Ada dua phenomena yang hampir sama mengenai tuntutan
gaji yaitu dari bank mandiri dan dari universitas.

Saya melihat di Indonesia ada dua kelas penggajian
pegawai megri yaitu klas BUMN dan kelas guru/dosen dan
pegawai departeman lainya yang bukan BUMN. Kelas BUMU
penggajianya berbeda dengan kelas selain BUMN. Jauh
sekali berbeda. Mungkin lulusan SMP yang bekerja di
BUMN gaji yang diterima setiap bulan hampir sama
dengan gaji profesor di universitas. Uang pesangon
pegawai BUMN lulusan SMP besarnya hampir 4 kali lipat
pesangon yang ditrima seorang dosen yang pensiun.

Sejak dulu kala sudah berlaku sampai sekarang.
Sehingga kalau dilihat secara kasat mata,
kesejahteraan pegawai BUMN sangat jauh dengan dose.
Kawan saya yang baru bekerja 4 tahun (S1= sarjana) di
taspen, sudah membawa sedan honda city baru dari toko
dan tahun berikutnya naik haji bersama istrinya.
Bandingkan dengan dosen.....
Kalau seorang doktor ada di BUMN saya gak tahu gajinya
berapa?

Jadi sebenarnya yang harus dilihat adalah aturan
penggajian di dua kubu terebut sudah adilkah....
Ya kalau sudah gaji besar BUMN yang dikelola untung
gak masalah. Kebanyakan BUMN rugi...... rakyatlah yang
menangis.... Jadi kini di Indonesia kalau seorang
pegawai Negri bisa jalan-jalan ke luar negri paling ya
yang duduk di BUMN atau pejabat selain BUMN yang
korupsi.................
Salam
Reni


--- manneke budiman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Nggak heran kan kalo lalu banyak yang "kebelet" jadi
> profesor? Caranya macem-macem, mulai dari minta uang
> "tali asih" (emangnya apa sih ini?) sampai ada juga
> yang minta kum penerbitan tulisannya dinaikkan
> sampai ratusan. He he he. Memang kalo udah di atas,
> cuma bisanya ya liat ke atas terus, lupa bahwa dia
> berdiri di atas kepala banyak orang yang berada di
> bawah dirinya.
>    
>   manneke

Kirim email ke