http://kompas.com/kompas-cetak/0104/05/DAERAH/perh22.htm
>Kamis, 5 April 2001

Perhutani Jadi Persero, Daerah Khawatir 

Bandung, Kompas 
Perubahan status Perum Perhutani menjadi berbentuk Perusahaan Perseroan (Persero) 
memunculkan kekhawatiran daerah. Alasannya perubahan bentuk itu akan memberi dampak 
buruk bagi pengelolaan hutan di daerah yang selama ini telah dikuasai Perum Perhutani. 
Anggota Komisi B DPRD Jawa Barat Yudi Widiana Adia di Bandung, Rabu (4/4), mengatakan 
perubahan Perum menjadi Persero turut mengubah orientasi pengelolaan hutan, sehingga 
yang terjadi adalah manajemen pengelolaan bertujuan mencari keuntungan finansial 
belaka. Karena itu, Yudi menyebut perubahan harus memiliki urgensi tepat serta akurasi 
manajemen jelas. 

http://kompas.com/kompas-cetak/0104/05/DAERAH/taka21.htm
>Kamis, 5 April 2001

Tak Ada Pupuk, 70.000 KK Petani Sawit Gigit Jari

Jambi, Kompas 
Puluhan ribu hektar tanaman kelapa sawit milik petani plasma di Jambi dikhawatirkan 
menjadi sia-sia karena tak ada pupuk untuk menyuburkan tanaman. Sialnya lagi, tak satu 
pun bank yang bersedia memberi kredit untuk pembelian pupuk, meskipun sudah pernah 
dibicarakan di kantor Gubernur setempat. 
Sekitar 70.000 kepala keluarga (KK) petani plasma di daerah ini membutuhkan 70.000 ton 
pupuk untuk menyelamatkan 140.000 hektar tanaman kelapa sawit. Jumlah petani ini 
merupakan 80 persen petani plasma di daerah itu. 

http://kompas.com/kompas-cetak/0104/05/EKONOMI/pola14.htm
>Kamis, 5 April 2001

Pola Baru Penyaluran Pupuk Belum Berjalan Optimal

Jakarta, Kompas 
Pola baru pengadaan dan penyaluran pupuk urea untuk sektor pertanian yang diatur 
dengan Surat Keputusan (SK) Menperindag No.93/MPP/ Kep/2001, ternyata belum berjalan 
secara optimal. Itu terjadi karena pola baru tersebut belum dipahami secara menyeluruh 
oleh distributor di tingkat kabupaten. Produsen juga masih ada yang belum menjalankan 
pola baru tersebut. 
Hal itu dikemukakan Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri Departemen 
Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag) Teddy Setiadi dan Direktur Pemasaran PT 
Pusri Erawan Asikin kepada Kompas, Rabu (4/4) di Jakarta. 

http://kompas.com/kompas-cetak/0104/05/IPTEK/dihu10.htm
>Kamis, 5 April 2001

Dihutankan Kembali, 60.000 Hektar Tambak di Delta Mahakam

Jakarta, Kompas 
Sekitar 60.000 hektar dari 85.000 hektar kawasan tambak di delta Sungai Mahakam, 
Kalimantan Timur, akan ditata ulang dengan cara menghutankan kembali mangrove yang 
selama ini beralih fungsi. Penataan ulang kawasan itu perlu dilakukan dengan membuat 
jalur hijau dan merelokasinya tambah jauh dari bibir pantai.Demikian dikemukakan 
Menteri Kelautan dan Perikanan Sarwono Kusumaatmadja dan Direktur Jenderal Pesisir dan 
Pulau-pulau Kecil Rokhmin Dahuri, Rabu (4/4), di Jakarta. Keduanya mengemukakan hal 
itu dalam lokakarya internasional tentang optimalisasi pembangunan dan lingkungan di 
kawasan pantai di delta Mahakam. 
Menurut Sarwono, delta Mahakam merupakan kawasan yang kaya sumber daya alam dan 
memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Namun, sebagian besar kawasan pesisirnya 
mengalami kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas produksi minyak dan 
pertambakan udang. Pembukaan areal tambak udang saja kini telah meluas dari 10.000 
hektar pada tahun 1996 menjadi 85.000 hektar menjelang tahun 1999. 

http://kompas.com/kompas-cetak/0104/05/IPTEK/tera10.htm
>Kamis, 5 April 2001

Terancam Hancur, Miniatur Hutan Tropis di Pulau Laut 
* Investor Akan Eksploitasi Batu Bara

Banjarmasin, Kompas 
Miniatur hutan tropis basah dunia dan hutan lindung di Pulau Laut, Kabupaten Kota 
Baru, Kalimantan Selatan (Kalsel), dipastikan akan hancur bila rencana eksploitasi 
batu bara besar-besaran oleh investor Jerman, Integrited Coal Mining System (ICMS), di 
kawasan itu benar-benar dilaksanakan. Rencana perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) 
dari Jerman itu sudah dalam bentuk komitmen dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Kalsel. 
"Kami sudah menerima rekomendasi dari Kantor Menko Perekonomian yang pada prinsipnya 
setuju terhadap rencana investasi itu. Kini tinggal menunggu penjelasan dari ICMS 
saja," kata Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kalsel Drs Armain 
Djanit di Banjarmasin, Rabu (4/4). 
Armain mengatakan, rencana eksploitasi batu bara di Puau Laut itu merupakan hasil 
kunjungan kerja Gubernur Kalsel HM Sjachriel Darham ke Jerman setahun lalu. Namun, 
hingga sejauh ini ia belum bisa menjelaskan berapa besar nilai investasi itu. 

http://kompas.com/kompas-cetak/0104/05/IPTEK/dask10.htm
>Kamis, 5 April 2001

DAS Kritis Meningkat, Bahaya Banjir Semakin Besar

Semarang, Kompas 
Eksploitasi lahan yang berlebihan di daerah aliran sungai (DAS) dan pembabatan hutan 
secara liar, yang selama ini terjadi di beberapa wilayah Indonesia, semakin tidak 
bertanggung jawab dan memprihatinkan. Tindakan itu tidak hanya mengakibatkan semakin 
meningkatnya pengundulan lahan hutan dan hilangnya kemampuan DAS untuk menyimpan air 
di musim kemarau, tetapi juga menyebabkan DAS yang kritis terus bertambah setiap 
tahun, yang berdampak pada makin besarnya bahaya banjir. 
Hal ini dikemukakan Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air, Departemen Permukiman 
dan Prasarana Wilayah (Menkimpraswil) Dr Ir Soenarno Dipl HE pada diskusi panel 
"Integrasi dan Keterpaduan Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan dalam Era 
Otonomi Daerah" di Semarang, Rabu (4/4). Kegiatan ini diselenggarakan Universitas 
Diponegoro (Undip) dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 

http://www.suarapembaruan.com/News/2001/04/05/index.html
SUARA PEMBARUAN DAILY 

Kontribusi Sawah untuk Pendapatan Petani Hanya 25-50 Persen
Jakarta, 5 April 
Menteri Pertanian Prof Dr Bungaran Saragih memaparkan, luas lahan garapan yang 
dimiliki petani Indonesia jauh di bawah skala ekonomi. Akibatnya, sebagian besar 
petani terutama yang bertanam padi tidak dapat mengandalkan garapannya itu sebagai 
sumber pendapatan. 
''Kontribusi dari lahan sawah terhadap pendapatan total keluarga dari mayoritas petani 
kita, terutama di Pulau Jawa, hanya berkisar 25-50 persen. Kita harus mencarai jalan 
keluarnya,'' ujar Bungaran, usai membuka seminar tentang padi, di Jakarta, Rabu (4/4). 
Selain itu katanya, memang produktivitas padi di Indonesia masih sangat rendah. Hal 
itu terlihat hingga kini, sudah lebih dari 10 tahun rata-rata produksi nasional belum 
dapat mencapai lima ton per hektare (ha). ''Peningkatan produktivitas padi secara 
nasional dari 2,5 ton/ha menjadi 4,5 ton/ha memerlukan waktu sekitar 20 tahun yakni 
pada 1969-1989. Setiap peningkatan produktivitas 0,5 ton/ha selama kurun waktu 
tersebut, membutuhkan waktu rata-rata lima tahun," katanya. 

http://www.suaramerdeka.com/harian/0104/05/nas14.htm
Kamis, 5 April 2001 Berita Utama 

Menelusuri Rontoknya Harga Gabah (I)
Antara Harga Jatuh atau di Luar Kuadran

Sebuah pertaruhan prestasi kerja selalu dihadapi Dolog menjelang musim pengadaan 
gabah. Kerja keras selama setahun, bisa jadi tiada berarti kalau saat menghadapi panen 
raya tidak berkutik diguyur hujan. Harga pun anjlok, petani menjerit, dan lagi-lagi 
Dolog dituding tidak becus bekerja. Berikut tulisan seputar seluk beluk pengadaan di 
beberapa daerah.

Dengan ekspresi yang nyaris sama, Narto asal Demak, Tawirejo dan Sunarjo (Purbalingga) 
mengernyitkan dahi. Ada nada geram, sekaligus pasrah ketika dari mulut ketiga petani 
lanjut usia itu keluar kata-kata penyesalan. ''Nek sampun mekaten, njur pripun, mas? 
(Kalau sudah begini, terus gimana, mas ?)'' Tawirejo tampak sangat terpukul 
mengungkapkan kata penyesalan itu. Dia harus menghadapi kenyataan pahit, 

http://kompas.com/kompas-cetak/0104/05/JATIM/peng19.htm
>Kamis, 5 April 2001

Pengoperasian TPA Benowo Meleset

Prasetyo 

Surabaya, Kompas 
Pengoperasian tempat pembuangan akhir (TPA) Benowo yang direncanakan per 1 April 2001 
ternyata meleset. Sampai saat ini pekerjaan pembangunan TPA seluas 10 hektar untuk 
tahap I dan II masih berjalan, dan tidak jelas kapan TPA itu bisa dipakai.Menurut 
anggota Komisi D DPRD Surabaya I Gede Tamba yang dihubungi Rabu (4/4), dua pekan lalu 
DPRD sudah meninjau ke lapangan. "Waktu peninjauan itu, tidak hujan sama sekali, 
tetapi seluruh areal tergenang air. Janji Dinas Kebersihan ketika itu, supaya areal 
bebas genangan air, akan dioperasikan mesin penyedot air," kata Tamba. 

http://www.suarapembaruan.com/News/2001/04/04/index.html
SUARA PEMBARUAN DAILY 

Teruskan Pengelolaan Hutan Berbasiskan Masyarakat
Semarang, 4 April 
Pemerintah daerah, LSM, dan pemerhati masalah kehutanan di daerah, termasuk unit Perum 
Perhutani, diminta untuk mengabaikan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 14 Tahun 2001 
tentang pengalihan status Perum Perhutani menjadi Perseroan, dan tetap meneruskan 
pengelolaan hutan berbasiskan masyarakat. 
Status perseroan akan menjadikan Perhutani lebih berorientasi bisnis (profit seeking) 
daripada melestarikan hutan, dan sekaligus mengancam pengelolaan hutan 
bersama/berbasiskan masyarakat (PHBM). 

Kirim email ke