*Kondisi 105 Manusia Perahu dari Sabah dan Filipina Memburuk *Laporan wartawan KOMPAS Ambrosius Harto Rabu, 31 Maret 2010 | 17:47 WIB
TANJUNGREDEB, KOMPAS.com - Kondisi kesehatan 105 manusia perahu tradisional Bajau Pelau memburuk selama ditampung di kantor Dinas Kabupaten Berau di Tanjungredeb, Kalimantan Timur, sejak Jumat (12/3/2010). Bahkan, 13 dari 16 perahu yang juga rumah mereka tenggelam karena tidak terurus. "Kondisi mereka memburuk karena makan sekali sehari dari sebelumnya tiga kali sehari. Bahkan, dua perempuan melahirkan di penampungan," kata Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Riza Damanik di Jakarta saat dihubungi dari Kota Balikpapan, Kaltim, Rabu (31/3/2010). Riza baru pulang dari memantau kondisi manusia Bajau Pelau itu di Tanjungredeb. Menurut dia, beberapa di antaranya terkena penyakit kulit. Tidak ada yang berani merawat karena tidak ada penjamin mengingat mereka selama ini hidup di laut dan tidak beridentitas secara tertulis. Perahu-perahu mereka ditinggal begitu saja di perairan Pulau Balikukup, Kabupaten Berau, sejak mereka ditangkap anggota Kepolisian Resor Berau. "Budaya mereka, perahu-perahu itu dirawat setiap hari. Namun, karena ditinggalkan akibat mereka ditampung di Tanjungredeb, perahu-perahu itu tidak terurus. Tenggelam dengan sendirinya," kata Riza. Kepala Kepolisian Resor Berau Ajun Komisaris Besar Armed Wijaya pernah menjelaskan, awalnya ada 103 orang Bajau Pelau yang dilaporkan oleh nelayan ke Kepolisian Sektor Bidukbiduk. Soalnya, mereka diketahui memancing di perairan Pulau Balikukup. Manusia perahu itu kemudian ditangkap dan dibawa ke Tanjungredeb. Armed mengatakan, tidak ada identitas yang dibawa manusia perahu itu. Namun, dari pengakuan lisan, 90 orang berasal dari Provinsi Tawitawi di Filipina Selatan. Yang 13 orang berasal dari Bangaubangau di Negara Bagian Sabah, Malaysia Timur. Dua di antaranya bahkan adalah bayi berusia kurang dari 6 bulan. Mereka memasak, kawin, bahkan melahirkan dalam perahu sehingga tidak terbiasa di darat. "Mereka mendarat cuma untuk menukar hasil tangkapan ikan dengan bahan pangan semisal beras," katanya. Armed mengatakan, perahu orang Bajau Pelau itu terbuat dari kayu dengan panjang 11 meter dan lebar 1-2 meter. D idalamnya terdapat peralatan memasak dan pakaian. Sebanyak 13 perahu ada mesinnya dan dua perahu tanpa mesin. * Kembalikan ke Laut* Riza mendesak pemerintah Indonesia mengembalikan manusia Bajau Pelau itu ke laut. "Tidak ada alasan menahan dan menempatkan mereka dalam posisi seperti penjahat. Mereka itu terbiasa di laut," katanya. Riza memaparkan, keberadaan manusia Bajau Pelau itu dilindungi Hukum Laut Internasional 1982. Salah satu isinya, melindungi nelayan dan wilayah tangkap tradisional. Terkadang wilayah tangkap tradisional melintasi batas-batas antarnegara. "Kami mendesak Indonesia berbicara dengan Malaysia dan Filipina untuk secepatnya melindungi keberadaan nelayan-nelayan tradisional seperti orang Bajau Pelau itu," kata Riza. Setiap tahun, lanjut Riza, 150 nelayan tradisional Indonesia ditangkap oleh Australia. Setiap tahun pula, 20 nelayan ditangkap oleh India. "Nah, kondisi itu serupa dengan yang dialami manusia Bajau Pelau saat ini, katanya. Sumber: http://regional.kompas.com/read/2010/03/31/17471680/Kondisi.105.Manusia.Perahu.dari.Sabah.dan.Filipina.Memburuk ---------------------------- Keanekaragaman budaya Indonesia dari satu sisi adalah kekayaan, tetapi dari sisi lain adalah kerawanan. Sebagai kekayaan, keanekaragaman budaya dapat menjadi sumber pengembangan budaya hibrida yang kaya dan tangguh, melalui penyuburan silang budaya. Sebagai kerawanan, keanekaragaman budaya melemahkan kohesi antarsuku dan pulau. Berbagi informasi adalah hal terpenting dalam bermasyarakat. Terlebih bagi nelayan tradisional dan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan masyarakat luas yang tinggal di belahan bumi lainnya. Kunjungi situs web KIARA di http://www.kiara.or.id. Pastikan Anda adalah orang yang pertama kali mengetahui perkembangan informasi kelautan dan perikanan nasional. ---------------------------------------------------- Mida Saragih Divisi Manajemen Pengetahuan KIARA m...@kiara.or.id Sekretariat Nasional Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Jl. Tegal Parang Utara No. 43 Mampang, Jakarta 12790 Indonesia Telp. +62 21 797 0482 Faks. +62 21 797 0482 [Non-text portions of this message have been removed]