Bicara tentang bagaimana negara Indonesia ini diurus pada era SBYsekarang ini, 
harus diakui membawa (Walau hanya) sedikit pencerahan. Masalahnya kalo saja 
semua orang dapat  menelaah kembali sejak jatuhnya Suharto, terbentuknya 
demokrasi yg kebablasan melahirkan banyak partai yg saya anggap malah hanya 
merugikan kas negara sebab harus  menggaji mereka juga.
Ibarat program Keluarga berencana yg tujuannya sangat baik, mengurangkan jumlah 
anak utk menghasilkan Manusia yg lebih mudah dibesarkan, dijaga dan dibentuk 
utk menjadi manusia yg lebih  berkualiti, ada baiknya untuk di Pemilu yg akan 
datang Rakyat inidonesia ini mengusulkan kembali kepada hanya 3 partai yg boleh 
dibentuk. Semua partai yg ada saat ini boleh memilih berkoalisi kepada  Partai 
Pemenang, Partai Oposisi yg menjadi filtering kepada partai pemenang atau 
memilih kepada Partai Netral ( Gol. Putih yg sebaiknya dibentuk ) untuk 
menengahi atopun menenggarai setiap masalah2 yg timbul dari ke2 partai tadi. 
Gol. putih ini diharapkan memiliki ideaslisme yg tinggi dimana memberi tanggung 
jawab lebih kepada Sang Pencipta, yg mampu melihat 2 sisi permasalahan secara 
seimbang baik dan buruknya ( saya percaya Indonesia masih banyak menyimpan 
orang2 seperti ini ).
Saya dapat bayangkan bagaimana repotnya SBY mengurus partai yg demikian banyak 
tanpa harus membeda bedakan setiap satunya karena seperti Gusdur pernah katakan 
MPR-DPR itu seperti Taman Kanak Kanak yg senantiasa berebut utk diperhatikan 
dan berebut mainan, Ini memerlukan kesabaran yg tinggi dan personality yg 
matang dalam mengenali pribadi setiap anak didiknya. Kalau saja setiap anggota 
parlemen di MPR - DPR ini mengerti arti kata kata Gusdur tersebut, tapi hanya 
Orang2 yang terencat akal dan yg mengidap penyakit autisme sajalah yg akan 
tetap mempertahankan posisinya karena tidak tau berbuat apa apa.
Diharapkan kesadaran dari masyarakat itu sendiri untuk Celik Politik  dan  
Celik Hukum didalam turut menyokong terbinanya suatu negara kemasa depan yg 
lebih baik, masyarakat yg tidak mudah dipengaruhi oleh material atopun uang 
didalam menentukan pilihannya. Berapa banyak dana/biaya yg harus dikeluarkan 
oleh Negara utk mengadakan Pemilu yg berulang2, resuffle yg berulang dan 
lain2nya. Padahal teramat banyak rakyat yg masih sangat kekurangan yg 
memerlukan bantuan.
Kalau saja setiap para pemimpin (Sekecil/sebesar apapun kelompok yg dipimpin) 
bangsa ini memiliki Nurani bahwa tanggung jawab mereka  masing masing yg 
sebenarnya adalah kepada Tuhan dan setiap pemimpin adalah perpanjangan tangan 
dari yg Maha Kuasa yg di beri amanat olehNYA...

Saya yg merindukan Indonesia ke masa depan yg lebih cerah,
Ratna M

--- Pada Sel, 16/2/10, Adyanto Aditomo <adyantoadit...@yahoo.co.id> menulis:

Dari: Adyanto Aditomo <adyantoadit...@yahoo.co.id>
Judul: Bls: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Ancaman "Reshuffle" dan Pemberhalaan Negara
Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Tanggal: Selasa, 16 Februari, 2010, 6:33 PM







 









      Olok - olok dari Bambang Susatyo, anggota Pansus dari Partai Golkar 
mengkomentari ancaman Reshuffle Kabinet:

Jangan Percaya dengan ancaman Reshuffle Kabinet itu.

SBY dan Partai Demokrat tidak sebodoh itu berani mendepak Golkar dan PKS dari 
kabinet.

Lha wong menghadapi PDIP saja SBY dan Partai Demokrat sudah babak belur, bila 
kemudian juga harus menghadapi Golkar dan PKS di DPR, apakah SBY dan Partai 
Demokrat gak tambah remuk???

Jadi katanya: Jangan Percaya itu merupakan ancaman serius.

Itu cuma sekedar gertak sambal saja untuk menunjukkan bahwa Partai Demokrat dan 
SBY tidak suka dengan sikap Partai Koalisi dalam menyikapi kasus bailout Bank 
Century.

SBY dan Partai Demokrat bukanlah orang - orang bodoh yang berani melakukan 
tindakan nekat tanpa memperhitungkan resikonya.

 

Salam,

 

Adyanto Aditomo

Kirim email ke