Pak Sohib, Sahabatku.... 100% saya setuju!!!! dengan jalan pikiran Pak Sohib kali ini, saya jadi teringat di sebuah malam sepuluh tahun yang lalu, saat itu kita di dalam gedung DPR/MPR bertengkar siapa yang akan melanjutkan estafet reformasi yang digerakkan mahasiswa karena adanya bom-bom waktu tinggalan Orde Baru termasuk Ginandjar cs. Namun setelah kita dengan rela memberi kepada kelompok empat di Ciganjur : Gus Dur, Megawati, Amien Rais dan Sri Sultan HB IX. Semuanya malah bertengkar sendiri dan malah menghancurkan konsolidasi kelompok empat yang mustinya harus dibangun. Karena harapan kita pada waktu itu kelompok empat bisa bersatu, memutuskan satu generasi dan melemparkan pada generasi muda yang tidak terkena waham (kegilaan) Orde Baru.
Tapi sejarah menciptakan alur lain, SBY dan JK adalah contoh terbaik bagaimana Suhartorian tetap bisa memegang negeri ini. Satu-satunya yang tersisa adalah memelihara demokrasi, karena dengan hanya jalur itu kita bisa merebut kembali modal reformasi tanpa perlu mempercayakan lagi pada agen-agen politik tua. ANTON --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, sohibmachmud <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > kegagalan reformasi dimulai ketika para reformis mulai berebut > kekuasaan setelah berhasil menumbangkan resim suharto. > keberhasilan reformis patut dihargai ketika berhasil mereformasi > abri dari parlemen dan segala macam regulasi. > kegagalan reformasi dimulai ketika amien rais mulai membetuk poros > tengah utk menjegal megawati. > kegagalan selanjutnya diperparah dengan usaha amien rais dan > megawati menurunkan gus dur . > saat itulah titik balik kekusaan suharto dan militer yg semakin > menguat sehingga sekarang. > > mereka2 inilah yg harus bertanggung jawab atas kegagalan reformasi > walaupun mereka boleh mengaku sebagai reformis. > > sohib