Hmmmm..... Miris rasanya orang sekaliber Ismail Saleh bicara seperti ini. Mas anton, Pak Haniwar, Pak Manneke, Mas Sohib... sebenarnya siapa sih yang Biadab? Jadi mbingungi, binun tenan lho aku!
Kastubie ----- Original Message ---- From: Gunawan Setyadi <[EMAIL PROTECTED]> To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Saturday, January 12, 2008 2:45:34 PM Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Ismail: Apa Mau Disebut Bangsa Biadab? Salam, Bapak Ismail Saleh adalah mantan menteri Kehakiman pada era Soeharto. Sebagai mantan menteri, tentu memiliki wawasan serta pemikiran yang patut untuk perhatikan. Pemikirannya tentu lebih mendalam dari kebanyakan orang. Dalam masalah Soeharto, yang sebenarnya bekas atasannya, beliau juga ikut urun rembug. Beliau ikut prihatin pada bekas atasannya yang sekarang sedang terbaring tak berdaya, tetapi masih menjadi bahan gunjingan segenap masyarakat. Tetapi sebagai mantan menteri, "urun rembugnya" ternyata masih berkualitas kebanyakan orang. Tidak ada terobosan atau sumbangan pemikiran yang lebih baru tentang problema hukum yang melingkupi bekas atasannya. Seolah beliau mengatakan "Soeharto" adalah orang yang selalu teraniaya oleh rakyat, bahkan saat beliau sedang tak berdaya. Rakyat indonesia tidak beradab, karena tidak bisa mikul duwur mendem jero bekas pemimpinnya. Beliau lupa, rakyat hanya menuntut kepastian / penegakan hukum terhadap "Soeharto". Bukankah ada ketetapan MPR yang mengamanatkan pemerintah untuk mengadili Soeharto, yang sampai kini tidak pernah dijalankan dengan tuntas? Jadi permintaan rakyat bukanlah hal yang mengada-ada, tanpa dasar hukum. Bila beliau "urun rembug" hanya berdasar rasa kemanusian dan norma sosial, namun kapasitas beliau sebagai mantan pejabat yang nota bene berhubungan dengan hukum, mestinya lebih luas dan dalam. Khususnya dari segi hukum, apakah sudah pada jalur yang benar dari pihak yang berkewajiban (pemerintah) dalam menangani perkara Soeharto. Bila hanya sekadar menghimbau kepada semua orang, agar mau mema'afkan serta melupakan kesalahan "Soeharto", semua orang juga bisa. Barangkali beliau merasa tidak enak hati bila harus diam, tak bersuara sementara mantan bosnya dihujat banyak orang. Sudah jamak, bila bekas bawahan Soeharto selalu seragam urun rembugnya, hanya menghimbau, menuntut agar kasus Soeharto tidak diperpanjang, lalu "pikul duwur" segala keistimewaan Soeharto, serta "pendem jero" kekilafanya. Artinya rakyat dihimbau untuk memuja-muji Soeharto serta pada saat yang sama harus menutupi apapun kesalahan yang pernah dilakukan Soeharto. Bila itu yang dimaui oleh bapak Ismail Saleh, maka masukan saja ke keranjang sampah "urun rembugnya".