----- Original Message ----- From: <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Friday, March 09, 2001 4:40 PM Subject: Fw: AWAL KERUSUHAN SAMPIT.. > > ----- Forwarded by Herni Restuningsih/JKT/ID/RoyalSun on 03/09/01 12:46 PM > ----- > > Novera > Anellita To: Herni > Restuningsih/JKT/ID/RoyalSun@RoyalSunInt, Latifah > 03/09/01 Budiarti/JKT/ID/RoyalSun@RoyalSunInt > 12:18 PM cc: > Subject: Fw: AWAL KERUSUHAN SAMPIT.. > > > > > > (Embedded image moved to file: pic13956.pcx) > ----- Forwarded by Novera Anellita/JKT/ID/RoyalSun on 09/03/2001 11:21 AM > ----- > > Wiwied > Widarnarni To: Novera > Anellita/JKT/ID/RoyalSun@RoyalSunInt, David > 09/03/2001 Silaen/JKT/ID/RoyalSun@RoyalSunInt, Masri > 04:53 AM Abdulgani/JKT/ID/RoyalSun@RoyalSunInt, Swastika > Ridayatma/JKT/ID/RoyalSun@RoyalSunInt, Zefilia > Saiman/JKT/ID/RoyalSun@RoyalSunInt, Susie > Tanudjaja/JKT/ID/RoyalSun@RoyalSunInt, Richard > Tutupoly/JKT/ID/RoyalSun@RoyalSunInt > cc: > Subject: Fw: AWAL KERUSUHAN SAMPIT.. > > > > > > ----- Forwarded by Wiwied Widarnarni/JKT/ID/RoyalSun on 09/03/2001 11:55 > ----- > > "Ananta" > <ananta@timor To: "Ibu Agung" > .co.id> <[EMAIL PROTECTED]>, "Anna" > <[EMAIL PROTECTED]> > 09/03/2001 cc: > 10:43 Subject: Fw: AWAL KERUSUHAN SAMPIT.. > > > > > > > "THIS MESSAGE ORIGINATED ON THE INTERNET - Please read the detailed > disclaimer below" > > ---------------------------------------------------------------------- > > > -----Original Message----- > From: Sigit Susanto <[EMAIL PROTECTED]> > To: Ananta <[EMAIL PROTECTED]> > Date: 09 Maret 2001 23:19 > Subject: Fw: AWAL KERUSUHAN SAMPIT.. > > > > > >-----Original Message----- > >From: sandra <[EMAIL PROTECTED]> > >To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>; Sigit Susanto > <[EMAIL PROTECTED]> > >Date: 09 Maret 2001 22:33 > >Subject: Fw: AWAL KERUSUHAN SAMPIT.. > > > > > >> > >>Sent: Friday, March 09, 2001 7:24 AM > >>Subject: AWAL KERUSUHAN SAMPIT.. > >> > >> > >>> > >>> Kamis, 08/03/2001 - 22:11 WIB > >>> Mengungkap Akar Kerusuhan Sampit (1) > >>> > >>> Madura Sempat Dua Hari Kuasai Kota > >>> > >>> > >>> > >>> Bahari, Sampit > >>> Kerusuhan Sampit dengan korban ratusan jiwa ternyata hanya bermula dari > >>> perkelahian siswa SMK di Baamang. Perkelahian itu melibatkan anak warga > >>> Dayak dan Madura. Perkelahian siswa itulah, > >>> yang kemudian memicu konflik antarkeluarga, antaretnis, hingga > >pembantaian > >>> sampai pengusiran puluhan ribu warga Madura. > >>> > >>> Anak polah, bapa kepradah. Pepatah Jawa yang berarti anak berbuat, > orang > >>tua > >>> ikut terlibat ini terjadi atas diri keluarga Matayo. Warga asal Madura > >>yang > >>> sudah lama tinggal di Baamang, Sampit, ini tak terima > >>> anaknya berkelahi dengan anak warga Dayak. Tapi, keterlibatan Matayo > atas > >>> perkelahian anaknya ini malah memicu kegeraman warga dayak. Lalu, > >>dibuatlah > >>> perhitungan. Minggu dini hari sekitar pukul 03.00 (18 Februari) > >sekelompok > >>> pemuda Dayak menyerang dan membunuh Matayo. Tiga orang anggota > >keluarganya > >>> ikut tewas. > >>> Itu versi warga Madura. Versi warga Dayak agak berbeda lagi. Mereka > >>bilang, > >>> eksekusi terhadap Matayo dan keluarganya terjadi karena yang > bersangkutan > >>> sering melakukan tindak kriminal. Warga setempat pun jengkel karena > >sering > >>> dirugikan. Hanya empat jam, eksekusi Dayak terhadap Matayo ini > menyebar. > >>> Warga Madura tak bisa menerima. Sejumlah warga pendatang ini lantas > >>> menyatroni ++++++++ Ketua Lembaga Musyawarah Masyarakat Dayak, Seruyan > >>> Tengah, untuk membalas dendam. > >>> Lengkap dengan berbagai senjata, warga Madura ini minta +++++Iniel > >>> menyerahkan pembunuh Matayo yang bersembunyi di rumahnya. Mereka > >>mengancam > >>> akan membakar kalau pelaku tidak diserahkan. > >>> Tapi, 39 orang di dalam rumah Iniel tidak keluar. Warga Madura mulai > >tidak > >>> sabar. Mereka melemparkan apa saja ke pagar dan kaca rumah. Bahkan, ada > >>yang > >>> berusaha membakar rumah. Mendengar ribut-ribut, polisi datang, lalu > >>> mengamankan 39 orang yang ada di rumah Iniel. Sebagian memang mengaku > >>> membunuh Matayo. Tapi, warga Madura tidak puas dan mengarahkan > amarahnya > >>ke > >>> warga Dayak yang lain. Beberapa rumah warga Dayak dibakar. Nasib > tragis > >>> dialami Jihan atau Seyan, seorang purnawirawan TNI AD. Seyan beserta > >>+++++ > >>> ketujuh anak dan cucunya yang kabarnya masih kerabat Iniel dibakar > >>> hidup-hidup dalam rumahnya. Sejak hari itu, warga Madura menguasai > >>Sampit. > >>> Dengan mengacung-acungkan senjata, puluhan warga Madura pawai keliling > >>> kota. Mereka menggunakan berbagai kendaraan, mulai roda dua sampai roda > >>> empat. > >>> Mereka tak hanya berpawai. Setiap bertemu warga Dayak, mereka mengejar > >dan > >>> membunuhnya. Sedikitnya, sepuluh rumah dibakar. ++++++ Tujuh orang > tewas > >>> saat warga Madura menguasai Sampit. > >>> Bahkan, seorang ibu muda hamil tujuh bulan ikut dibunuh dengan dirobek > >>> perutnya. "Itu fakta," kata Bambang Sakti, tokoh muda Dayak asal Sungai > >>> Samba. > >>> Situasi itu membuat Sampit Minggu malam mencekam. Listrik padam total. > >>> Pembakaran di perkampungan warga di Jalan Baamang berlangsung sporadis. > >>> Pengungsi mulai membanjiri gedung pertemuan di depan rumah jabatan > bupati > >>> sampit. Tapi, kemudian dialihkan ke kantor bupati. > >>> Yang mengungsi bukan hanya warga Madura. Juga Dayak dan Cina. Mereka > >>> berdesak-desakan mengungsi. Ini terjadi karena mereka belum tahu betul > >>siapa > >>> yang menguasai jalanan di Sampit malam itu: > >>> Madura atau Dayak. Di pengungsian, Madura dan Dayak malah rukun. "Saya > >>saat > >>> itu ikut mengungsi,’ ujar seorang wartawan lokal. Untuk > menghadang > >>> orang Dayak keluar-masuk Sampit, warga Madura melakukan penjagaan di > >>> pertigaan Desa Bajarum yang mengarah kota Kecamatan Kota Besi. > Penjagaan > >>> juga terjadi di Perenggean, Kecamatan Kuala Kuayan, dan desa-desa > >>pedalaman > >>> Hilir Mentayan. Selama berpawai itu, warga Madura terus > berteriak-teriak > >>> mencari tokoh Dayak. "Mana Panglima Burung? Mana tokoh Dayak?" tantang > >>> mereka. Tak hanya itu, seorang tokoh Madura melakukan orasi lewat > >pengeras > >>> suara, "Sampit akan jadi Sampang kedua, Sampit jadi Sampang Kedua". > >>> Mereka juga memasang spanduk: Selamat datang orang Dayak di kota > Sampang, > >>> Serambi Mekkah. "Spanduk itu yang kami cari sekarang," kata Bambang > >Sakti. > >>> Bambang juga bilang telah menemukan sejumlah bom di rumah-rumah warga > >>> Madura. "Ini bukan isapan jempol," tuturnya. Sedikitnya, pasukan Dayak > >>sudah > >>> menyerahkan 300 bom yang ditemukan di > >>> rumah warga Madura. Begitu juga beberapa pucuk pistol. "Tidak tahu > >>bagaimana > >>> tindak lanjutnya," jelasnya. Kabarnya, bom-bom itu dirakit di Jawa, > lalu > >>> dikirimkan ke Sampit. Tapi, sumber Jawa Pos menyebutkan, bom rakitan > >>dibuat > >>> di Sampit. Lalu, didistribusikan ke berbagai warga Madura di kecamatan. > >>> Mereka bilang bom itu untuk mempertahankan diri jika sewaktu-waktu > >>diserang > >>> warga Dayak. Tapi, karena bom itu pula, 112 warga Madura di Kecamatann > >>> Perenggean dibantai di lapangan kecamatan. Ini setelah warga Dayak > >>menemukan > >>> bom di rumah seorang warga Madura. > >>> Melihat aksi penguasaan warga pendatang itu, warga Dayak tak tinggal > >diam. > >>> Mereka lantas membawa bala bantuan pasukan dari Dayak pedalaman. Warga > >>Dayak > >>> yang tiba lebih dulu melakukan perlawanan sporadis. > >>> Selasa malam (20 Februari), peta kekuatan mulai berbalik. Warga Dayak > >>> pedalaman dari berbagai lokasi daerah aliran sungai (DAS) Mentaya, > >seperti > >>> Seruyan, Ratua Pulut, Perenggean, Katingan Hilir, bahkan Barito > >>berdatangan > >>> ke kota Sampit melalui hilir Sungai Mentaya dekat pelabuhan. Pasukan > >>Dayak > >>> pedalaman yang rata-rata berusia muda tak lebih 25 tahun membekali diri > >>> dengan berbagai ilmu kebal. Jumlahnya sekitar sekitar 320 orang. > Pasukan > >>itu > >>> lalu menyusup ke daerah Baamang dan sekitarnya, pusat permukiman warga > >>> Madura. Meski dalam jumlah kecil, kemampuan bertempur pasukan khusus > >>Dayak > >>> sangat teruji. Buktinya, mereka mampu memukul balik warga Madura yang > >>> terkosentrasi di berbagai sudut jalan Sampit. Dengan ilmu kebal, mereka > >>> melawan ribuan warga Madura. Bahkan, mereka sanggup menghadapi bom yang > >>> banyak digunakan warga Madura. Dalam bentrok terbuka, seorang warga > >>Madura > >>> melemparkan bom ke arah pasukan Dayak. Tapi, bom dapat ditangkap dan > >>> dilemparkan kembali ke arah kerumunan Madura. Meledak. Puluhan warga > >>Madura > >>> tewas seketika. > >>> Selain kebal senjata, pasukan Dayak pedalaman tidak mempan ditembak. > >>Mereka > >>> justru memunguti peluru untuk dikantongi. Karena itu, polisi juga > keder. > >>> Sejak itu, mental Madura pun langsung down. > >>> Strategi yang diterapkan warga Dayak dalam serangan balik cukup jitu. > >>Selain > >>> masuk lewat Baamang, sekitar empat perahu penuh pasukan dayak tidak > >>langsung > >>> merapat ke bibir sungai. > >>> Mereka berhenti di seberang sungai Mentaya. Baru berenang menuju kota > >>> pinggir sungai di tepian kota Sampit. Strategi ini untuk menghindari > >>> pengawasan orang Madura. Lantas, secara tiba-tiba, mereka muncul dan > >>> menyerang permukiman Madura. > >>> Madura pun dibuat kocar-kacir. Pasukan Dayak pedalaman terus bergerak > ke > >>> kantong-kantong tokoh Madura. Seperti, Jalan Baamang III, Simpong atau > >>> dikenal Jalan Gatot Subroto, dan S. Parman. Rumah tokoh Ikatan Keluarga > >>> Madura (Ikama) Haji Marlinggi yang cukup megah di Jalan DI Panjaitan > tak > >>> luput dari sasaran. Banyak pengawal penguasa Pelabuhan Sampit itu yang > >>> terbunuh. Sebagian lari. Sejumlah becak bekas dibakar berserakan di > >>halaman > >>> rumah yang hancur. > >>> Rumah tokoh Madura lain seperti Haji Satiman dan Haji Ismail juga > >>> dihancurkan. Tidak terkecuali rumah Mat Nabi yang dikenal sebagai > jagonya > >>> Sampit. Padahal, rumah tokoh-tokoh Madura yang berada di Sampit, > Samuda, > >>> maupun Palangkaraya tergolong cukup mewah. Serangan pasukan inti Dayak > >>> kemudian diikuti warga Dayak lain. Mereka mencari rumah dan warga di > >>> sepanjang kota Sampit. Ratusan warga Madura dibunuh secara mengenaskan, > >>lalu > >>> dipenggal kepalanya. > >>> Hari-hari berikutnya gelombang serangan suku Dayak terus berdatangan. > >>> Bahkan, sebelum menyerang, seorang tokoh atau panglima Dayak lebih dulu > >>> membekali ilmu kebal kepada pasukannya. Karena itu, saat melakukan > >>> serangan, biasanya mereka berada dalam alam bawah sadar. > >>> Uniknya, mereka juga dibekali indera penciuman tajam untuk membedakan > >>orang > >>> Madura dan non-Madura. "Dari jarak sekitar 200 meter, baunya sudah > >>tercium," > >>> ++++ ujar > >>> Itu tak berlebihan. Saat ada evakuasi, di tengah jalan seorang warga > >>Madura > >>> disusupkan. Dia dikelilingi warga non-Madura. Sebelum masuk ke loksi > >>> penampungan, mereka kena sweeping Dayak. Meski orang itu > >>> ada di tengah pengungsi, masih juga tercium dan disuruh turun. Tanpa > >>ampun, > >>> laki-laki tadi dibantai. > >>> Agar serangan ke perkampungan Madura terkendali, para komando warga > Dayak > >>> menggunakan Hotel Rama sebagai pusat komando penyerangan. Bahkan, di > >hotel > >>> itulah pasukan diberi ramuan ilmu kekebalan oleh para panglima. Saat > >>> digerebek, aparat menemukan beberapa kepala manusia. Tapi, para > tokohnya > >>> sempat meloloskan diri. Kini, di depan hotel bertingkat dua itu > >>dibentangkan > >>> police line. > >>> Berada di atas angin, pasukan Dayak lalu melebarkan serangan ke > berbagai > >>> kota Kecamatan Kotawaringin Timur. Sasaran pertama, Samuda, ibu kota > >>> Kecamatann Mentaya Hilir Selatan, dan Parebok yang banyak dihuni warga > >>> Madura. Samuda dan Parebok jadi sasaran setelah Sampit karena banyak > >tokoh > >>> Madura tinggal di daerah itu. Di Parebok juga ada Ponpes Libasu Taqwa. > >>> Ponpes yang diasuh Haji Mat Lurah ini juga dijadikan tempat berlindung > >>> banyak warga Madura. > >>> Warga Madura di kecamatan lain pun tidak lepas dari buruan. Misalnya, > >>Kuala > >>> Kuayan. Ratusan korban jatuh dengan kepala terpenggal. Kini, warga > Dayak > >>> praktis menguasai hampir seluruh wilayah Kalimantan Tengah. Kecuali > >>> Pangkalan Bun. Kota ini aman karena hampir tak ada warga Madura yang > >>tingga > >>> di semua kota kecamatan. Penghuninya, saat itu, banyak yang lari > >>> menyelamatkan diri ke hutan, +++++ baik Palangkaraya, Sampit, maupun > >>Samuda. > >>> .......... > >>> > >>> (sampai di sini dulu, lanjutnya besok) > >>> > >>> +++++++++++++++++++ > >>> Sebenarnya, jauh sebelum kasus Sampit mencuat, sekitar 118 kilometer ke > >>arah > >>> Palangkaraya, tepatnya di Desa Kerengpangi, Kecamatan Katingan Hilir > >>terjadi > >>> pembantaian tokoh pemuda Dayak setempat. Namanya, Sendung. Tepatnya, di > >>> lokalisasi WTS Kerengpangi. > >>> Pada dini hari, sekitar pukul 01.00 WIB (16 Desember 2000). Sendung > >datang > >>> ke lokasi perjudian. Saat itu ,ada tiga warga Madura Mat Sura, Kacung > dan > >>> Mat Suki sedang main judi dadu gurak. > >>> Sebenarnya, antara Sendung dan ketiga warga Madura itu sudah saling > >kenal. > >>> Sendung dikenal sebagai tokoh pemuda Dayak yang disegani. Sedangkan > tiga > >>> Madura tadi dikenal sebagai penguasa lokalisasi. > >>> Tiba-tiba, tangan Sendung menyenggol badan Mat Sura. Entah dipengaruhi > >>> minuman atau balas dendam, Mat Sura tidak terima. Cekcok lantas tak > bisa > >>> dihindari. Emil, pemuda Dayak, saat itu berusaha melerai. Tapi, tak > >>> dihiraukan. Mereka tetap saja cek cok. Kacung, salah satu teman Mat > Sura > >>> pulang ke rumah sekitar 75 meter dari lokasi semula untuk mengambil > >>celurit. > >>> Begitu sampai, tanpa ba bi bu lagi, Kacung membacokan ke tubuh Sendung. > >>> Sendung yang juga dikenal jagoan berusaha melawan. Tapi, karena > >>> dikoroyok, Sendung pun tersungkur dengan tiga luka bacok. Dada, leher > dan > >>> perut. Sedangkan warga sekitarnya takut melerai. Versi keluarga Sendung > >>> berbeda. Kepada Jawa Pos, diceritakan bahwa saat itu, Sendung dijemput > >>> beberapa orang ke lokalisasi. Kabarnya, ada judi. Sendung yang selama > ini > >>> getol melarang perjudian dadu gurak di wilayahnya datang. Tapi, Dewi, > >>istri > >>> Sendung sudah membaca sepertinya ada rekayasa penciptaan suasana agar > ada > >>> bentrokan. "Makanya, begitu warga Madura tersenggol langsung cek cok," > >>jelas > >>> salah satu keluarga Sendung. > >>> Esoknya, warga Dayak geger. Mereka pun ramai-ramai mencari tiga warga > >>Madura > >>> yang membunuh Sendung. Tapi, ketiganya sudah lolos. Untuk melampiaskan > >>> kekesalnya, warga dayak membakari rumah karaoke, tempat perjudian, > warung > >>> makan dan rumah. Saat itu, ada sekitar 16 rumah ludes dilalap api. > >>> Lokalisasi itu sebetulnya milik Akong. Namun, pengelolaannya > sehari-hari > >>> dipercayakan kepada tiga warga Madura tesebut. Kini, Akong melarikan > diri > >>> setelah terjadi insiden itu. Warga makin dongkol karena polisi > >sepertinya > >>> membiarkan pelakunya lolos. Bahkan, mereka mendengar kabar kalau sudah > >>kabur > >>> ke Pulau Madura. Kedongkolan warga Dayak makin memuncak karena itu > bukan > >>> kasus yang pertama. > >>> Setiap kali, ada warga Madura membunuh warga Dayak selalu lolos dan > lari > >>ke > >>> Madura. Kalau pun masuk bui tidak lama. Kawan atau keluarganya bisa > >>menebus. > >>> "Makanya, kekesalan warga Dayak sudah memuncak," kata tokoh Dayak > Sabran > >>> Akhmad kepada Jawa Pos. > >>> Kerengpanggi sebenarnya hanya dusun kecil di tepi jalan raya Tjilik > >Riwut, > >>> Palangkaraya Sampit. Tepatnya, di kilometer 99 jalan Cilik Riwut. Tapi, > >>> setelah ditemukan tambang emas sekitar tahun 1980-an, > >>> dusun yang sepi mulai menggeliat. Warga luar berdatangan mendulang > emas. > >>> Tidak terkecuali warga > >>> Madura. Apalagi, sekitar tahun 1996 Sjamsul Nursalim lewat PT Ampahit > Mas > >>> Perdana membuka pendulangan emas secara besar-besran. > >>> Dusun yang semula tenang menjadi ramai dengan hadirnya pasar, toko, > >>karaoke, > >>> mini market, bar, yang dilengkapi lokalisasi WTS. Seiring bertambahnya > >>warga > >>> yang mendulung emas, angka kriminalitas makin meningkat. Tiada hari > >tanpa > >>> perkelahian. Umumnya melibatkan warga Dayak dan Madura. Bahkan, > >>Perengpangi > >>> biasa disebut Texas-nya Kalteng. Pencurian, perkelahian, perampokan, > >>> perebutan tanah adalah hal bisa di Krengpangi. > >>> Terhadap kenyataan itu, aparat keamanan seakan tak berdaya. Jarang > warga > >>> Madura yang ditangkap akibat tindak kriminalnya. "Kekesalan itu menjadi > >>> terakumulasi hingga menimbulkan dendam kesumat bagi warga Dayak," > tandas > >>> Sabran. > >>> Prof H.K.M.A Usop, mantan Rektor Universitas Palangkaraya yang kini > >>sebagai > >>> Ketua Presedium Lembaga Musyawarah Dayak Daerah Kalimantan Tengah > >>> (KPLMDDKT), mengakui kalau banyak pelanggaran, tindakan kriminal yang > >>> merugikan harta dan nyawa orang Dayak. > >>> Sebetulnya, setiap kali terjadi bentrok selalu diakhiri perdamaian. > Tapi, > >>> setiap kali pula warga Madura melanggarnya. Begitu seterusnya. "Paling > >>tidak > >>> sudah ada 15 kali perdamaian. Tapi, hasilnya sama > >>> selalu dilanggar warga Madura," kata Usop saat pertemuan tokoh > masyarakat > >>> Dayak dengan DPRD Kalteng. Bahkan, saat pembuatan jalan > >>> Palangkaraya-Kasongan terjadi bentrok Dayak-Madura, tepatnya di Bukit > >Batu > >>> tahun 1983. Setelah bentrokan reda, dibuatlah perdamaian antara tokoh > >>Dayak > >>> dengan tokoh Madura. Ada satu poin penting dalam perjanjian itu. > Yakni, > >>> Warga Madura dengan sukarela akan meninggalkan Kalimantan Tengah jika > >>> melakukan pertumpahan darah terhadap warga dayak. Tapi, berkali-kali > ada > >>> pertumpahan darah warga Madura jangankan pergi tapi makin banyak > >>berdatangan > >>> ke Kalimantan. "Dokumen itu yanh kini sedang kami cari," tambha Usop. > >>> Tragedi pertumpahan darah di Kalimantan terjadi tahun 1967, pasca G 30 > >>> S/PKI. Tragedi itu tak lepas dari ekor G 30 SPKI. Saat itu pemerintahan > >>> Soeharto menuduh Cina di Kalimantan Barat adalah komunis. > >>> Untuk mengenyahkan Cina komunis, Soeharto menggunakan salah satu etnis > >>Dayak > >>> untuk membunuh Cina yang komunis dan pendukung Pasukan Gerilyawan > Serawak > >>> (PGRS). Korban pun berjatuhan sebanyak 300 orang. Selebihnya, ratusan > >ribu > >>> Cina diungsikan. Setelah itu, bentrokan Dayak tidak dengan Cina, tapi > >>dengan > >>> Madura. Dayak menuding perilaku warga Madura tak terpuji. Suka > kekerasan, > >>> dan sering melakukan tindakan kriminal yang banyak merugikan warga > Dayak. > >>> Bentrokan kecil dan besar antara dayak dan Madura di Kalimantan Tengah > >>sejak > >>> 1983 sudah terhitung 15 kali. Tapi, selalu berakhir perdamaian. Sebelum > >>> kasus Kerengpangi dan Sampit, bentrokan besar terjadi tahun 1996 dan > 1997 > >>di > >>> Sangauleudo di Kalbar maupun Sambas. Dimana dua warga dayak ditusuk > >>sam,pai > >>> tewas oarang Madura. Kerusuhan pun pecah, sedikitnya 1000 korban tewas. > >>Dan > >>> sebnayka 2000 warga Madura diungsikan. (bh) > >>> > >>> > >>> > >>> 'Kuluk,... Kuluk,... Kuluk...', > >>> Esoknya Semua Tanpa Kepala > >>> > >>> > >>> > >>> BOHONG, kalau Gubernur Kalteng Asnawi Agani mengatakan orang Madura > yang > >>> tewas 200 orang, meskipun itu informasi yang datang dari Posko Sampit. > >Hal > >>> ini dikatakan sejumlah orang Madura yang ikut naik KRI Teluk Ende 517. > >>Dalam > >>> pelayaran menyusuri Sungai Mentaya (70 km), ABK dan pengungsi bisa > >melihat > >>> puluhan mayat yang mengapung di sepanjang sungai, dan sejumlah bangunan > >>> rumah warga Madura dan Pasar Sampit/Pasar Ganal yang tinggal temboknya > >>yang > >>> hangus. > >>> Dikatakan seorang pengungsi yang bekerja di penggergajian kayu, PT > >>Sempagan > >>> Raya Sampit, Abdul Sari (30), bahwa yang tampak di sungai saja ada > >puluhan > >>> yang mengapung dan tersangkut di pinggir. Sementara yang hanyut dan > >>> tenggelam lebih dari 200 warga etnis Madura. "Ini baru yang di sungai, > >>belum > >>> yang terserak di pinggir sepanjang Jl. Masjid Nur Agung saja tidak > kurang > >>> dari 200 mayat," katanya. > >>> Sementara di Jl. Sampit Pangkalan Bun, saat ini masih banyak mayat yang > >>> bergelimpangan di tepi jalan. Mayat-mayat itu hanya ditutupi dengan > batu > >>> koral yang dibungkus karung sak. Tidak ada yang menolong untuk > >dimakamkan, > >>> kami tidak mungkin untuk melakukan itu. Sedang untuk bisa lolos dari > >>kejaran > >>> dan tebasan mandau Dayak saja sudah bersyukur. > >>> Abdul Sari juga mengatakan, sekarang pasukan Dayak tidak lagi > membedakan > >>> siapa yang akan dibunuh. Awalnya yang diserang hanya etnis Madura, tapi > >>kini > >>> semua pendatang, termasuk orang Jawa, dan Cina. Mereka bukan hanya > >ditebas > >>> lehernya saja, tapi juga dipenggal jadi beberapa potong. > >>> Di mata etnis Madura, polisi setempat sudah kehilangan kepercayaannya > >>lagi. > >>> Mereka (warga etnis Madura) mengaku, siangnya di sweeping dan > senjatanya > >>> disita petugas, dan mereka (petugas) mengatakan, semua sudah aman dan > >>tidak > >>> ada apa-apa lagi. Maka warga etnis Madura di Jl. Sampit Pangkalan Bun > >>> tenang-tenang saja dan percaya pada petugas. Ternyata malamnya diawali > >>> dengan suara kuluk,... kuluk,... kuluk,... sebentar kemudian pasukan > >Dayak > >>> muncul dan membunuhi warga Madura. > >>> Tidak ada yang tersisa, mereka yang menyerah maupun yang lari dibunuh. > >>> Umumnya mereka diserang pada malam hari, ratusan Dayak dengan suara > >>> kuluk..., kuluk..., sambung-menyambung muncul dari segala penjuru. > >Esoknya > >>> warga etnis Madura mati mengenaskan dengan badan tanpa kepala lagi. > >>> Parebuk > >>> Menurut warga etnis Madura yang ikut KRI Teluk Ende, Sopian (56), warga > >>yang > >>> banyak mati dari daerah Parebuk, Semuda. Karena warga Madura yang ada > di > >>> sini tidak menghindar tapi melakukan perlawanan sengit. "Saat ini di > sana > >>> yang tersisa tinggal wanita dan anak-anak," kata Sopian. > >>> Sopian yang datang ke pengungsian dengan jalan menyusuri sungai > >>mengatakan, > >>> dia berjalan sambil sembunyi-sembunyi di antara pohon hutan yang cukup > >>> lebat. Ternyata setelah 7 hari di pengungsian ia hanya melihat beberapa > >>> warga Madura dari Semuda. Berarti ada sedikitnya 500 orang Madura yang > >>tewas > >>> melawan Dayak di Semuda. "Kalau masih hidup seharusnya perjalanan > mereka > >>> tidak lebih dari satu atau dua hari saja," kata Sopian. > >>> Sopian bersama pengungsi lain yang ada di pengungsian pun mengaku masih > >>> dibayang-bayangi pasukan suku Dayak. Bahkan ada isu bahwa kamp > >pengungsian > >>> di halaman Pemda Sampit akan diserbu oleh Dayak. Hal ini membuat warga > >>> Madura yang ada di pengungsian menjadi resah, di samping mereka sudah > >>> ketakutan, juga mereka sudah tidak memiliki senjata lagi. > >>> Menurut Kilan, sejumlah orang Dayak membawa mayat orang Madura dengan > >>> geledekan keliling kota. Tidak sampai di situ, geledekan yang berisi > >orang > >>> Madura ditinggal begitu saja di depan Polres Sampit, Jl. Sudirman. > >>> Kekesalan warga Madura terhadap oknum polisi di Polsek Jl. Ba Amang > >Tengah > >>> semakin menjadi, seperti yang diungkapkan oleh Somad yang mendatangi > >>kantor > >>> Polsek. Ia minta perlindungan setelah dikejar-kejar oleh sekitar 50 > >Dayak, > >>> Somad minta diantar ke tempat pengungsian. Kapolsek bukannya menolong > >tapi > >>> justru memanggil Dayak yang ada di sekitar situ. > >>> Somad mengaku lari ke belakang, dengan melompat lewat pintu belakang > >>Polsek > >>> ia akhirnya lolos lari ke semak-semak. Ia sempat merangkak sejauh 300 m > >>> sebelum lepas dari kejaran Dayak dan lari ke hutan. Dari hutan ini ia > >>> menyusuri tepian hutan dan akhirnya sampai ke tempat pengungsian. Ia > pun > >>> bersyukur karena bisa ketemu dengan anak istrinya. > >>> Seorang pengungsi, Choiri (40), dari Pasuruan mengatakan, ada peristiwa > >>yang > >>> sangat mengenaskan dari daerah Belanti Tanjung Katung, Sampit. Sebanyak > 4 > >>> truk pengungsi Parengkuan yang dibawa oleh orang yang mengaku petugas > >>dengan > >>> mengatakan akan dibawa ke tempat penampungan pengungsi di SMP 2, > akhirnya > >>> dibantai habis. Ternyata mereka yang mengaku petugas adalah pasukan > >Dayak, > >>> orang Madura disuruh turun dan dibantai. "Jika tiap truk berisi 50 > >>pengungsi > >>> berarti ada 200 pengungsi yang tewas dibantai," kata Choiri. > >>> Choiri mengatakan, yang dibantai itu semuanya wanita dan anak-anak. > >Begitu > >>> jemputan yang kedua tiba, yang diangkut adalah orang laki-laki dewasa, > >>> justru mereka selamat tidak di tempat pengungsian karena dikawal oleh > >>Brimob > >>> dari Jakarta. > >>> Liar > >>> Pengakuan seorang pengungsi, Titin (19), asli Lumajang, yang tinggal di > >>Jl. > >>> Pinang 20 Sampit mengatakan, suaminya yang asli Dayak Kapuas yang kini > >>ikut > >>> pasukan Dayak. Ia menceritakan, suaminya pernah bercerita padanya, > >mengapa > >>> orang Dayak menjadi pandai berkelahi dan larinya cepat bagai kijang. > >>> Awalnya suaminya enggan menjadi pasukan Dayak untuk membunuhi orang > >>Madura. > >>> Tapi karena dihadapkan pada satu di antara dua pilihan, jadi pasukan > atau > >>> mati, terpaksa suaminya memilih jadi pasukan Dayak. Saat itu ia disuruh > >>> minum cairan yang membuatnya ia menjadi berani, kemudian alisnya > diolesi > >>> dengan minyak yang membuat ia melihat bahwa orang Madura itu berwujud > >>anjing > >>> dan akhirnya harus diburu dan dibunuh. > >>> Makanya orang Dayak tidak punya takut, tidak punya rasa kasihan, ini > >>menurut > >>> Titin karena sudah diberi minuman dan olesan minyak tertentu. Sehingga > >>> mereka mirip dengan jaran kepang yang sedang kesurupan, mungkin mereka > >>> kerasukan roh nenek moyangnya dan membunuh sesuai dengan perintah > >panglima > >>> perang suku Dayak. (R Dewanto Nusantoro) > >>> > >>> > >> > >> > > > > > > > > > ---------------------------------------------------------------------- > The following message has been automatically added by the mail gateway > to comply with a Royal & Sun Alliance IT Security requirement: > > "As this email arrived via the Internet you should be cautious about > its origin and content. Replies which contain sensitive > information or legal/contractual obligations are particularly > vulnerable. In these cases you should not reply unless you are > authorised to do so, and adequate encryption is employed. > > If you have any questions, please speak to your local desktop > support team or IT security contact". > ---------------------------------------------------------------------- > > >
--------------------------------------------------------------------- Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id