Buat Rekan-rekan yang mempunyai kepedulian pada Bangsa
ini,

Sudah seharusnya, kita jangan suka memilah-milah
elemen bangsa ini. Ya, sudah seharusnya semua elemen
bangsa ini berpartisipasi dalam pengawasan terhadap
media. Pendewasaan butuh suatu proses. Dan proses itu
memakan waktu, 1 bulan, 6 bulan, 1 tahun atau entah
sampai kapan.
Tetapi kita coba, selalu membiasakan diri untuk
langsung turut berperan aktif dalam hal tindak nyata
dalam memberi pengetahuan terhadap masyarakat secara
terus menerus dan jangan bosan-bosan.
Kalau kita hanya ngomong saja, walaupun itu juga sudah
sangat berarti, tetapi alangkah baiknya kalau kita mau
bercape ria dalam memberitahukan (memberdayakan)
masyarakat dalam berpikir kritis dan maju dalam
menyikapi suatu informasi yang dikeluarkan oleh media.

Itu saja, sumbangan pikiran dari saya.

Salam, Tito
--- [EMAIL PROTECTED] wrote: > Saya ingin menanggapi
isu keberpihakan media yang
> sering terjadi saat ini.
> 
> Ada dua elemen masyarakat yang dapat berfungsi
> sebagai sistem kontrol sosial yang sangat efektif.
> Dua elemen itu adalah MAHASISWA dan PERS. Kedua
> elemen ini masih identik dengan hati yang murni yang
> senantiasa mengeluarkan suara nurani. Banyak
> kejadian penting di negara ini yang keberhasilannya
> diprakarsai sepenuhnya oleh Mahasiswa dan Pers.
> Contoh pergerakan yang paling dekat bisa kita lihat
> adalah pergerakan tahun 1997-1998. Pergerakan pada
> masa itu adalah pergerakan dengan musuh bersama dan
> isu bersama yaitu menurunkan Soeharto yang memang
> sudah merezim di Indonesia. Ketika ada musuh
> bersama, baik Pers maupun Mahasiswa benar-benar
> tampil menjadi pejuang tanpa pamrih. Pers dan
> Mahasiswa berjuang bersama sehingga akselerasi
> pergerakan pada masa itu sangatlah cepat dengan
> hasil gemilang yaitu Soeharto lengser. 
> 
> Ketika Soeharto turun, kursi kepresidenan dapat
> diibaratkan sebuah harta warisan yang menarik untuk
> diperebutkan. Banyak organ pergerakan yang melakukan
> klaim bahwa merekalah yang berjuang paling keras
> untuk menjatuhkan Soeharto dan merekalah yang berhak
> atas warisan berupa kursi kepresidenan. Ketika
> proses klaim dilakukan oleh banyak pihak maka tidak
> bisa dipungkiri lagi yang terjadi adalah proses
> saling menjatuhkan, saling menjelekkan, saling
> lempar intrik, yang dilakukan dengan berbagai cara.
> Salah satu cara yang terlihat jelas adalah program
> membeli berita dari pers. Isu Proses membeli berita
> ini sering di tampik oleh pers. Mereka mempunyai
> sangat banyak dalih untuk menutupi hal itu. Tapi
> sebaiknya pers harus mulai sadar bahwa tidak semua
> warga Indonesia ini bodoh dan bisa dibodohi. 
> 
> Pesimistis. Mungkin itu perasaan banyak orang
> setelah melihat wajah pers kita. Pesimistis bahwa
> pers bisa berperan sebagai pilar keempat demokrasi
> muncul bukan karena pers kita tak bisa menjalankan
> fungsinya lewat pelaporan yang bertanggung jawab,
> berimbang, dan jujur, tapi karena pers sering
> dianggap sebagai alat untuk memfitnah pihak
> tertentu.
> 
> Di kalangan media dikenal istilah public right's to
> know atau hak publik untuk mengetahui segala
> sesuatu. Adalah John Milton, yang membawa istilah
> self-righting process. Ia beranggapan, setiap
> individu berhak mengemukakan pendapat dan publik
> harus bisa mencerna seluruh ide dan opini setiap
> orang di media tanpa perlu ditutup-tutupi, karena
> kebenaran dengan sendirinya akan muncul dari
> pertemuan ide di masyarakat. Ini kemudian dijadikan
> dasar teori pers liberal yang membuka kesempatan
> seluas-luasnya bagi pers untuk menjadi alat kontrol
> pemerintah. Dalam praktiknya, teori ini membuat
> seorang pejabat negara yang dilindungi hak-hak
> privatnya sebagai warga negara menjadi merasa
> kehilangan privacy karena selalu diawasi pers. 
> 
> Kalau memang pers Indonesia harus menjalankan teori
> pers liberal diatas, Indonesia akan berjalan dengan
> iklim politik yang sehat. Tapi kalau teori pers
> liberal tersebut hanya akan dijadikan pembenaran
> untuk mengorek kesalahan satu kelompok dan menaikkan
> pamor kelompok lain, ini akan menjadi indikasi bahwa
> Indonesia harus segera menyiapkan diri untuk bubar .
> 
> Beberapa kali saya melihat fakta pada acara talk
> show di salah satu stasiun TV swasta, isu yang
> diangkat adalah isu mengorek kesalahan Gus Dur. Saya
> mengatakan ini bukan berarti saya massa militan Gus
> Dur, tetapi saya menyesalkan terjadinya keberpihakan
> pers pada satu organ politik sehingga dia harus ikut
> serta menjatuhkan organ politik yang lain. 
> 
> Yang lebih ingin saya ungkapkan lagi adalah pers
> harus bisa memulai kembali citra dirinya yang dulu.
> Pers yang netral dengan pemberitaan yang tidak
> memprovokasi. Kejadian rusuh yang terjadi di
> beberapa wilayah di Indonesia sebetulnya bisa
> dibilang ikut diprovokasi oleh pers selain memang
> ada provokator yang sengaja disiapkan oleh pihak
> yang berkepentingan. Tapi dari beberapa kejadian
> itu, pers harus mulai mawas diri dan menjaring
> setiap informasi yang harus dikeluarkan. Jangan
> sampai situasi yang sudah panas ini dibuat semakin
> mendidih oleh pemberitaan yang dibesar-besarkan.
> Saya pikir pers mempunyai personel yang handal untuk
> melakukan proses olah kata dan bicara. 
> 
> Demikian, semoga pers kembali menjadi netralisator
> dari kondisi negara yang sedang runyam ini. Jangan
> buat masyarakat menjadi trauma untuk mendengarkan
> dan membaca beritamu. Saya teringat kata-kata bijak
> Jeremy Bentham, "Tanpa publisitas atas proses
> pemerintahan yang menyeluruh, tak ada kebaikan
> selamanya. Adalah karena publisitas juga kejahatan
> tak akan terus berlanjut. Publisitas, karenanya,
> adalah cara terbaik untuk menjaga kepercayaan
> publik". 
> 
> Salam,
> 
> HERU
> 
> 
> 
> On Tue, 29 May 2001, "helmi yusuf" wrote:
> 
> > 
> > rekan-rekan yang terhormat mohon kiranya untuk
> pemikiran tentang media, 
> > pandangan rekan-rekan tentang media (pers) kita
> sekarang ini gimana ya ?
> > apakah sudah objective ? 
> > jika belum apakah rekan-rekan punya masukan dalam
> pemberdayaan pers menuju civil society ?
> > kebebasan pers kita sekarang cenderung kearah
> bisnis oriented ? bukan menuju idealisme pers. yang
> murni sebagai agent social of change ? dengan
> dibuktikan sebagai mana sekarang banyak media yang
> cenderung sebagai partisan politic membela golongan
> tertentu ?
> > dalam rangka otonomi daerah peran media lokal
> sangat mendukung akan pembangunan daerah ? kira-kira
> pemberdayaan media yang cocok utuk daerah itu
> seperti ya.....?
> > 
> > than'k for this informations
> > 
> >
>
_________________________________________________________________________
> > yayasan kilisuci 
> > jl. Kh. agus salim 29 b kediri
> > telp. 0354-772962
> > HP.08123235491
> > HP. 08123432224
> 
> 
> ____________________________________________________
> Dapatkan email gratis Anda di http://mail.astaga.com
> 
>
---------------------------------------------------------------------
> Mulai langganan: kirim e-mail ke
> [EMAIL PROTECTED]
> Stop langganan: kirim e-mail ke
> [EMAIL PROTECTED]
> Archive ada di
> http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id
> 




---------------------------------------------------------------------
Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id

Kirim email ke