http://kompas.com/kompas-cetak/0104/10/IPTEK/huta10.htm >Selasa, 10 April 2001 Dirjen PHKA Ir Wahyudi Wardoyo: Hutan Indonesia Kritis akibat Penebang Liar Besitang, Kompas Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Ir Wahyudi Wardoyo mengakui, akibat penebangan liar kondisi hutan di Indonesia sudah kritis. Mengingat masalahnya cukup pelik, yang melibatkan banyak pihak mulai dari oknum-oknum pejabat, para cukong, dan masyarakat sendiri, untuk mengatasinya tidak mungkin sendirian dan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. "Apalagi saya ini bukan malaikat yang bisa menangani semua itu dengan mudah," kata Wahyudi dalam acara dialog sejumlah pengurus lembaga swadaya masyarakat (LSM) Sumatera Utara, Aceh, dan Jakarta, dengan para Duta Besar Negara Uni Eropa di Desa Aras Napal, Kecamatan Basitang, Kabupaten Langkat (sekitar 120 kilometer arah barat Medan), Jumat (6/4) malam lalu. Kondisi hutan Indonesia bukan saja sudah rusak parah, tetapi juga telah terperosok ke dalam krisis berkepanjangan seiring dengan kisruhnya perpolitikan nasional. Penebangan liar sudah meluas dan tidak terkendali, dan terdapat konsensus umum bahwa 30 juta-50 juta meter kubik dari konsumsi kayu nasional berasal dari sumber-sumber ilegal. http://kompas.com/kompas-cetak/0104/10/UTAMA/mobn01.htm >Selasa, 10 April 2001 "Mobnas" Buatan Petani Kompas/andreas maryoto HUTOMO Mandala Putra alias Tommy seharusnya malu kepada para petani di Jawa Timur. Dengan modal trilyunan rupiah dan berbagai fasilitas, Tommy gagal menciptakan mobil nasional (mobnas) merek Timor, yang maunya menjadi mobil kebanggaan bangsa. Namun, petani dan juga buruh tani di sejumlah kota di Jawa Timur, seperti di Tulungagung, Kediri, Mojokerto, dan lainnya, pada saat krisis ekonomi tahun 1998 justru berhasil membuat "mobnas". Dengan modal hanya puluhan juta rupiah, mereka bisa bangga dengan kendaraan hasil rakitan mereka sendiri. "Mobnas" ala petani adalah kendaraan beroda empat atau tiga yang digerakkan mesin yang biasanya dipakai untuk penggilingan padi atau mesin perontok padi (power trasher). Mesin itu dihubungkan ke as roda dengan menggunakan rantai sehingga setiap kali dihidupkan bisa melaju di jalan raya. Pada saat mesin hendak digunakan untuk merontokkan padi atau menggiling padi, rantai itu dilepas. Putaran mesin akan menggerakkan alat penggiling atau perontok padi. Untuk membuat mobil itu dibutuhkan uang sekitar Rp 25 juta setiap satu unit. http://kompas.com/kompas-cetak/0104/10/UTAMA/hent11.htm >Selasa, 10 April 2001 Walhi: Hentikan Pembuangan "Tailing" ke Laut Mataram, Antara Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Emmy Hafild menegaskan, pihaknya tetap akan berjuang dan menuntut agar PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) ataupun perusahaan tambang lainnya untuk menghentikan pembuangan limbah tailing-nya ke dasar laut. "Sistem pembuangan tailing ke dasar laut oleh Newmont tidak bisa dibenarkan dan harus dihentikan segera. Kami akan berjuang agar pemerintah secepatnya mengeluarkan ketentuan itu," katanya kepada wartawan di Mataram, Senin (9/4). Menurut dia, sistem pembuangan tailing yang dikembangkan perusahaan asal Amerika Serikat tersebut semata-mata ingin enaknya saja, tanpa mau memikirkan akibatnya bagi kelangsungan biota laut yang ada. Dengan perhitungan yang murah, tidak mau dirugikan, mereka mengembangkan sistem pembuangan tailing ke dasar laut (STP), dan hal itu ingin dikembangkan di beberapa lokasi yang mereka incar untuk dieksploitasi. http://kompas.com/kompas-cetak/0104/10/EKONOMI/ribu14.htm >Selasa, 10 April 2001 Ribuan Ton Beras Vietnam Diselundupkan ke Indonesia Jakarta, Kompas Ribuan ton beras asal Vietnam tiap minggu diselundupkan dengan menggunakan kapal-kapal kecil me-nuju sejumlah pulau kecil di Indonesia. Penyelundupan sejak awal tahun ini setidaknya sudah memasukkan 34.000 ton beras ilegal. Kegiatan ilegal ini merupakan bagian dari aktivitas bisnis para pengusaha beras Indonesia.Masuknya beras ini berkebalikan dengan kondisi di Indonesia yang saat ini tengah panen raya. Bulog sendiri telah memutuskan untuk tidak mengimpor beras pada tahun 2001 karena memiliki cadangan 1,1 juta ton yang dianggap cukup. "Beras yang dikirim (diselundupkan ke Indonesia-Red) umumnya menggunakan kapal kecil dan mempunyai tujuan pulau-pulau kecil di Indonesia yang pembongkaran muatannya hanya memakan waktu satu hari," kata seorang pedagang beras di Kota Ho Chi Minh, Viet-nam, seperti dikutip planetrice.net (sebuah situs Internet yang mengkhususkan diri soal beras), Senin (9/4). http://kompas.com/kompas-cetak/0104/10/EKONOMI/uppd13.htm >Selasa, 10 April 2001 UPPDN Pertamina Harus Segera Atur Kebutuhan Solar Nelayan Jakarta, Kompas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro menekankan kepada pimpinan Unit Perbekalan dan Pemasaran Dalam Negeri (UPPDN) Pertamina untuk secepatnya mengatur kebutuhan solar bagi nelayan. Jangan sampai usaha perikanan berskala besar (samudera) yang justru menikmati solar bersubsidi. "Saya telah minta perhatian setiap Kepala UPPDN, khususnya UPPDN III di wilayah Jabotabek, untuk segera mungkin mendata dan mengatur usaha perikanan skala kecil yang membutuhkan bahan bakar minyak (BBM ) disubsidi, dan usaha perikanan samudera yang harus dikenakan BBM 50 persen harga pasar internasional," kata Menteri menjawab Kompas, Senin (9/4), usai mengikuti Rapat Koordinasi bidang Ekonomi yang dipimpin Menko Perekonomian Rizal Ramli di Gedung Bappenas, Jakarta. http://www.indomedia.com/bpost/042001/10/index.htm Truk Bara Resahkan Warga Sungai Danau *10 Truk Ditahan Kotabaru, BPost Maraknya aktivitas truk bermuatan batu bara yang melintasi Sungai Danau, Kecamatann Satui menuju lokasi stockpile membuat warga resah. Pasalnya, selain membahayakan pengguna jalan, batu bara yang diangkutnya sering berserakan ke jalan. Bahkan, aktivitas itu juga sering dilakukan pada siang hari, sehingga sangat membahayakan warga pejalan kaki yang ingin melaksanakan kegiatan sehari-hari. "Kami sering merasa was-was apabila berangkat ke pasar. Sebab, di jalan berseliweran truk-truk sarat muatan batu bara menuju ke penumpukannya," ujar warga Sungai Danau yang minta jati dirinya dirahasiakan. http://kompas.com/kompas-cetak/0104/10/IPTEK/gube10.htm >Selasa, 10 April 2001 Gubernur Bali Didesak Tegakkan Hukum Perlindungan Penyu Denpasar, Kompas Gubernur Bali diminta keseriusannya dalam menegakkan peraturan perlindungan terhadap penyu sebagai hewan yang dilindungi oleh undang-undang. Puluhan anggota Organisasi Konservasi Satwa Bagi Kehidupan (KSBK) cabang Bali, Senin (9/4), berdemonstrasi dengan melakukan aksi diam di kantor gubernur di Denpasar. Menurut siaran pers yang disebarkan, mereka mendukung setiap usaha pemerintah untuk menegakkan hukum dengan menangkap para pelaku perdagangan penyu yang marak di Tanjung Benoa, Bali. Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1999, bagi yang memperdagangkan binatang yang dilindungi ini bisa dijatuhi hukuman penjara selama-lamanya lima tahun dan denda sebanyak-banyaknya Rp 100 juta. http://kompas.com/kompas-cetak/0104/10/IPTEK/penu10.htm >Selasa, 10 April 2001 Penutupan Pabrik PT IIU Tidak Dapat Ditawar Lagi Jakarta, Kompas Penutupan secara total seluruh kegiatan pabrik kertas dan pulp PT Inti Indorayon Utama (IIU) yang kini berganti nama menjadi PT Toba Pulp Lestari tidak dapat ditawar-tawar dan dikompromikan lagi. Seluruh masyarakat Porsea tetap menolak beroperasinya kembali pabrik yang selama ini menimbulkan berbagai masalah bagi mereka, baik lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, maupun sosial. Bila dalam tiga bulan ini tidak ada kemajuan dalam penyelesaian kasus tersebut, tokoh masyarakat Porsea akan mengirim surat dan kembali menghadap Presiden Abdurrahman Wahid untuk meminta ketegasan pemerintah tentang status pabrik itu. Namun, bila upaya itu pun tidak membawa hasil, masyarakat setempat terpaksa akan mengambil tindakan dengan caranya sendiri. Demikian pernyataan Musa Gurning dan Resman Manurung, pimpinan Forum Rakyat Bersama dari Porsea, dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (9/4). "Masyarakat Porsea bahkan telah siap menjadi 'bahan baku pabrik' kalau PT Indorayon memaksa membuka lagi pabriknya," tambah Manurung dalam acara yang dihadiri Wakil Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Suwiryo Ismail itu. http://kompas.com/kompas-cetak/0104/10/DAERAH/nela22.htm >Selasa, 10 April 2001 Nelayan Menuntut Puskud Dibubarkan Semarang, Kompas Sejumlah nelayan dari Semarang, Demak dan sekitarnya, Senin (9/4) mendatangi Kantor DPRD Jawa Tengah (Jateng). Mereka menuntut Gubernur agar segera membubarkan Pusat Koperasi Unit Desa (Puskud) Nelayan Mina Baruna Jateng, karena selama ini dianggap tidak pernah membantu nelayan dalam meningkatkan kesejahteraannya. Mereka mempertanyakan kinerja Puskud Mina Baruna yang selama ini tidak pernah memperjuangkan aspirasi nelayan. "Puskud Mina Baruna dibesarkan nelayan, mestinya organisasi ini memberi perhatian kepada nelayan, bukan malah mengambil keuntungan. Selama ini apa pernah Puskud Mina Baru memperjuangkan aspirasi nelayan ?" ujar Ali Shawi, nelayan dari Semarang. Menurut para nelayan, selama ini Puskud Mina Baruna hanya sekadar nama saja, tetapi tidak pernah memperjuangkan nasib nelayan. http://www.indomedia.com/bpost/042001/10/index.htm Karakteristik Suku Dayak Oleh Prof Dr H Ahmadi Isa Seorang guru besar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, Prof Dr Fudiat Suryadikara, dosen antropologi menjelaskan, bahwa etnis yang mendiami Pulau Kalimantan ada sekitar enam puluhan. Dari jumlah etnik yang menghuni pulau yang dahulu bernama Borneo itu, sekitar 50 etnis adalah penduduk asli, di antaranya terdapat sekitar 35 etnis Dayak. Etnis Dayak ini umumnya tinggal di pedalaman, baik di pedalaman Kalsel, Kalteng, Kalbar, maupun Kaltim. Di Kalteng sendiri terdapat puluhan sub etnis Dayak, yang pada umumnya lebih didominasi oleh Dayak Ngaju, dan Dayak Siang. Sedangkan di Kalsel juga terdapat suku Dayak, tetapi mereka tinggal jauh di pedalaman, seperti Dayak Balangan, Dayak Maanyan, atau Dayak Meratus, namun populasinya tidak seberapa. Di Kalbar, suku Dayak yang mendominasi daerah tersebut ialah Dayak Iban dan Dayak Siang, begitu pula di Kaltim terdapat banyak etnis Dayak, namun, yang terbanyak mendiami daerah ini adalah Dayak Benoaq, Dayak Tunjung, serta Dayak Pasir.