http://kompas.com/kompas-cetak/0104/05/IPTEK/dask10.htm
>Kamis, 5 April 2001

DAS Kritis Meningkat, Bahaya Banjir Semakin Besar

Semarang, Kompas 
Eksploitasi lahan yang berlebihan di daerah aliran sungai (DAS) dan pembabatan hutan 
secara liar, yang selama ini terjadi di beberapa wilayah Indonesia, semakin tidak 
bertanggung jawab dan memprihatinkan. Tindakan itu tidak hanya mengakibatkan semakin 
meningkatnya pengundulan lahan hutan dan hilangnya kemampuan DAS untuk menyimpan air 
di musim kemarau, tetapi juga menyebabkan DAS yang kritis terus bertambah setiap 
tahun, yang berdampak pada makin besarnya bahaya banjir. 
Hal ini dikemukakan Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air, Departemen Permukiman 
dan Prasarana Wilayah (Menkimpraswil) Dr Ir Soenarno Dipl HE pada diskusi panel 
"Integrasi dan Keterpaduan Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan dalam Era 
Otonomi Daerah" di Semarang, Rabu (4/4). Kegiatan ini diselenggarakan Universitas 
Diponegoro (Undip) dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 
Menurut Soenarno, kerusakan DAS yang diakibatkan pembabatan hutan itu selain berdampak 
pada peningkatan kejadian banjir, juga menurunkan debit sungai pada musim kemarau dan 
tingginya sedimentasi sebagai akibat rusaknya daerah tangkapan air. "Indikasi-indikasi 
di atas sebenarnya memberi petunjuk bahwa sistem lingkungan yang mendukung proses daur 
hidrologi sedang dan telah mengalami kerusakan," katanya. 
Hal ini dapat dilihat pada berkurangnya areal hutan pada kawasan tangkapan air, 
tekanan penduduk yang berlebihan pada suatu wilayah, pemanfaatan lahan yang melampaui 
batas daya dukungnya, dan pemanfaatan sumber daya air yang melampaui batas daya pasok 
alamiah, serta tingkat sedimentasi dan pembuangan limbah yang tak terkendali. "Sektor 
sumber daya air di Indonesia kini menghadapi permasalahan investasi jangka panjang dan 
manajemen yang semakin kompleks dan menantang. Tanpa ada penanganan yang efektif, hal 
itu akan menjadi kendala yang semakin menghambat pengembangan perekonomian dan 
ketahanan pangan nasional serta kebutuhan sosial yang terus meningkat," katanya. 
Selain persoalan di atas, menurut Soenarno permasalahan pokok saat ini-kelangkaan 
alokasi air untuk berbagai sektor akibat bertambahnya kebutuhan air non-irigasi, tidak 
memadainya akses pasokan air bersih dari institusi pengelola, sedangkan prasarana 
penyedia air bersih perkotaan tidak mampu melayani permintaan yang pesat. (son) 

Kirim email ke