Banyak masalah dengan sistem transportasi di Indonesia, dari dulu semasa Orba. 
Pada masa-masa Indonesia sedang "booming ekonominya" diakhir '70-an, pemerintah 
tidak menggiatkan dan mengucurkan APBN untuk transpot rakyat. Karena pada waktu 
itu semua pejabat menginginkan mobil-mobil mewah masuk ke Indonesia. Dengan 
begitu, maka ada uang 10% masuk kantong masing-masing, terutama anggota 
parlemen.
 
Sewaktu monorail akan digiatkan di Jakarta, lagi-lagi parlemen membuat 
kesulitan bagi para kontraktor asing, karena bagaimana kontraktor asing 
mendanai uang untuk dikorupsi sebanyak 21 milyar rupiah, bagi sebagaian anggota 
parlemen? Ya lebih baik mundur, begitu pendapat kontraktor asing. Maka 
teronggoklah pembangunan monorail sampai saat ini. Siapa yang dirugikan, jika 
bukan rakyat lagi?

Sekarang sesudah terjebak dengan segala macam kemacetan-pun "KEBIJAKAN" yang 
diambil oleh anggota parlemen, masih kurang menguntungkan rakyat, tetapi lebih 
menguntungkan para "abdi rakyat".
Coba kita lihat jika monorail akan benar-benar dibangun, masihkah para anggota 
parlemen meminta uang "jasa" untuk kelancaran pembangunan transport nyaman bagi 
rakyat luas?
 
Semoga para pembuat kebijakan-kebijakan akan lebih cerdas cara pikirnya, bahwa 
mereka duduk di-parlemen adalah karena dipilih oleh rakyat. Jadi tugas-tugas 
ereka adalah mementingkan kelangsungan kehidupan masyarakat yang sejahtera, 
bukan menyejahterakan diri mereka sendiri.
 
Yuli
--- Pada Kam, 29/7/10, herni sulastri <hern...@yahoo.com> menulis:


Dari: herni sulastri <hern...@yahoo.com>
Judul: Re: [Koran-Digital] Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan
Kepada: koran-digi...@googlegroups.com
Tanggal: Kamis, 29 Juli, 2010, 5:00 AM






Kalau sudah macet, barulah pusing.....

Memang pemerintah kita ini terbiasa menunggu ........masalah kecil menjadi 
besar dahulu, barulah teriak2 cari solusi.....
Seharusnya beberapa th yang lalu saat macet sudah parah, angka penjualan 
kendaraan bermotor meningkat, seharusnya Pemerintah sudah sibuk memikirkan apa 
yang harus dilakukan, apakah dengan menaikkan pajak bagi kendaraan baru atau 
hal lainnya.
Bukankah anggaran sudah dinaikkan untuk menggaji tenaga ahli? Apakah ahli2 yang 
dibayar negara tidak sesuai dengan kompetensi yang mereka miliki?

Salam
Herni






From: Koran Digital <korandigi...@gmail.com>
To: koran-digi...@googlegroups.com
Sent: Thu, July 29, 2010 11:18:30 AM
Subject: [Koran-Digital] Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan

Kamis, 29/07/2010 10:45 WIB
Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan
Nurvita Indarini - detikNews
Jakarta - Lemas dan kehilangan energi. Kesan itu terlihat pada pemerintah yang 
tengah disibukkan pada pembenahan masalah kemacetan Ibukota. Masalah klasik 
yang sudah sejak lama menjadi pekerjaan rumah pemerintah.

"Saya lihat pemerintah sudah kehilangan energi. Lemas. Masalah transportasi ada 
di tangan Kementerian Perhubungan. Di situ ada udara, laut, darat. Semua ada 
masalah sendiri-sendiri. Dan saya lihat lalu lintas daratlah yang paling 
berantakan,"  ujar koordinator Railway & Transportation Resource Center Lembaga 
Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) - ITB Harun Al Rasyid PhD dalam 
perbincangan dengan detikcom, Kamis (29/7/2010).

Pemerintah yang kehabisan energi itu terlihat dari banyaknya proyek 
infrastruktur layanan transportasi yang mandek di tengah jalan. "Katanya mau 
bangun monorel dan kereta api ke Bandara, tapi sampai sekarang kan belum jadi 
juga," lanjut Harun.

Dijelaskan Harun, sesuai amanah UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, diperlukan 
semacam forum untuk menggodok rencana induk atau master plan penyelesaian 
problem kemacetan yang menggurita. Forum tersebut sekaligus juga mengawasi 
pelaksanaan program.

"Jadi mau ke mana dan seperti apa dalam 15-20 tahun ke depan. Tidak hanya 
dibicarakan saat musim hujan atau panas saja. Di banyak negara lain ada juga 
forum serupa. Misalnya saja di Singapura ada Land Transport Authority," 
bebernya.

Untuk mengatasi kemacetan, Harun setuju dengan pemberdayaan kereta api. Sebab 
kereta api sanggup mengangkut lebih banyak penumpang dibanding transportasi 
darat lainnya.

"Kereta api harus diefektifkan dan diberdayakan, jangan sampai menjadi bangkai. 
Harus ada pembagian tugas dan koordinasi yang jelas antara pemerintah dan 
operator. Untuk mengatasi masalah transportasi ini sebaiknya dialokasikan dari 
pajak-pajak yang yang besar," tutup Harun.

(nrl/nrl)

http://us.detiknews.com/read/2010/07/29/104535/1409064/10/ahli-itb-pemerintah-lemas-atasi-kemacetan?991102605

-- 
"One Touch In BOX"
 
To post : koran-digi...@googlegroups.com
 
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
 
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau 
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda.
- Berdiskusilah dengan baik dan bijak.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
“Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang 
sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan.” -- Otto Von 
Bismarck.
 
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang 
lidahnya" -Ali bin Abi Talib.


-- 
"One Touch In BOX"
 
To post : koran-digi...@googlegroups.com
 
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
 
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau 
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda.
- Berdiskusilah dengan baik dan bijak.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
“Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang 
sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan.” -- Otto Von 
Bismarck.
 
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang 
lidahnya" -Ali bin Abi Talib.




[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke