Partai Rakyat Demokratik (PRD) masih tetap eksis sampai hari ini, dan tak sedikitpun menanggalkan politiknya yang berporoskan pada sosialisme demokrasi kerakyatan (sosdemkra). PRD terakhir, merupakan organisasi pendukung utama pendirian partai elektoral, Papernas, yang diproyeksikan menjadi alternatif bagi rakyat dalam pemilu 2009, akan tetapi Partai tersebut gagal menjadi kontestan pemilu karena berbagai hambatan politik. manuver politik yang dilakukan oleh Papernas untuk berada dibawah bendera PBR tidak sekonyong-konyong sebagai tindakan pragmatis----ketidaksabaran untuk mengecap kekuasaan, kelelahan berjuang, atau kehilangan militansi. Pilihan papernas untuk berada dibawah banner PBR berdasarkan kesepakatan programatik untuk menciptakan sebuah formasi baru dalam konteks politik 2009. Jadi tak sedikitpun kita meninggalkan garis politik, ataupun militansi perjuangan. malahan, dengan kombinasi aksi massa dan parlementer, PRD bukan saja melahirkan formula perjuangan yang baru, tapi menemukan medan pertempuran yang baru, yang jauh lebih berat.
PRD menyadari, bahwa arena politik adalah arena pertengtangan semua kepentingan sosial, termasuk politik pemilu 2009. jelas rakyat sudah jenuh dengan kepemimpinan politik sekarang; sudah jelas bahwa rakyat tidak puas dengan model ekonomi neoliberal yang diprojekkan pemerintahan sekarang; sudah jelas bahwa rakyat menghendaki sebuah kepemimpinan politik baru dengan haluan ekonomi, politik, dan kebudayaan yang baru. itu tanggung jawab PRD; bahwa taktik parlementer akan menjadi medan pertempuran bagi kaum radikal, guna mendesakkan proposal kekuasaan alternatif---tentunya dengan menyingkirkan kekuatan lama. Platform utama yang ditawarkan PRD kepada seluruh kekuatan politik progressif, termasuk Repdem, adalah kemandirian nasional. Yakni sebuah proposal baru tentang sebuah pemerintahan progressif yang berani menegaskan kedaulatan bangsa atas sumber daya nasional, melindungi kepentingan industri dalam negeri dan kepentingan nasional lainnya dari serbuan imperialisme dan korporasi asing. Platform ini yang tak dimiliki oleh PKS. PKS adalah pendukung pemerintahan SBY-JK, dan juga merupakan partai pendukung kebijakan neoliberalisme di Indonesia. PKS mendukung reformasi ekonomi yang mengarah pada praktik liberalisasi, yang justru menguntungkan multinasional dan segelintir elit. PKS sukses menjadi partai besar karena tidak ada refresi, tidak program politiknya yang mengganggu pemerintah ataupun multinasional. Politik PKS adalah politik oportunisme, sebuah politik yang ditenggerkan dimana saja, asal memberikan keuntungan material dan kedudukan politik bagi kadernya. Sehingga politik PKS bukanlah politik progressif, melainkan politik reaksioner yang menipu rakyat. Dibanding HTI, maka PKS tidak ada apa-apanya. HTI konsisten mengusung politiknya, termasuk mengartikulasikan dukungan massanya, tidak demikian dengan PKS, yang justru begitu banyak menjual islam untuk mendapat kedudukan, tetapi reaktif ketika berkuasa. Beberapa hari sebelum ramadhan, semuanya tentu menyaksikan penggusuruan dan penertiban PKL oleh Pemda DKI, dengan cara2 tak manusiawi. semua juga pada tahu, bahwa partai dominan di DKI adalah PKS, tapi mana komitmen mereka membelah rakyat. Sudah banyak orang berjubah menipu rakyat. Cukup Sudah! Respect, Rudi Hartono "Tugas Manusia adalah Menjadi Manusia" (Multatuli) Stand up for Democracy! Website http://www.arahkiri2009.blogspot.com --- On Sun, 9/14/08, Nur Rochman <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Nur Rochman <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Kenapa PRD tidak bisa seperti PKS....? To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Sunday, September 14, 2008, 10:02 PM Dear Milister yang budiman KangNoer mempunyai beberapa pertanyaan mungkin eks PRD bisa berikan jawaban Kenapa PRD yang duluan tumbuh tidak berkembang tetapi PKS malah berkembang Kenapa pemimpin PKS bisa bertahan bahkan terus mengembangkan PKS Tetapi pemimpin PRD memilih kabur dari tanggung jawab dan meninggalkan PRD...? Ada apa dengan calon pemimpin yang katanya sosialis di PRD Kenapa pemimpin PRD kalah jauh militansinya dengan PKS Kenapa pemimpin PRD lebih suka memilih untuk bergabung dengan partai besar Daripada berkubang lumpur sejarah dalam usaha untuk membesarkan PRD Mungkinkah pemimpin PRD itu lebih rasional...? Atau pemimpin PRD tak lebih seorang sosialis salon...? Dimana sosialismenya gampang diperdagangkan. ..? Entahlah mungkin memang sosialisme mereka didapat dari text book sich Bukan dari sebuah perjalanan hidup yang membekas sampai nyawa diujung badan. Regards, KangNoer [Non-text portions of this message have been removed]