Bung Godlip, dan para sahabat, siapa Gubernur yang tidak mau dikawal "vorijders"? Padahal Bupati/Walikota di saentero Republik umumnya pakai pengawal "nguing-nguing" itu. Bahkan kadang anggota Dewan pun ikut-ikutan. Siapa Gubernur yang sejak awal melarang seluruh staf Pemda memakai simbol-simbol (pangkat, dll)? "Itu membuat mereka arogan dan lupa fungsinya sebagai pelayan masyarakat", katanya. Dia adalah Sultan. Dibanding para pejabat Republik yang seringkali bersikap aristokrat berlebihan (bergaya sangat ningrat), Sultan justru tampak seperti orang biasa dalam realitas kehidupan sehari-harinya. Selain itu, kesiapan Sultan untuk kalah dalam Pilpres 2009 adalah sebuah "revolusi". Sikap ini mencerminkan bahwa ia lebih cepat dari sebagian orang Yogya dalam menceburkan dirinya pada ranah demokrasi Indonesia. Tidak mudah mencari figur seperti ini. Kampanye? Ya! Karena saya adalah Sukardi Rinakit.
Pak Godlip, Setahu saya tradisi ini hanya berlaku untuk kalangan internal keraton. Saya belum pernah lihat orang non-keraton mesti ngesot untuk bisa menghadap Sultan. manneke --- On Sun, 11/2/08, Godlip Pasaribu <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Godlip Pasaribu <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: CIDES: Sultan Bangkitkan Feodalisme To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Received: Sunday, November 2, 2008, 10:09 PM Saya menyaksikan di TV bahwa Ibu-Ibu berjalan ngesot waktu menghadap Sri Sultan ke-X. Saya hanya mempertanyakan apakah gaya feodal seperti itu nanti akan berlaku buat para menteri apabila Sri Sulatan menjadi Presiden? Saya sama sekali tidak berniat black campaign. Malahan dalam salah satu tulisan saya berharap bahwa Sri Sultan menjadi Presiden RI. Salam. "The habitual struggle to be always good is unceasing prayer." [Non-text portions of this message have been removed]