Dear all ethicists,

Pengelolaan lingkungan selama ini, yang lebih banyak terfokus pada tata lahir, 
ternyata masih jauh dari harapan, kalau tidak mau dikatakan sebagai kegagalan. Padahal 
sudah banyak sekali perangkat pengelolaan yang digelar, mulai dari teknologi 
lingkungan, ekonomi lingkungan, hukum lingkungan, kesehatan lingkungan, sistem 
manajemen lingkungan, organisasi lingkungan dlsb. Sudah banyak pula 
perangkat-perangkat tersebut berpedoman dan mengikuti standard, bahkan standard 
international yang berlaku, semisal SML ISO 14001, ekolabel, teknologi proven dlsb.

Apa sebenarnya yang menyebabkan hal ini? Apa sebenarnya root cause masalah ini? Ibarat 
dalam agama, sudah banyak perangkat pelaksanaan agama, sudah lengkap syariat dan 
tutunan ajarannya, sudah baku dan standard pedoman-pedoman pelaksanaannya, namun 
demikian tidak semua orang, barangkali malah sebagian besar orang, tergolong saleh dan 
berperilaku sesuai dengan ajaran agama dalam 24 jam kehidupan sehari-harinya. 
Barangkali, tidak banyak perdebatan, untuk menjawab fenomena keber-agama-an seseorang 
tersebut, orang akan bilang yang paling utama dan menjadi penyebab utama adalah 
keimanan. Keimanan menjadi driving force yang selalu membakar dan menyemangati setiap 
langkah amal perbuatan. Tanpa keimanan, amal akan terasa hampa dan superficial 
sekedarnya saja, asal sudah dikerjakan, sudah gugur kewajiban. Sehingga sebagai 
akibatnya ajaran agama tidak membekas dalam diri individu. Karena itulah. para 
penda'wah agama senantiasa mengingatkan umatnya untuk selalu meningkatkan derajat 
keimanan dan kesalehannya.  
  
Apakah bisa di-analogi-kan antara pengelolaan lingkungan dengan pelaksanaan ajaran 
agama?
Sekedar hipotesis, yang barangkali masih debatable, boleh dijawab : ya. Hipotesis 
lebih dalam lagi mengibaratkan/meng-analogi-kan ligkungan sebagai "agama". Sehingga 
kaidah-kaidah yang berlaku dalam agama bisa di-analogi-kan juga dalam lingkungan. 
Lingkungan dengan segala syariatnya seperti perangkat-perangkat lingkungan diatas, 
masih membutuhkan unsur penting dan utama yaitu keimanan atau spiritual lingkungan 
atau bahasa inggrisnya "environmentalism". Barangkali ini yang belum banyak dikupas 
oleh para penda'wah lingkungan. Sehingga yang berjalan selama ini bagaikan raga tanpa 
jiwa, atau bagaikan mayat hidup tanpa ruh.
  
Apakah memang demikian? Bagaimana menurut anda? Bukankah praktek pengelolaan 
lingkungan yang ada memang berjalan superficial ala kadarnya, asal menggugurkan 
kewajiban saja? Atau barangkali masih ada yang kucing-kucingan dengan perangkat hukum? 
Sehingga biar tampak cantik dari luar walaupun penuh bopeng dari dalam, biar bisa 
melamar dan menyunting Sertifikat ISO 14001?

Kami persilakan para rekan aktivis untuk berkomentar. Kami menunggu second opinion 
anda-anda sekalian. Untuk mengisi dan memakmurkan "masjid" mailing-list yang sepi ini.

Salam,

Agung Setiya Budhi.- 61112
 


Kirim email ke