Sayangku, Izinkan Aku Menemanimu Sampai Akhir Hayatku

By: M. Agus Syafii

Pernahkah anda mengatakan kepada pasangan hidup anda, "Sayangku, izinkan aku 
menemanimu sampai akhir hayatku." Kata itu terdengar indah dan membahagiakan, 
begitu bahtera rumah tangga berlayar ditengah samudra kehidupan. Perjalanan 
waktu terasa cepat berlalu, dilewati dengan manis, pahit, getir, penuh tawa dan 
derai air mata semua seolah berlarian, melompati kebahagiaan dan penderitaan. 
Berawal dari seorang laki-laki terhanyut dalam kelembutan sinar kedua matanya, 
Jatuh hati pada kesederhanaan seorang perempuan  lalu laki-laki itu mengajaknya 
untuk melangkah merajut janji suci dihadapan Allah. Bersamanya semua terasa 
indah dan penuh pesona untuk dijalaninya hingga terlahir buah cinta yang suci 
dari rahimnya. Kisah itu begitu nyata dalam  perjalanan hidup rumah tangga 
kita. Kita menyukai kelembutan mata pasangan kita, kedamaian disetiap 
belaiannya hingga tahun berganti tahun dan pesonanya perlahan memudar, terkikis 
kisaran emosi, hempasan derita, ujian,
 cobaan dan air mata yang membuat kerutan-kerutan diwajah orang yang kita 
cintai.

Termangu dalam kesendirian, terhanyut dalam kelembutan sinar kedua bola 
matanya. Pada keceriaan di setiap derai tawa belahan hidup kita. Kehadirannya 
membawa nuansa jingga dan ungu dikehidupan penuh rwarna.  Tertatih-tatih 
mewujudkan rumahku seindah surga.  Keluargaku bagaikan surgaku, merindukan akan 
ketenteraman, kasih sayang dan kebahagiaan. Namun yang terjadi justru kita 
mudah terluka dan menderita karena orang yang kita cintai. Kita menjadi sakit 
dan penuh derai air mata karena orang yang kita kasihi. Itulah Cobaan yang 
paling berat di dalam kehidupan rumah tangga maka kita harus memiliki sebuah 
kekuatan dan kesabaran yang besar agar kita bisa "memaafkan." karena bila tidak 
bisa memaafkan, maka hati kita dipenuhi oleh kemarahan, sakit, kecewa dan 
derita justru yang dilakukan oleh orang yang paling kita sayangi dan kita 
kasihi.

Memaafkan hampir menjadi obat mujarab bila kita sedang menghadapi konflik 
keluarga. Menyentuh hati yang paling dalam, menyejukkan dari keresahan dan 
kegelisahan. Ketika kaki kita menginjak bumi, meraih jemari, rebah dalam 
kehangatan pelukan menyembuhkan luka. Tidaklah berarti apapun luka yang kita 
rasakan karena bukan seberapa besar luka dan derita namun seberapa besar 
kekuatan dan kesabaran yang kita miliki untuk menanggung luka dan derita itu. 
Bila kekuatan dan kesabaran yang kita miliki kecil dan rapuh maka luka kecilpun 
kita sudah merasa begitu teramat menderita.  Jika kita memiliki kekuatan dan 
kesabaran yang besar, sebesar apapun luka dan derita itu tidak akan berarti 
apapun bagi kita, karena Allah melimpahkan kelembutan dan kasih sayang di dalam 
diri kita. Sebagaimana sabda Rasulullah. "Apabila Allah menghendaki kebaikan 
bagi satu keluarga, maka Allah akan memasukkan rasa kelembutan dalam diri 
mereka" (HR. Ahmad).

Wassalam,
M. Agus Syafii
--
Yuk, raih keberkahan ramadhan hadir pada kegiatan 'Berkah Ramadhan Bersama 
Amalia' (BELIA) jam 4 s.d 6 sore, Ahad, 14 Agustus 2011. Bila berkenan 
berpartisipasi buku2, baju layak pakai, peralatan sekolah, peralatan sholat, 
konsumsi berbuka. Kirimkan ke Rumah Amalia. Jl. Subagyo IV blok ii, no. 24 
Komplek Peruri, Ciledug. Tangerang 15151. Dukungan & partisipasi anda sangat 
berarti bagi kami. Info: agussya...@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431

Kirim email ke