What keeps us alive, what allows us to endure? I think it is the hope of loving, or being loved.
non_sisca <[EMAIL PROTECTED]> wrote: To the sick, while there is life, there is hope (cicero) --- In filsafat@yahoogroups.com, as as <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Nama saya Nurhayati (bukan nama asli) usia 32 tahun > mantan Manager di salah perusahaan asing. Sejak dua tahun sudah > bertunangan secara resmi. Tunangan saya masih kuliah, karena ia dari > keluarga yang tidak mampu, maka saya sebagai penunjang utama biaya > kuliah maupun biaya hidupnya di Yogya. Saya tadinya merasa bahagia > sekali sebab di akhir tahun ini kami merencanakan akan menikah, > maklum saya sangat mendambakan sekali ingin cepat-cepat dapat > momongan. Tetapi rupanya Sang Pencipta menghendaki hal lain yang > terjadi di dalam kehidupan saya. > > Pada awal tahun, dokter telah mendeteksi tumor ganas di payudara > saya dan tumor ini rupanya sudah sedemikian parahnya, sehingga mau > atau tidak harus dioperasi dan seluruh payudara saya diangkat. > Ketika pertama kali saya mendengar berita tersebut saya benar- benar > merasa shock dan sedih sekali, sebab dengan mana hancurlah sudah > harapan idaman saya untuk bisa mendapatkan momongan. Pada saat tsb > saya hanya bisa berdoa dan membanjiri sorga dengan air mata. Melalui > operasi tsb saya merasa kehilangan harga diri saya sebagai seorang > perempuan, saya merasa seperti juga seorang perempuan cacad. > > Ketika saya menceritakan musibah tsb, tunangan saya berjanji untuk > mendampingi saya pada saat operasi, tetapi dengan alasan karena ia > sibuk dengan kuliahnya maka ia tidak bisa datang, walaupun demikian > ia menjanjikannya untuk datang pada saat liburan. Ternyata di waktu > liburan pun ia tak kujung tiba yang datang hanya sekedar surat > permohonan bantuan dana lagi untuk biaya kuliah maupun biaya > hidupnya. Permohonan itu saya penuhi dengan mengirimkan uang Rp lima > juta. > > Ketika dulu tunangan saya harus dioperasi karena kecelakaan lalu > lintas, saya mendampingi dia siang dan malam di rumah sakit, di > samping itu seluruh biaya rumah sakit ditanggung oleh saya > sepenuhnya. > Akhirnya saya sadar bahwa sebenarnya ia ingin memutuskan hubungannya > dengan Never Say Good-Bye. Dugaan ini dipertegas oleh sahabatnya di > mana ia pernah curhat, bahwa ia sebenarnya merasa jijik kalau punya > istri yang tidak memiliki payudara apalagi kalau ada cacad bekas > jahitan operasi di tubuhnya. > > Hal ini jauh lebih menyakitkan saya daripada ketika payudara saya > harus diangkat, saya merasa ditinggal oleh orang yang sangat saya > kasihi di mana saya telah bersedia berkorban untuknya selama > bertahun-tahun, tetapi pada saat saya membutuhkan dukungan moril > maupun sedikit kasih sayang, ia memutuskan hubungannya begitu saja > hanya dengan alasan karena ia merasa jijik terhadap diri saya yang > sudah tidak memiliki payudara lagi. > > Dihianati oleh orang yang kita kasihi ada jauh lebih menyakitkan > daripada dihianati oleh orang lain. Dihianati karena ia tertarik > dengan gadis lainnya yang jauh lebih cantik bisa saya makluminya, > tetapi ditinggal pergi begitu saja karena alasan jijik terhadap > tubuh saya, ini benar-benar sangat menyakitkan sekali. Saya merasa > diperlakuan seperti juga sampah kotor yang dibuang begitu saja, > bukan hanya karena tidak bermanfaat lagi saja, melainkan juga karena > menjijikkan. Hal inilah yang membuat harga diri maupun Pe-De saya > jadi menurun drastis. > > Rupanya penderitaan saya tidak berakhir sampai di sini saja, sebab > satu bulan kemudian saya juga mendapat surat pemutusan hubungan > kerja dari perusahaan saya, dengan alasan mereka membutuhan orang > yang sehat dan tidak sakit-sakitan seperti saya. > > Rupanya pukulan hidup itu datang dengan serentak dan secara bertubi- > tubi. Sehingga akhir-akhir ini sering timbul pikiran untuk mengambil > jalan pintas saja dengan bunuh diri, sebab buat apa saya hidup juga, > di mana sudah tidak memiliki jangankan masa depan, gairah hidup pun > sudah tidak ada lagi. Hidup saya sudah hancur, boro-boro bisa > mendapatkan momongan seperti yang menjadi impian saya, tunangan pun > meninggalkan saya dengan cara begitu saja tanpa pamit. Di tempat > pekerjaan pun saya sudah tidak dibutuhkan lagi, di mata mereka saya > sudah termasuk barang rongsokan dan tidak dianggap sebagai manusia > seutuhnya lagi. > > Yang menghalangi saya untuk melakukan tindakan nekad ini hanya ibu > saya, karena saya adalah anak tunggal, ibu saya usianya sudah 70 > tahun sedangkan ayah saya sudah lama meninggal. Jadi apabila saya > sudah tidak ada lagi siapa yang akan dan mau mengurus ibu saya. Oleh > sebab itulah setiap hari saya hanya bisa berlutut berdoa dan memohon > kepada-Nya untuk dapat diberikan waktu sejenak lagi, sehingga saya > bisa mendampingi ibu untuk beberapa saat lagi. Apakah permohonan ini > terlalu berlebihan ? > > Pada saat payudara saya diangkat, hanya ibu seorang yang mendampingi > saya. Dan ketika ia melihat bahwa saya sudah tidak memiliki payudara > lagi, tak sepatah katapun ia ucapkan. Ia hanya memeluk dan mendekap > saya sambil turun air matanya berlinang, karena saya adalah putri > kesayangan satu-satunya. > > Rupanya kasus seperti saya ini, bukannya hanya sekali atau dua kali > saja terjadi, menurut pendapat beberapa dokter maupun rekan-rekan > lainnya; banyak pria yang meninggalkan atau memutuskan hubungannya > setelah pasangan hidup mereka kehilangan payudaranya. Padahal ini > bukanlah keinginan istrinya, perempuan mana di dunia ini yang rela > dan mau kehilangan payudaranya? > > Kenapa pria tidak bisa dan mau menerima perempuan yang tidak > memiliki payudara ? Apakah diri saya sekarang ini sudah berubah > menjadi monster sehingga kaum pria merasa jijik terhadap diri saya? > Apakah perempuan yang tidak memiliki payudara ini harus dijauhi > seperti juga para penderita Aids atau kusta ? Apakah saya harus > melakukan operasi plastik agar tunangan saya mau balik kembali > kepada saya? > > Saya benar-benar bingung dan sedih sekali menghadapi situasi seperti > sekarang ini. Hal ini membuat saya jadi semakin menutup diri dan > tidak mau keluar rumah lagi, saya merasa malu, malu karena saya > bukanlah perempuan seutuhnya lagi, saya hanyalah seorang perempuan > cacad yang menjijikkan. > > > --------------------------------- > Boardwalk for $500? In 2007? Ha! > Play Monopoly Here and Now (it's updated for today's economy) at Yahoo! Games. > --------------------------------- Pinpoint customers who are looking for what you sell.