http://www.suarapembaruan.com/News/2001/04/06/index.html
SUARA PEMBARUAN DAILY 

TAJUK RENCANA
Pelestarian Lingkungan secara Keseluruhan 

ETIKA Menteri Kehutanan yang baru, Marzuki Usman, baru-baru ini meminta belas kasihan 
kepada IMF, sebab Departemen Kehutanan belum melaksanakan komitmennya untuk mulai 
membenahi hutan tropis, kita turut merasa prihatin. Apakah kita sekarang cuma 
meminta-minta belas kasihan dari orang lain? Sebagai pemilik hutan tropis nomor tiga 
terbesar di dunia, Indonesia perlu meyakinkan negara-negara maju tentang urgensi 
kepentingan hutan tropis bagi seluruh umat manusia di muka bumi. Pada sisi lain, 
kelalaian kita melaksanakan komitmen membenahi hutan tropis kita tidak bisa di bayar 
hanya dengan meminta belas kasihan. 
Sebagai negara besar berpenduduk terbanyak nomor empat di dunia sesudah Cina, India 
dan Amerika Serikat, dengan kekayaan alam yang tak ternilai serta luas geografis 
sebanding dengan benua Eropa atau Amerika Serikat lebih wajar jika kita memberanikan 
diri menempuh langkah-langkah yang rasional dan berwawasan ke depan. Kita sudah 
menyanggupi ke IMF untuk membenahi kerusakan hutan tropis kita, dan tidak ada pilihan 
lain, janji itu harus kita penuhi, bukan semata-mata demi janji, tetapi terutama 
karena pentingnya lingkungan hidup yang layak untuk generasi-generasi mendatang 
seluruh umat manusia. kalau hutan tropis lenyap, maka akan lenyap pula masa depan 
bangsa kita dan seluruh umat manusia. 
KITA harus segera mengadakan reinventarisasi seberapa buruk keadaan hutan tropis kita 
sekarang. Kita perlu membuat daftar kasus yang harus segera diselesaikan, serta 
kasus-kasus yang harus didahulukan sesuai dengan urgensi maupun kemampuan kita. Kita 
harus segera menciptakan zona-zona penyangga di sekitar setiap taman nasional atau 
cagar alam lain, demi menahan rongrongan manusia. Tapi zona-zona penyangga itu harus 
cukup produktif hingga mampu menghidupi penduduk sekitar taman nasional atau cagar 
alam. 
Selain itu, harus dipatok dengan tegas garis-garis batas antara hutan primer dan hutan 
industri maupun hutan konversi yang sesungguhnya sudah harus dibatasi. Sudah terlalu 
banyak hutan primer terkonversi menjadi hutan industri, perkebunan dan sebagainya. 
Juga kita tidak boleh melupakan bahwa jutaan hektare hutan bakau telah rusak karena 
diambil kayunya atau lenyap karena reklamasi. Demikian pula sudah jutaan hektare 
kawasan terumbu karang di seluruh perairan Nusantara rusak binasa. Seperti halnya 
hutan tropis, kita juga harus menjaga kelestarian dan melindungi hutan bakau dan 
terumbu karang. Kita tidak bisa hanya menjaga kelestarian hutan tropis, tetapi 
mengabaikan hutan bakau dan terumbu karang. 
SEMUA pihak harus sadar bahwa upaya-upaya pelestarian hutan tropis, hutan bakau dan 
terumbu karang itu memerlukan investasi yang sangat besar dalam bentuk tenaga ahli dan 
terampil maupun dalam bentuk peralatan dan teknologi. Investasi untuk itu dalam jangka 
waktu 5-10 tahun mendatang bisa mencapai ratusan juta dolar, bahkan mungkin puluhan 
miliar dolar AS. 
Karena kelestarian lingkungan hutan tropis, hutan bakau maupun terumbu karang itu 
tidak hanya demi masa depan negara kita, tapi juga masa depan umat manusia, maka 
konsep keseluruhan pelestarian lingkungan alam itu mungkin dapat kita ajukan kepada 
IMF dan Bank Dunia agar mereka juga membantu pelaksanaannya. Dengan demikian, kita 
tidak hanya sekadar meminta belas kasihan IMF. 

Last modified: 8/29/56 

Kirim email ke