Kegagalan Reformasi di jam-jam pertama adalah terpecahnya mahasiswa
ke dalam Golongan Agama (Islam) dan gol. radikal kiri (Sosialis
Kiri) ini bisa menjadi catatan....

Terbukti yang banyak maju saat ini menikmati buah reformasi adalah
dari kelompok golongan agama (anggota parlemen, menteri, gubernur,
walikota dll) , padahal saat demo besar 1998/1999 terjadi yang
paling berani di depan todongan senjata tentara adalah kelompok
kiri, saya harus jujur mengakui itu. Apa ini sama dengan sejarah
modern Indonesia ya? Kiri yang maju dan mempelopori kemerdekaan,
orang kanan-pengecut yang menikmati?

Wikana yang usul kemerdekaan, Suharto yang foya-foya......

ANTON



--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, tjuk kasturi sukiadi
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> REFORMASI TENTU SAJA DITUJUKAN UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN KEARAH
YANG LEBIH BAIK!
>
>   Kalau sekarang apa yang dikatakan sebagai "PERJALANAN
REFORMASI!" sama sekali jauh panggang dari apai yang dalam istilah
Jawanya 'NGGLADRAH SALAH KEDADEN!" ; tentu bukan salah mereka yang
menggelindingkan gerakan reformasi pada tahun 1998. Para reformis
yang tanpa pamrih untuk pribadi ,kelompok dan golongannya paling
tidak telah berhasil ( atas ijin dan ridho Allah) mengakhiri
pemerintahan  Soeharto yang begitu berkepanjangan dan semakin lama
semakin tanpa arah, semakin korup serta penuh dengan KKN. Tidak
mengherankan jika harus babak belur karena dilanda krisis moneter
yang bertransformasi menjadi krisis ekonomi dan akhirnya menjadi
krisis multi dimensi. Legitimasi ORBA adalah pada "Keberhasilan
dibidang ekonomi"; itulah sebabnya begitu perekonomian Indonesia
porak peranda maka Soeharto dengan rezimnya "tidak layak lagi" untuk
menjadi presiden " terus menerus" ( Yang kenyataannya memerintah
lebih lama dari Bung Karno yang konon Presiden Seumur Hidup itu).
>   Kita memang tidak puas dengan banyak hal yang telah dilakukan
mulai sejak Habibi sampai SBY sekarang ini " dengan mengatas
namakan  reformasi". Kalau mau jujur sejak Habibi naik berapa banyak
sosok manusia Indonesia yang pantas mengklim diri sebagai reformis
yang punya kesempatan ikut mengatur negeri ini? Baik itu di
Eksekutip, Legislatip, Judikatip dan Lembaga-lembaga tinggi negara
lainnya. Tidak banyak! Dari yang  sedikit itupun   banyak yang tidak
lulus ujian harta ,tahta dan wanita! Alias jiwa reformasinya menjadi
luntur dan warnanya berubah setiap waktu demi menyesuaikan dengan
kepentingan pribadi,kelompok dan partainya . alias Bunglon! Oleh
karena itu Tidak tepat kalau Bung Daud Jusuf betanya : " Reformasi
untuk apa?. Bagi saya paling tidak kita sudah berhasil
mengakhiri  "PEMERINTAHAN KELUARGA BESAR SUHARTO-CENDANA!"  Saya
tidak dapat membayangkan manakala tidak ada reformasi kemudian
terjadi suksesi di Kerajaan Republik Indonesia (Cendana ,sic)  dan
yang
>  menggantikan Pak Harto adalah Tommy. Kira-kira adakah yang berani
menolak keputusan itu? Lalu kalau benar-benar seorang Tommy Suharto
jadi presiden; nasib buruk apa yang akan menimpa
rakyat,bangsa,tanah air dan negeri yang bernama Indonesia ini? Saya
setuju bahwa semua kebobrokan pemerintahan dan penyelenggaraan
negara yang semakin parah ini harus segera diakhiri. Biang keroknya
adalah selama ini telah berlangsung :               " REFORMASI
TANPA REFORMIS!".  Tentu  jika kita ingin reformasi yang benarr maka
yang harus tampil memimpin adalah para reformis! Reformis yang tua
sudah harus ikhlas dan tidak perlu ikut-ikutan. Justru tokoh-tokoh
muda yang masih punya idealisme dan komitmen untuk berbuat semua
yang terbaik bagi rakyat,bangsa, tanah air dan negara  yang harus
segera tampil memimpin. Yang perlu diwaspadai adalah jangan sampai
memberi kesempatan kepada orang yang hanya muda dalam usia tetapi
perjalanan karir kehidupannya hanya diwarnai dengan menjadi "cantrik,
>  ponokawan dan bahkan penjilat!" dari tokoh-tokoh komprador yang
terlibat didalam pemerintahan bobrok dan  korup yang ada selama ini.
Tanpa kewaspadaan sejarah niscaya akan terulang kembali.

Salam
perjuangan Tjuk Kasturi Sukiadi.

Kirim email ke