Sekarang keliatan kan belangnya, yg neo itu bukan saja budiono tetapi
sby nya jg lebih neo..karena memilih pendamping yg neo jg.
Inlander semua.bisa2 taun depan BBM naik lagi kalou mereka menang.
 
-----Original Message-----
From: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
[mailto:ekonomi-nasio...@yahoogroups.com] On Behalf Of rifky pradana
Sent: Wednesday, May 27, 2009 10:14 PM
To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com; eramus...@yahoogroups.com;
syiar-is...@yahoogroups.com; sab...@yahoogroups.com
Subject: [ekonomi-nasional] Boediono dan IMF.
 




Orang-orang yang
dekat Boediono sibuk menjelaskan bahwa cawapresnya SBY ini bukan Neolib.
Sekarang, Tim Pemenangan SBY-Boediono,
sibuk melakukan bantahan, klarifikasi, dan terus melakukan politik
pencitraan
secara sistematik.

Namun, ternyata bukti
menunjukkan bahwa Boediono, adalah anggota Dewan Gubernur IMF. Dewan
Gubernur
IMF adalah sebuah badan tertinggi untuk pengambilan keputusan di IMF. 

Tidak mungkin
seseorang mempunyai posisi yang begitu strategis di lembaga
multilateral,
seperti IMF dan WTO, kalau tidak mendapatkan kepercayaan. Dan
kepercayaan itu
tidak mungkin kalau tidak memiliki kesamaan pandangan yang bersifat
ideologis,
antara Boediono dengan IMF dan lembaga multilateral itu. 

Jelaslah sudah, ada
benang merah antara Boediono semasa pemerintahan Megawati duduk sebagai
Menteri
Keuangan, dengan agenda IMF dan WTO, serta kebijakan privatisasi
BUMN,liberalisasi perdagangan,
dan pengurangan subsidi. 

Jadi, tuduhan
Boediono sebagai Neolib, bukanlah isapan jempol belaka,

Jangan terbuai dengan politik pencitraan yang sekarang sedang
melancarkan sihir jahatnya kepada rakyat.

Kalau masih saja rakyat memberikan
legitimasi politik kepada tokoh tidak memiliki kepedulian terhadap
rakyat, tapi
mengabdi kepada asingseperti selama ini, maka rakyat dipastikan masih
akan
terus melarat.

***

Orang-orang yang
dekat Boediono sibuk menjelaskan bahwa cawapresnya SBY ini bukan Neolib.
Sesudah polemik tak kunjung usai, yang
disertai tuduhan cawapres Boediono adalah penganut Neolib. Bahkan,
sebelum deklarasi yang berlangsung di
Bandung, 15 Mei, pasangan capres dan cawapres, harus menghadapi aksi
demonstrasi dari berbagai elemen masyarakat, yang menolak capres dan
cawapres
SBY-Boediono, yang dituduh Neolib.

Sesudah adanya
kritikan yang muncul, serta tuduhan berbagai kalangan, bahwa Boediono
penganut
Neolib, maka sekarang Tim Pemenangan SBY-Boediono ini, sibuk melakukan
bantahan, klarifikasi, dan terus melakukan politik pencintraan secara
sistematik. Misalnya, beberapa waktu yang lalu, anggota Tim Pemenangan
SBY-Boediono, langsung memberikan reaksi, khususnya terhadap Prabowo
Subianto.
Seperti yang diungkapkan Rizal Mallarangeng, yang memberikan kesaksian
tentang kehidupan
yang sederhana Boediono, yang seorang anak petani di Blitar, dan jauh
lebih
berbeda dibandingkan dengan Prabowo, yang memiliki kuda yang jumlahnya
lebih
dari 90 ekor,yang harganya satu kuda lebih dari Rp 2 milyar.

Pembelaan itu, bukan
hanya dilakukan oleh Rizal Mallarangeng, tapi juga generasi baru dari
lingkungan Sri Mulyani, seperti Chatib Basri, Mohamad Iksan, Anggito
Abimanyu,
dan sejumlah ekonom lainnya, yang berada dibelakang Boediono. 

Mereka ini secara
gigih membela Boediono, yang memiliki kesamaan pandangan yang berkaitan
dengan
kebijakan masalah ekonomi Indonesia, yang mengacu kepada pandangan
Neolib.
Mereka ini mempunyai pandangan yang sifatnya 'given', apapun yang
merupakan
pandangan dan kebijakan ekonomi dari para pengambil kebijakan di
lembaga-lembaga
multilateral, seperti IMF, World Bank, dan WTO.

Tentu, yang paling
mengejutkan diantara berbagai debat dan polemik, belakangan muncul,
justru
pernyataan yang muncul dari Ketua Majelis Pertimbangan Partai PAN,
Prof.Dr.
Amin Rais, yang secara terang-terangan mengatakan kekecewaannya terhadap
SBY
yang mengangkat Boediono menjadi cawapres untuk mendampinginya di
pilpres Juli
nanti. 

Tak lama, usai SBY
mengumumkan pilihannya terhadap Boediono, pendiri dan tokoh dari Partai
PAN
ini, langsung menemui Presiden SBY, dan menyatakan kekecewaannya, dan
belakangan ini berbalik, dan mendukung Jusuf Kalla.

Namun, ada masalah
yang dikemukakan oleh Amin, yang patu menjadi pertimbangan seluruh
bangsa
Indonesia, yang menentukan pilihan di pilpres nanti.

Menurut Prof.Dr.Amin
Rais, ternyata Boediono, tak lain adalah anggota Dewan Gubernur IMF, per
tanggal 21 Mei 2009, sebuah badan tertinggi pengambil keputusan di IMF. 

Amin mengatakan,
'Bodeiono harus bisa memberikan bukti dengan cara menarik diri dari IMF,
WTO
dan lembaga-lembaga asing lainnya. Saya tidak ingin SBY-Boediono
menerapkan
paham Neolib', ujar Amin, ketika menyampaikannya di sela-sela Rapat
Koordinasi
Nasional (Rakornas) di Hotel Sultan, kemarin. (Republika, 27/5/2009).

"Saya mengharapkan
bukti, karena Boediono banyak tidak dipercaya masyarakat", tegas Amin. 

Jadi, penolakan
rakyat terhadap yang dituduh sebagai Neolib, bukanlah isapan jempol
belaka, dan
terbukti, tokoh yang dipilih oleh SBY ini, terbukti menurut Amin,
mempunyai
posisi yang sangat strategis di lembaga multilateral, sebagai Dewan
Gubernur
IMF, WTO dan lain-lain. 

Tidak mungkin
seseorang mempunyai posisi yang begitu setrategis di lembaga
multilateral,
seperti IMF dan WTO, kalau tidak mendapatkan kepercayaan, dan
kepercayaan itu,
dan tidak mungkin kalau tidak memiliki kesamaan pandangan yang bersifat
ideologis, antara Boediono dengan IMF dan lembaga multilateral itu. 

Pantas, kalau menurut
seorang tokoh, yang belum ini, menyampaikan kepada redaksi Eramuslim,
mantan
Gubernur BI, yang terpilih menjadi cawapres oleh SBY ini, mendapatkan
ucapan
selamat dari Robert Zullick, Direktur World Bank (Bank Dunia), dan ini
hanya
menggambarkan betapa posisi Boediono, sangat penting.

Sekarang ini,
kelompok yang mendukung Boediono, sibuk melakukan politik pencitraan,
melalui
media, seperti salah satu diantaranya yang dipilih oleh Presiden SBY,
yaitu
Indonesia Fox, memoles dan mendadani Boediono, agar kelihatan lebih
populis dan
Islami.

Bahkan ketika shalat
jum'at di Masjid Cut Mutiah, Menteng, itupun media sibuk meliputnya.
Sekarang
Boediono, sering menggunakan baju koko warna putih, dan peci, yang
nampak lebih
'santri' dibandingkan dengan tokoh Islam lainnya.

Sehingga, tak nampak,
Boediono yang pernah lama belajar dan tinggal di AS, serta menjadi Dewan
Gubernur
IMF dan WTO, serta yang menjadi perpanjangan tangan dari IMF, ketika
melakukan
kebijakan privatisasi BUMN, di pemerintahan Mega, yang kala itu,
Boediono
posisi menjadi Menkeu. 

Kini, Tim Pemenangan
SBY-Boediono, memoles Boediono menjadi tokoh yang populis, bersahaja,
dan
santri. 

Melalui pencintraan
dan kempanye media. Indonesia Fox menjadi konsultan yang dipilih
Presiden SBY,
apakah Fox yang bekerja untuk SBY ini mempunyai kaitan dengan Fox yang
ada di
AS ?.

Fox di AS, tak media
milik Yahudi, yang selalu menyerang Islam dan Dunia Islam, melalui isu
'teroris'.

Kepentingan global
ikut berusaha keras memenangkan calon-calon mereka,yang sekarang berlaga
dalam
pilpres. 

Berhasilkah ?. Rakyat harus faham semua judi kekuasaan, yang
melibatkan rakyat yang jumlahnya jutaan. 

Jangan sampai rakyat
hanya memberikan legitimasi poiltik kepada tokoh-tokoh yang tidak
memiliki
kepedulian terhadap rakyat, tapi mengabdi kepada asing. 

Jangan terbuai dengan
pencintraan, yang sekarang sedang melakukan sihir terhadap rakyat. 

Wallahu 'alam.

Amin : Boediono Harus Keluar Dari IMF.
http://www.eramusli
<http://www.eramuslim.com/editorial/sihir-yang-bisa-menipu-rakyat.htm>
m.com/editorial/sihir-yang-bisa-menipu-rakyat.htm

***

Ketua Majelis
Pertimbangan Pusat (MPP) DPP PAN, Amien Rais, meminta cawapres Partai
Demokrat
(PD), Boediono, menarik diri dari IMF, WTO, dan lembaga-lembaga asing
lainnya.

Pernyataan ini disampaikan Amien sebelum membuka
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) PAN di Hotel Sultan, Jakarta,
Selasa
(26/5). ''Saya mengharapkan bukti karena Boediono banyak tidak dipercaya
masyarakat,'' kata Amien.

Mantan capres pada Pilpres 2004 itu mengatakan,
Boediono harus bisa memberikan bukti dengan cara menarik diri dari IMF,
WTO,
dan lembaga-lembaga asing yang lain. Ia tidak ingin SBY-Boediono
menerapkan
paham neoliberalisme saat memerintah.

Di laman Dewan Gubernur IMF per tanggal 21 Mei
2009, Boediono masuk jajaran Dewan Gubernur IMF. Dewan Gubernur adalah
badan
pengambil kebijakan tertinggi di IMF. Umumnya, yang menduduki kursi di
Dewan
Gubernur adalah gubernur bank sentral negara masing-masing.

Wakil Ketua Umum DPP PD, Ahmad Mubarok, mengaku
tidak tahu.. ''Saya tidak tahu kalau Pak Boediono masih duduk di Dewan
Gubernur
IMF. Tapi, semua ini biasa di kampanye. Saling serang,'' kata Mubarok
kepada Republika.

Diungkapkannya, penunjukan anggota Dewan Gubernur
IMF adalah didasarkan pada keputusan negara bersangkutan. Bukan atas
pilihan
IMF. ''Pak Boediono harus jelaskan,'' kata Mubarok.

Menurutnya, cap neoliberal atau antek IMF yang
melekat di Boediono hanya amunisi politik biasa.. Stempel-stempel
politik macam
ini pun ia yakin hanya berlaku di masyarakat kelas menengah ke atas atau
elite
politik. Bukan di masyarakat bawah.

''Semua kandidat capres/cawapres, kalau mau jujur,
ya terlibat neoliberalisme,'' sambung Mubarok.

Tudingan tak beralasan.

Sementara itu, dalam diskusi Pemikiran Boediono dan Tantangan
Krisis Global, persoalan tudingan
Boediono yang neoliberal juga menjadi perhatian. Pembicaranya adalah
Staf
Khusus Menteri Keuangan, Chatib Basri; pengamat ekonomi, Raden Pardede;
dan
Bara Hasibuan.

Menurut Chatib, tudingan Boediono neoliberal tidak
beralasan. ''Kalau mau jujur, sejak 2001 sampai sekarang, kebijakan
ekonomi
kita cenderung tidak ada perubahan yang signifikan. Jadi, kalau
diperhatikan,
tiga presiden topiknya sama,'' kata Chatib.

Ia kemudian membeberkan beberapa fakta mengenai
kebijakan ekonomi yang disebut-sebut sebagai contoh neoliberalisme.
Rasio impor
dalam ekonomi Indonesia hanya 29 persen, bandingkan dengan Malaysia yang
80
persen, Thailand 74 persen, dan Filipina 35 persen. 

Seluruh sistem ekonomi negara di dunia mana pun,
lanjut dia, tidak ada yang benar-benar pro pasar ataupun benar-benar
nonswasta.
Di setiap pemerintahan, tidak ada yang benar-benar diserahkan ke pasar.
''Apalagi, di masa krisis ini, terbukti tidak ada pasar yang benar-benar
efektif.'' 

Bara Hasibuan mengatakan, kekhawatiran terhadap
Boedionomics tidak beralasan. Menurutnya, nanti yang ada adalah
Yudhoyonomics
sesuai sistem presidensial. ''Presiden yang akan memutuskan,''
ungkapnya.

PAN tak paksa kadernya.

Rakornas PAN, kemarin, diselenggarakan untuk
mengonsolidasikan dukungan terhadap SBY-Boediono. Kegiatan ini tidak
dihadiri
oleh Ketua Umum PAN, Soetrisno Bachir, yang dikabarkan sedang menjalani
perawatan di Singapura.

Amien Rais mengatakan, PAN tidak akan melarang
jika ada sebagian anggota partai yang mendukung pasangan capres-cawapres
lain.
Jika ada sebagian kader atau anggota PAN yang memilih pasangan lain,
''Bukan
berarti pengkhianat partai,'' ujar Amien. Namun, kaki besar PAN tetap
ada di
PD. 

Apa yang dilakukan kader PAN Dradjad Wibowoe,
menurutnya, sah-sah saja. ''Mereka kan anggota biasa. Jadi, sah-sah
saja. Lagi pula, mereka
mendukung pasangan lain dengan cara yang santun.''

Ia juga mengatakan bahwa PAN tidak bisa memberi
sanksi kepada anggota biasa. ''Namun, kalau yang mendukung pasangan lain
itu
pengurus PAN, akan diberi sanksi.''

Amien Minta Boediono
Keluar dari IMF.
http://www.republik
<http://www.republika.co.id/koran/46/52652/Amien_Minta_Boediono_Keluar_d
ari_IMF> a.co.id/koran/46/52652/Amien_Minta_Boediono_Keluar_dari_IMF

***

Kebijakan ekonomi Indonesia
seperti privativasi perusahaan, liberalisasi perdagangan, dan
pengurangan
subsidi menjadi bagian neoliberalisme ala Indonesia.

Pengamat ekonomi John Tafbu
Ritonga di Medan menilai kian menggilanya neoliberalisme di Indonesia.

"Semakin kelihatan paham ekonomi
neoliberalnya karena fungsi-fungsi pemerintah sangat lemah, termasuk
dalam
penegakan hukum serta penyedian barang-barang publik seperti
infrastruktur yang
tidak berjalan baik," kata dia, Senin [25/05] .

Ada fakta menarik dalam dunia
investasi Indonesia, sambung dia, yaitu berkurangnya jumlah usaha di
Indonesia dari 16,4 juta pada tahun 1996 menjadi tinggal 12,8 juta pada
tahun
2006. Yang bertambah justru pedagang kaki lima yang kini disebut UMKM,
dengan
jumlah mencapai hampir 10 juta.

"Untuk menekan semakin
bertambahnya jumlah rakyat yang melarat, pemerintah seharusnya
menjalankan
fungsinya seperti yang dilakukan pemerintah AS dan negara-negara di
Eropa, yang
berhasil memajukan perekonomiannya," katanya.

"Kalau masih saja "memble"
seperti selama ini, maka rakyat dipastikan masih akan terus melarat,"
pungkas
Ritonga. 

Neoliberalisme di Indonesia Makin Parah.
http://www.warnaisl
<http://www.warnaislam.com/berita/negeri/2009/5/26/60960/Neoliberalisme_
Indonesia_Makin_Parah.htm>
am.com/berita/negeri/2009/5/26/60960/Neoliberalisme_Indonesia_Makin_Para
h.htm

***

[Non-text portions of this message have been removed]


Trend Micro InterScan Security Gateway Appliance has scanned this
message and found it to be free of known security risks.




[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke