudah bisa kita baca. Ya, itu bisa
> diantisipasi pemerintah
> dengan penyaluran beras untuk orang miskin (Raskin).
> Begitu jawabannya.
> Ah...
> 
> Namun, persoalan sebenarnya tidak semudah itu.
> Dengan masih banyaknya
> warga yang tinggal di rumah adat, yang terbuat dari
> kayu pohon gewang
> dan atap dari serat daun Lontar -seperti honay di
> Papua-dengan berlantai
> tanah berkapur karena tanah didominasi karang,
> membuat kita sulit diajak
> membayangkan bahwa mereka memiliki kemampuan daya
> beli. Sekalipun itu
> hanya membeli Raskin.
> 
> Pekerjaan mereka sendiri, tidak jelas. Kalaupun
> mampu membeli, krisis
> pangan di kawasan ini, masih mudah terjadi dan
> sangat terang-benderang.
> 
> Kasus busung lapar
> 
> Tak ayal, di kawasan ini, kerap terjadi kasus busung
> lapar. Bahkan pemda
> setempat pernah mengumumkan keadaan luar biasa (KLB)
> busung lapar itu
> tahun ini.
> 
> Hebatnya lagi, kasus itu, salah satunya, terjadi di
> keluarga yang
> tinggal di belakang kantor sementara Bupati Rote
> Ndauo di Kecamatan
> Ba'a.
> 
> Rote baru salah satu dari sekian banyak wilayah yang
> begitu rentan
> terhadap kerawanan pangan di Indonesia, negeri yang
> 'mematut-matut' diri
> sebagai negeri pertanian. Padahal, masih banyak
> pulau berpenghuni, yang
> letaknya berjauhan dengan Rote, hanya dipisahkan
> lautan.
> 
> Pembangunan pertanian pangan di Indonesia, tidak
> perlu selalu
> mengandalkan pada daerah tertentu. Misalnya
> menggantungkan pada Jabar,
> Sulawesi Selatan, Sumatra yang dikenal sebagai
> lumbung pangan.
> 
> Lantaran, pola itu, akan membuat harga beras di
> kawasan seperti NTT
> dalam posisi beras nasional kecukupan, tetap mahal
> dan sulit dibeli.
> Harga mudah dinaikkan dan tidak bisa didistribusikan
> dari daerah
> terdekat saat pasokan kurang.
> 
> Pemerintah, tampaknya, harus melihat pembangunan
> pertanian pangan dalam
> rangka ketahanan pangan Indonesia Raya, sesuai
> dengan daerah.
> 
> Pada kawasan seperti NTT misalnya, benih dengan
> produktivitas tinggi di
> atas daerah lain seperti Jawa, misalnya, harus
> menjadi syarat utama
> pedagang benih di Rote atau petani yang dibiarkan
> membuat benih sendiri
> diarahkan atau didampingi untuk menghasilkan benih
> dengan produktivitas
> tinggi, super.
> 
> Kondisi itu, akan mengamankan ketahanan pangan
> daerah yang tergolong
> remote area itu. Apalagi jika Bulog pun mau
> mendirikan gudang beras di
> kawasan seperti NTT, kendati mahal untuk proses
> pembangunannya.
> 
> Membangun pertanian memang membangun kawasan.
> Karena, itu tidak hanya
> menghasilkan komoditas, tetapi juga ikut memakmurkan
> semua orang yang
> ada di kawasan itu.
> 
> Kita tidak bisa lagi mengejar pembangunan pertanian
> dengan dasar asal
> tidak impor. Konsepi itu hanya membawa warga negeri
> ini seperti tikus
> yang mati di lumbung padi.
> 
> oleh : Martin Sihombing
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
>  
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>       
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 


===
Paket Umrah Mulai Rp 15,4 juta
Informasi selengkapnya ada di:
http://www.media-islam.or.id

Syiar Islam. Ayo belajar Islam melalui SMS

Untuk berlangganan ketik: REG SI ke 3252

Untuk berhenti ketik: UNREG SI kirim ke 3252. Sementara hanya dari Telkomsel 
Informasi selengkapnya ada di http://syiarislam.wordpress.com


      
___________________________________________________________________________
Coba emoticon dan skin keren baru, dan area teman yang luas.
Coba Y! Messenger 9 Indonesia sekarang.
http://id.messenger.yahoo.com

Kirim email ke