Pak Paulus! boleh disebutkan negara mana yang hancur lebur gara2  punya PLTN ? 
TQ 

Paulus Tanuri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:                                  Wah 
pak KK,
 Anda sungguh-sungguh gak mengerti rupanya. Saya kira sebagai anggota FPK,
 anda dapat lebih memahami maksud dari penolakan. Dan apa yang dikhawatirkan
 masyarakat. Tapi ternyata anda sama saja dengan yang lainnya.
 Tidak lebih baik.
 Well, tampaknya rekan-rekan FPK yang berharap bahwa anda adalah salah satu
 pejabat langka yang masih peduli dengan aspirasi rakyat dan mau merakyat
 harus kecewa.
 
 Salam,
 Paulus T.
 
 On 7/28/07, Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
 >
 > http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0707/27/humaniora/3718375.htm
 > =============================
 >
 > Jakarta, Kompas - Tentang kontroversi menyangkut kesiapan sumber daya
 > manusia pada pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN,
 > pembangkitnya bisa dibangun lebih dulu karena masyarakat bisa
 > menyesuaikan diri.
 >
 > Demikian antara lain diungkapkan Menteri Negara Riset dan Teknologi
 > (Menristek) Kusmayanto Kadiman, Kamis (26/7) di Kantor Badan
 > Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
 >
 > "Jangan menunggu. Teknologi dan sistem kita bangun dulu, ternyata
 > manusianya bisa menyesuaikan diri," ujar Kusmayanto, dengan
 > menyebutkan contoh perilaku masyarakat di halte busway yang
 > mensyaratkan disiplin antre dan tidak merokok.
 >
 > Dalam jumpa pers tersebut Kusmayanto menyebutkan, pembelajaran kepada
 > masyarakat tentang pembangkit listrik dengan energi nuklir tidak bisa
 > ditunda. Untuk tahun 2007 dan 2008 akan dilakukan sosialisasi
 > menyangkut efisiensi, keamanan, dan kesiapan sumber daya manusia untuk
 > pembangkit bertenaga nuklir, juga dari segi ekonomi dibandingkan
 > dengan pembangkit sumber energi lainnya, serta dari segi kelayakan
 > teknologinya.
 >
 > Untuk sosialisasi tahun 2007, Kementerian Negara Riset dan Teknologi
 > mendapat alokasi dari APBN sebesar Rp 5 miliar, ditambah bantuan dari
 > Lembaga Kerja Sama Internasional Korea (KOICA) dan Organisasi
 > Perdagangan Luar Negeri Jepang (Jetro) yang jumlahnya sekitar Rp 2 miliar.
 >
 > Sosialisasi itu melibatkan pihak-pihak yang pro dan kontra pada
 > rencana pembangunan PLTN, dari tokoh masyarakat, tokoh agama,
 > organisasi nonpemerintah, dan beberapa anggota DPR. Beberapa yang
 > diundang menolak karena khawatir kehilangan independensi.
 >
 > Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Hudi Hastowo menegaskan, Tanjung
 > Muria adalah lokasi terbaik untuk PLTN. Lokasi itu ada di tiga tapak,
 > yaitu Ujung Watu, Ujung Lemah Abang, dan Ujung Grenggengan. Di lokasi
 > tersebut, kata Hudi, bebas dari ancaman vulkanik, seismik, dan banjir.
 >
 > "Kriteria harus sesuai dengan kriteria internasional, harus sesuai
 > dengan konvensi, karena kecelakaan pembangkit nuklir dampaknya bisa
 > global," ujar Hudi. Sementara teknologi mana yang dipilih dari tiga
 > teknologi yang ada masih dikaji.
 >
 > Menurut dia, penolakan warga di sejumlah kota di Jawa Tengah, seperti
 > di Kudus dan Jepara, karena ada informasi yang tidak jelas.
 > Sosialisasi, tambahnya, dilakukan sejak tahun 2002 melibatkan
 > Universitas Diponegoro.
 >
 > Medco kerja sama nuklir
 >
 > Sementara itu, PT Medco Power Indonesia menggandeng Korea Hydro and
 > Nuclear Power Co akan membangun PLTN berkapasitas 2 x 1.000 megawatt.
 > PLTN itu juga berlokasi di Semenanjung Muria dan ditargetkan
 > beroperasi tahun 2016.
 >
 > Nota kesepahaman persiapan pengembangan PLTN ditandatangani kedua
 > belah pihak di Seoul, Korsel, Rabu (25/7).
 >
 > Presiden Direktur Medco Power Indonesia Fazil Erwin Alfitri yang
 > dihubungi seusai penandatangan mengatakan, pembangunan PLTN itu akan
 > menelan dana 3 miliar dollar AS. Mereka akan melakukan studi tentang
 > pengelolaan PLTN oleh pihak swasta. (isw/DOT)
 

Kirim email ke