Menarik, membahas masalah demokrasi tidak akan ada habisnya.

Saya punya artikel soal itu, mungkin berminat membaca?

========================
Nasionalisme Indonesia Yang Anti-Demokrasi!
<http://diarypapua.blogspot.com/2007/06/nasionalisme-indonesia-yang-anti.html>
*Sebuah Catatan Mengenai Mohammad Hatta dan Pandangannya Tentang Masa Depan
Papua!*
[Bagian Pertama]

Ditulis Oleh: Diary Papua*

Banyak kalangan di Indonesia dan juga Papua yang hanya mengenal Mohammad
Hatta sebagai tokoh nasional, wakil presiden dan sekaligus proklamator
kemerdekaan Indonesia. Bersama Soekarno, ia memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Tetapi tidak banyak yang mengetahui
sikap Hatta mengenai masa depan Papua yang bertolak belakang dengan
pandangan Soekarno.
Lebih lengkap silahkan berkunjung kesini:

http://diarypapua.blogspot.com/2007/06/nasionalisme-indonesia-yang-anti.html

=======================
Nasionalisme Indonesia Yang
Anti-Demokrasi!<http://diarypapua.blogspot.com/2007/06/nasionalisme-indonesia-yang-anti_03.html>
*Sebuah Catatan Mengenai Mohammad Hatta dan Pandangannya Tentang Masa Depan
Papua!* [Bagian Kedua - Selesai]

*Masalah Papua Dalam Pandangan Hatta*

Dalam sidang-sidang Badan Persiapan Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia atau
BPUPKI yang berlangsung pada tanggal 10 - 11 Juli 1945 terdapat silang
pendapat antara tokoh-tokoh nasional Indonesia. Soekarno dan Moh. Yamin
berpendapat Papua adalah bagian integral Indonesia berdasarkan klaim sejarah
Majapahit dan Tidore, sehingga mutlak dimasukan sebagai bagian dari
Indonesia, sementara tokoh-tokoh politik seperti Moh. Hatta dan Sutan
Syahrir lebih menekankan sisi kemanusiaan dengan menggunakan nilai-nilai
demokrasi dalam penyelesaian masalah Papua.

Lebih lengkap, silahkan berkunjung disini:

http://diarypapua.blogspot.com/2007/06/nasionalisme-indonesia-yang-anti_03.html

Salam hangat!
PD
=======

On 6/20/07, Ignas Iryanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   He he he he he, awak juga tak tahu nih bu (atau bung ?) Lasma. Yang
> pasti memang cape dan memang kita belum demokrasi 100 % seperti yang anda
> tulis. Repotnya democrasi yang cacat (defected democracy) seperti ini jangan
> dijadikan alasan untuk memblame demokrasi dan beralih lagi ke Djadul.
>
> Salam, Irry

Kirim email ke