http://kompas.com/kompas-cetak/0104/16/iptek/wars10.htm
>Senin, 16 April 2001

Warsi: TNBT Sepatutnya Diperluas

Jambi, Kompas 
Warung Informasi dan Konservasi (Warsi), lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang 
bergerak di bidang perlindungan dan konservasi hutan di Jambi mengusulkan kepada 
Menteri Kehutanan (Menhut) agar Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) 
dirasionalisasikan atau diperluas. Itu, khusus untuk taman nasional yang berada di 
Provinsi Jambi tersebut, yakni dari semula 33.000 hektar ditambah 25.720 hektar 
sehingga menjadi 58.720 hektar. 
Perluasan atau rasionalisasi dibutuhkan untuk memperbaiki bentuk taman nasional yang 
berkelok-kelok, menjari, dan di sisi selatan menyerupai gagang pistol sehingga 
menyulitkan pengelolaan dan pengamanannya. 

http://kompas.com/kompas-cetak/0104/16/iptek/indo10.htm
>Senin, 16 April 2001

Indonesia Miliki Daftar Terpanjang Spesies yang Terancam Punah 

Bogor, Kompas 
Indonesia sekarang ini memiliki daftar spesies terancam punah terpanjang di dunia; 
mencakup 126 jenis burung, 63 jenis mamalia, dan 21 jenis reptilia. Ini akibat adanya 
peningkatan jumlah penduduk, pemenuhan kebutuhan, dan peningkatan kualitas hidup yang 
berdampak pada peningkatan pemanfaatan sumber daya alam (SDA) yang kenyataannya tidak 
sesuai dengan daya dukung dan daya tampung.Demikian penjelasan Direktur Jenderal 
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Dirjen PHKA) Departemen Kehutanan (Dephut) 
Wahjudi Wardojo, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Direktur Konservasi 
Keanekaragaman Hayati Ditjen PHKA Sulaeman Kusumanegara, Sabtu (14/4), di Bogor. 
Dirjen PHKA mengemukakan hal itu pada acara peluncuran dan diskusi buku Kura-kura dan 
Buaya Indonesia dan Papua Niugini dengan Catatan Jenis-jenis di Asia Tenggara, yang 
ditulis oleh Dr Djoko T Iskandar (Lektor Kepala dari Laboratorium Genetika, Jurusan 
Biologi Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung), dan Di 
Ambang Kepunahan: Kondisi Orangutan Liar di Awal Abad Ke-21 karangan Erik Meijaar 
(pakar ekologi mamalia Indonesia), Herman D Rijksen (pakar orangutan)-yang 
diterjemahkan oleh Sri N Kartikasari (alumnus Fahutan Institut Pertanian Bogor yang 
bekerja sebagai konsultan publikasi di beberapa lembaga konservasi dan pengelolaan 
lingkungan hidup). Diskusi buku ini dipandu oleh Dr Sigit E Pratiknyo, staf Puslitbang 
Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 

http://kompas.com/kompas-cetak/0104/16/EKONOMI/siap33.htm
>Senin, 16 April 2001

Siapa Peduli Orang Miskin?
Sugito Suwito *

BERBAGAI program pengentasan kemiskinan yang cukup serius telah dilakukan sejak lebih 
dari dua puluh tahun lalu dan masih berlanjut sampai sekarang. Selama ini upaya 
pengentasan kemiskinan telah banyak dilaksanakan oleh departemen teknis/lembaga 
pemerintah, perbankan dan lembaga swasta lainnya maupun yayasan yang bergerak di 
bidang sosial.DI antara program yang dilaksanakan tersebut ada yang bersifat hibah dan 
ada pula yang bercirikan pemberdayaan. Ada yang menyediakan makanan yang langsung 
tinggal dikunyah, ada yang menyediakan kail untuk berusaha secara berkesinambungan 
lepas dari ketergantungan. 
Semua upaya pengentasan kemiskinan memiliki tujuan yang mulia, namun demikian hasil 
akhirnya sering membuat banyak pihak geregetan karena pelaksanaannya di lapangan jauh 
menyimpang dari sasaran yang ditargetkan semula. Dengan kata lain, nyasar di tengah 
jalan, bocor di antara mata rantai pelaksana di lapangan. 
Kebocoran dan nyasarnya dana bantuan untuk program pengentasan kemiskinan ini sering 
mencapai magnitude yang sulit diterima akal sehat, karena program yang menghabiskan 
dana luar biasa besar ternyata belum sepenuhnya diikuti dengan sistem pengawasan, 
monitoring dan early-warning yang mampu memberikan feed-back dengan cepat terhadap 
adanya indikasi penyimpangan terhadap sasaran program. 

http://www.suaramerdeka.com/harian/0104/16/nas11.htm
Senin, 16 April 2001 Berita Utama 

Kaum Miskin Demo Tolak Bayar Pajak

PEMBOIKOTAN PAJAK: Dua pengemudi becak bersama sejumlah warga DKI Jakarta menggelar 
aksi demo menyerukan pemboikotan terhadap pembayaran retribusi dan pajak. Aksi yang 
berlangsung kemarin, di Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta tersebut, diikuti para 
tukang becak, kaum miskin kota, para pedagang dan pemulung. (Foto:Suara Merdeka/rtr-55)

JAKARTA-Kawasan Bundaran Hotel Indonesia, sejak pagi kemarin menjadi ajang unjuk rasa 
ribuan tukang becak dan kaum miskin kota yang tergabung dalam Urban Poor Consortium 
(UPC) dan Koalisi Ornop. Dalam unjuk rasa yang berlangsung damai tersebut, mereka 
mengajak warga Jakarta menolak membayar pajak dan retribusi Pemda DKI sampai DPRD 
merevisi total APBD 2001-2002.
Selain itu, aksi yang dipimpin Koordinator UPC Wardah Hafidz tersebut mengajak rakyat 
melakukan boikot terhadap APBD DKI yang dinilai tidak transparan dan tidak berprinsip 
keadilan sosial serta keberpihakan terhadap kaum miskin kota. 
''Kita sudah berkali-kali datang ke Balai Kota mengajak DPRD maupun Pemda DKI lebih 
peduli pada nasib rakyat. Tapi sampai sekarang mereka masih budeg,'' kata Wardah.

http://www.suaramerdeka.com/harian/0104/16/dar16.htm
Senin, 16 April 2001 Jawa Tengah - Kedu & DIY 

Tak Semua Pabrik Genting Rusak Lingkungan

KEBUMEN-Pengusaha genting Mas Sokka (MS) Kebumen H Barli Halim menyatakan tidak semua 
usaha genting di daerah itu merusak lingkungan, sebab mereka ada yang sadar terhadap 
tata lingkungan dan tidak asal menambang tanah liat di lahan sawah subur.''Kami sejak 
tahun 1980-an selalu menaati aturan Pemda dengan menambang tidak terlalu dalam. Bahkan 
kami justru membikin jalan masuk ke lokasi penambangan,'' katanya, kemarin.Dia 
menyebutkan, di salah satu lokasi penambangan di wilayah Kecamatan Pejagoan, terdapat 
areal yang bisa ditanami padi dua kali setahun. Padahal, sebelum sawah itu ditambang 
untuk bahan baku genting hanya panen sekali. Bahkan, selama ini ada perjanjian dengan 
pemilik tanah. Si pemilik tanah pun tak merasa keberatan tanahnya dibeli untuk bahan 
genting.Menurut dia, sebagai perusahaan yang cukup dikenal di Jateng, pihaknya merasa 
dirugikan dengan gambar truk Mas Sokka masuk sawah (Suara Merdeka, 14/4). Padahal, 
galian di sawah itu tak lebih dari dua 

http://kompas.com/kompas-cetak/0104/16/DAERAH/tang20.htm
>Senin, 16 April 2001

Tanggul Sungai Progo Keropos akibat Tambang Liar

Yogyakarta, Kompas 
Kawasan Sungai Progo yang terletak di perbatasan Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten 
Bantul, sangat sulit dikelola kembali untuk mencegah terjadinya banjir. Pasalnya, 
kegiatan penambang pasir liar di sana sulit dihentikan. Padahal, kegiatan mereka bisa 
mengancam runtuhnya tanggul sungai. 
Keadaan itu lambat-laun mengancam ratusan jiwa manusia sehingga harus diantisipasi 
dengan pembentukan institusi antara Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul. 
Institusi inilah yang diharapkan mampu menghentikan kegiatan penambang pasir liar 
dengan berbagai pendekatan dan mengatur kembali lokasi baru untuk penambangan pasir. 
Demikian dikatakan Pengelola Proyek Sungai Progo Ir Gunadi Sp, dalam diskusi ilmiah 
terbuka "Hasil Rekonaisans Tanggul Kritis Kali Progo" di Yogyakarta, Sabtu (14/4). 
Selain mengancam lahan-lahan subur milik penduduk, kritisnya posisi tanggul ini dapat 
pula mengakibatkan banjir bandang di sekitar desa itu. 

http://kompas.com/kompas-cetak/0104/16/DAERAH/bank20.htm
>Senin, 16 April 2001

Bank Dunia Pertanyakan Kerusakan TNKS di Sumbar

Padang, Kompas 
Kondisi Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) di wilayah Sumatera Barat, kini sangat 
parah. Tiga instansi, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Direktorat 
Jenderal Pembangunan Daerah, dan Bank Dunia mempertanyakan kondisi taman nasional itu. 
Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sumatera Barat Muchlis Muchtar mengatakan, 
berdasarkan pantauan citra satelit dua tahun terakhir, kawasan TNKS mengalami 
kerusakan parah akibat penebangan kayu yang tak terkendali. "Kerusakan cukup parah 
berada pada Kecamatan IV Jurai, Sutera, dan Kecamatan Lengayang, Kabupaten 
Pesisirselatan," kata Muchlis, yang ikut mendampingi Gubernur Sumbar Zainal Bakar, 
Sabtu (14/4), di Padang. 
Muchlis Muchtar menawarkan pembentukan forum pengawasan yang melibatkan semua pihak, 
termasuk aparat keamanan. TKNS ditetapkan Menteri Pertanian sejak tahun 1982 seluas 
1.484.185 hektar, yang melibatkan sembilan kabupaten di Jambi, Bengkulu, Sumatera 
Selatan, dan Sumatera Barat. Setelah diadakan evaluasi dan penataan batas, sesuai SK 
Menteri Kehutanan Nomor 901/Kpts-II/ 1999 tanggal 14 Oktober 1999, luas kawasan TNKS 
ditetapkan 1.375.349,867 hektar. 

http://kompas.com/kompas-cetak/0104/16/DAERAH/ecen26.htm
>Senin, 16 April 2001

Eceng Gondok, Makin Tambah Gondok 

Kompas/her suganda 
GULMA air eceng gondok (Eichhoornia crassipes) umumnya terdapat hampir di semua 
perairan umum di Indonesia. Tetapi di Waduk Saguling, gulma air tersebut berkembang 
lebih cepat karena kondisi lingkungannya sangat mendukung. Apalagi limbah yang masuk 
ke waduk bukan hanya limbah industri, tetapi juga limbah rumah tangga. 
Kami sebenarnya sudah sangat kewalahan menghadapi tingkat pertumbuhan populasi eceng 
gondok. Bandelnya bukan main.....," seorang pekerja yang bertugas membersihkan gulma 
air tersebut berujar setengah memaki. "Bayangkan, baru saja sebagian diangkat, 
besoknya sudah penuh lagi oleh tumbuhan yang baru," tambahnya. 
Pengambilan gulma air eceng gondok dilakukan secara manual dengan menarik tumbuhan 
tersebut ke pinggir waduk sampai kemudian mati dengan sendirinya. Dengan cara itu 
diharapkan, tanaman bisa berkurang. 
"Karena itu, untuk membersihkan sama sekali permukaan air waduk dari eceng gondok, 
tidak mungkin," kata petugas lainnya. 
Kenapa? 
***

Kirim email ke