http://kompas.com/kompas-cetak/0104/12/jatim/plaw28.htm >Kamis, 12 April 2001 "Plawangan" dan Kisah Perahu Terbalik DI malam gulita, hanya berdua di atas perahu, di tengah Samudera Indonesia yang luas. Nelayan asal Kabupaten Jember sudah sering mengalami suasana "angker" seperti itu. Demi nafkah, nyali nelayan juga masih harus diuji dengan ombak besar dan berbahaya dari Laut Selatan, yang sering disebut dengan "ombak rusak." Seorang nelayan mengisahkan, perahunya pernah terbalik di tengah lautan saat hendak memasang layar. "Cuaca memang tidak mendukung ketika kami mau berangkat," kata nelayan dengan dua anak yang sempat terapung dengan berpegangan di perahunya selama empat jam. Untunglah, cuaca segera reda dan ia bisa berlayar untuk pulang. Celakanya, ombak besar tak hanya muncul di tengah lautan. "Ombak rusak" yang amat ditakuti nelayan juga sering muncul di daerah plawangan, sebuah teluk tempat pintu masuk nelayan yang akan menuju pantai. http://kompas.com/kompas-cetak/0104/12/NAPER/irwa12.htm >Kamis, 12 April 2001 Irwan Hidayat dan Industri Jamu Kompas/alif ichwan Irwan Hidayat "DARI 28 tahun karier saya, tiga perempat bagian di antaranya saya lalui dengan kesalahan," kata Irwan Hidayat (53), bos Jamu Sido Muncul yang baru-baru ini "mau" menerima penghargaan dari Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati). Dia mengungkapkan hal itu setahun lalu, di salah satu sudut Kota Semarang, Jawa Tengah, di suatu malam di Jalan Mataram, di warung kaki lima "Es Marem". Sang istri, Maria Shinta Eko Putri Sudjarwo, sibuk memesan minuman kegemaran suami: es campur tape, kelapa muda, kolang-kaling, kacang, dan cokelat. Di tempat-tempat sederhana seperti inilah Irwan biasa berbincang-bincang dengan keluarga, kawan kerja, atau kawan bermainnya. "Dulu saya bisa berjam-jam duduk-duduk di tempat seperti ini dari pukul 20.00. Sekarang paling cuma sampai pukul 23.00," jelas pria kelahiran Yogyakarta, 23 April 1947. http://kompas.com/kompas-cetak/0104/12/METRO/tpas17.htm >Kamis, 12 April 2001 TPA Sampah Bantar Gebang Ditanami Bambu Jakarta, Kompas Pohon-pohon bambu jepang ditanam di atas areal tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Bantar Gebang, Bekasi, yang sudah ditutup dan dilapisi tanah merah. Selain itu, dioperasikan pula tempat pengolahan air sampah di empat zona, masing-masing seluas satu hektar, untuk menurunkan kadar BOD (biological oxygen demand) dan COD (chemical oxygen demand) dari air buangan sampah. Kepala Subdinas Penanggulangan Sampah Dinas Kebersihan DKI Jakarta Iskandar Manik hari Rabu (11/4) mengatakan, Pemda DKI Jakarta sudah berupaya menanam berbagai jenis pohon di atas timbunan sampah yang sudah dilapisi tanah merah di TPA Bantar Gebang. Namun, sebagian besar pohon tersebut, seperti pohon angsana dan tanjung, mati karena tidak kuat melawan panas yang dikeluarkan timbunan sampah. Pohon yang mampu bertahan ternyata hanya pohon bambu sehingga penanaman bambu akan digalakkan di atas timbunan sampah yang sudah dilapisi tanah merah. http://www.suaramerdeka.com/harian/0104/12/slo10.htm Kamis, 12 April 2001 Sala Diserang Tikus, 448 Ha Padi Puso KLATEN -Sejak Januari hingga 15 Maret 2001 tercatat 448 hektare tanaman padi di Klaten puso akibat serangan tikus. Jumlah itu jauh lebih besar dibandingkan serangan tahun 2000 yang hanya 227 hektare. Karena itu, Komisi B DPRD Klaten menyarankan pemerintah agar segera mengajukan dana penanggulangan hama kepada DPRD.''Berapa juta pun dana yang diminta asal rasional Komisi B akan mendukung pemerintah, sebab hama tikus yang menyerang padi sudah meresahkan. Kasihan petani kalau tidak cepat ditanggulangi,'' kata Aris Widiharto SE anggota Komisi B DPRD Klaten, kemarin.Menurut Aris, dana akan diambilkan dari Pengeluaran tak terduga karena masalah hama dianggap bencana alam. Namun disarankan pula, agar pemerintah melakukan penanggulangan menyeluruh.''Pemerintah harus segera membentuk tim terpadu pengendalian hama. Saat ini petani tak hanya menghadapi serangan tikus tapi juga kelangkaan pupuk,'' http://www.indomedia.com/bpost/042001/12/index.htm Pembabatan Hutan tak Terkendali Muara Teweh, BPost Pembabatan hutan secara membabi buta tidak hanya di Kapuas, tetapi juga ditemukan di wilayah Kabupaten Barito Utara. Saat ini diperkirakan ada sekitar 150.000 m3 kayu tebangan liar yang dibabat secara ilegal di daerah seribu riam itu, kata H Rusland Kasmiri, pengamat kehutanan Kalteng. Tidak terkendalinya tebangan liar ini, katanya, akibat para cukong dan pemilik HPH besar turut memainkan situasi saat ini dengan mengkordinasi penebang masyarakat untuk membabat hutan demi mencapai target mereka. http://kompas.com/kompas-cetak/0104/12/IPTEK/sika10.htm >Kamis, 12 April 2001 Sikap Indonesia terhadap Keputusan AS, Mengecewakan Kompas/danu kusworo Jakarta, Kompas Sikap Indonesia yang terus berdiam diri dalam menghadapi pernyataan Amerika Serikat-bahwa AS tidak akan mendukung Protokol Kyoto-sangat mengherankan dan mengecewakan. "Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang begitu besar, ternyata tidak memberi sikap yang jelas terhadap perkembangan yang terjadi di dunia internasional di bidang pelestarian lingkungan hidup."Demikian pernyataan Indonesian Center for Environmental Law (ICEL), dalam siaran persnya hari Rabu (11/4), di Jakarta. Direktur Eksekutif ICEL Wiwiek Awiati SH MHum menekankan, perubahan iklim akan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. "Bukan hanya bagi industri pertanian, perikanan, dan turisme, tetapi juga bagi kita semua dalam bentuk krisis air bersih, meningkatnya frekuensi penyakit tertentu, serta terjadinya banjir besar-besaran," tandasnya. Di Indonesia sendiri, demikian Wiwiek, dampak dari hal tersebut sudah terlihat dengan adanya banjir besar pada beberapa kota yang sebelumnya tidak pernah terjadi, coral bleaching yang mengakibatkan rusaknya terumbu karang, serta gejala La Nina dan El Nino yang periode datangnya semakin cepat-dalam kaitan ini termasuk kasus-kasus kebakaran hutan. http://www.indomedia.com/bpost/042001/12/index.htm Pemilik HPH Obok-obok Hutan Kuala Kapuas, BPost Aksi penjarahan hutan Kapuas dinilai melampaui ambang batas, sehingga mengancam kelestarian dan kelangsungan hidup daerah. Solusinya, tegas Sekretaris Komisi B Bidang Ekonomi DPRD Kapuas, Drs Barlianto pengusaha yang hanya mengobok-obok hutan harus keluar dari Kapuas. Dikatakannya, kondisi hutan di Kapuas saat ini sudah kritis akibat aksi pembabatan hutan secara membabi buta yang dilakukan sejumlah pengusaha yang tak bertanggung jawab. Barlianto mengungkapkan, keprihatinannya sesuai laporan masyarakat atas ketidakberdayaan sejumlah KRPH yang merupakan kepanjangan dinas kehutanan di kecamatan. "Kalau begitu apa fungsinya KRPH, hanya menghabiskan anggaran. Seharusnya KRPH malu, jika sampai ada laporan masyarakat. Artinya, KRPH tidur, sehingga masyarakat lebih tahu adanya aksi penjarahan hutan," tukas Barlianto ketus. Belakangan, sebut Barlianto, diketahui pula PT Dahian Timber (DT) diduga kuat telah melakukan eksploitasi kayu di luar rencana kerja tahuan (RKT)-nya. http://www.suaramerdeka.com/harian/0104/12/kot10.htm Kamis, 12 April 2001 Semarang & Sekitarnya Protes, Kebun Dijarah BERJOGET: Beberapa karyawan PTPN IX Merbuh, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal, berjoget di halaman Kantor Pengadilan Tinggi Jateng, menunggu Ketua Rijanto SH menemui wakil mereka. (Foto: Suara Merdeka/ia-13g) SEMARANG-Sekitar 150 orang yang mengaku anggota Serikat Pekerja PTPN IX di perkebunan Merbuh, Kecamatan Singorojo, Kendal, kemarin mendatangi Pengadilan Tinggi Jateng Jalan Pahlawan. Mereka yang datang menumpang tiga truk menuntut aparat pengadilan memutuskan seadil-adilnya soal penjarahan aset perusahaan oleh warga sekitar. Selain itu, menangkap dan mengadili pihak yang dianggap sebagai penggerak. http://www.indomedia.com/bpost/042001/12/index.htm Burung Hilangkan Stres BURUNG berkicau salah satu jenis burung yang sangat digendrungi sepanjang masa, karena disamping mendengar dan menikmati kicauannya, burung dapat memberikan perasaan tertentu yang bersifat khusus bagi penggemarnya. Dengan kemerduan kicauannya yang selalu terdengar di pagi maupun di petang hari, serta keindahan bentuk dan warna-warni bulu-bulunya, dapat membuat orang terpesona dan tertarik. Burung juga terbukti mampu dijadikan sebagai komoditas yang mempunyai nilai tinggi. Begitu merdunya suara burung itu, pada saat krisis ekonomi ditambah konflik etnis di daerah tetangga Kalsel yang tak kunjung selesai, membuat orang banyak stres. Mengurangi terhadap peliknya persoalan itu, tidak jarang orang memelihara burung atau pun memancing ikan. Berkaitan dengan itu juga dapat memberikan motivasi terhadap penggemar burung berkicau agar merawat, memelihara, menyayangi sebaik mungkin yang pada gilirannya mendorong pencinta dan penggemar burung berkicau untuk melestarikan satwa kecintaannya. Bupati diwakili Sekda HST Drs H Noor Fauzie Iberahim mengatakan, lomba burung berkicau dilaksanakan Forum Pencinta Burung Berkicau HST ini, diharapkan menjadi salah satu upaya meningkatkan kesadaran kita untuk melindungi dan menyayangi segenap satwa, terutama burung berkicau yang kian banyak digemari masyarakat