Dan Kita sibuk menari mengikuti ritme kendang yang ditabuh tokoh2 dagelan 
ini....
tragis.


 



________________________________
From: Satrio Arismunandar <satrioarismunan...@yahoo.com>
To: Forum Kompas <forum-pembaca-kompas@yahoogroups.com>
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Ruhut mengaku diformat Tim Sangkur SBY





http://www.tribun- timur.com/ read/artikel/ 31610
Serangan Tim Capres By Design
Ruhut Akui Diformat Jadi Tim Sangkur SBY

Kamis, 4 Juni 2009 | 01:26 WITA
SEBAGIAN rakyat Indonesia terkecoh lagi. Perasaan publik kembali
dipermainkan oleh politisi demi kepentingan sesaat. Emosi masyarakat pun
larut dalam "komedi" serang-menyerang para tim calon presiden-calon wakil
presiden (capres-cawapres) . Celakanya, itu hanya sandiwara. Sebab mereka
memang telah diformat untuk melakonkan tokoh antogonis itu.
Kenyataan memilukan menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 itu diakui
secara vulgar oleh tim pemenangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono,
Ruhut Sitompul, Rabu (3/6).

Pengacara yang kadang merangkap pemain sinetron dan kini jadi politisi
Partai Demokrat ini mengaku bahwa ucapan yang pedas itu dia lontarkan
karena mengikuti skenario tim.

Menurutnya, kubu SBY-Boediono sudah memformat tim sedemikian detil. Ada
tim sopan, pun ada tim bayonet. Tim bayonet ini bertugas menyerang kubu
lawan lewat kata pedas dan keras. Sedangkan tim sopan bertugas
"seolah-olah" menyalahkan dan mengutuk tim bayonet. Lagi-lagi demi meraih
simpati publik.

Ruhut mengakui, dirinya bersama Rizal Mallarangeng dituntut memerankan
peran antagonis untuk memancing "emosi" lawan. Tugas utama mereka berdua
meng-counter isu-isu miring yang merusak citra SBY-Boediono.

"Saya dengan Rizal itu adalah pasukan sangkur SBY-Boediono atau tim
bayonet untuk meng-counter agar isu-isu miring tentang SBY-Boediono tidak
dianggap benar oleh publik. Kalau tim yang santunnya kan ada Pak Anas
Urbaningrum, Pak Marzuki Ali," ungkap Ruhut seperti dikutip inilah.com.

Berkali-kali Ruhut tampil beringas di media massa dalam rangka memerangkan
fungsi sebagai bayonet SBY. Serangannya bukan hanya pada pernyataan
langsung. Berbagai tulisan pun miring tentang SBY pun ia lahap.

Tampaknya Ruhut sudah disiapkan jauh sebelumnya untuk posisi itu. Makanya,
editorial harian Media Indonesia, edisi Senin, 30 Juli 2007, Sandiwara
Presiden Menjadi Rakyat Biasa, tak lepas dari "serangan balik" Ruhut.
Hanya saja, pada momen ini, pernyataan Ruhut masih terkesan hati-hati.
Beberapa pekan terakhir, Ruhut tampil kian beringas. Saat wacana boikot
pemilu memuncak, akhir April, Ruhut berkali-kali tampil gemilang menangkis
serangan.

"Saya ingin mengingatkan kepada Ibu Mega, Mas Wiranto, Mas Prabowo, atau
kepada yang lain bahwa, tindakan boikot dapat dikategorikan tindakan
mengacau pemilu dan memiliki sanksi hukum. Jelas, ada sanksi hukumya,
perlu diketahui itu. Ancamannya cukup berat kepada mereka yang mau
menggangu Pemilu," jelas Ruhut menanggapi maneuver kelompok Teuku Umar
ketika itu.

Awal Mei, Ruhut kembali mengguncang kubu pertahanan lawan, utamanya
Golkar. Ketika itu Ruhut membentengi upaya lobi yang dilakukan kubu SBY ke
PDIP. "Ya itu pasti ada ketakutan Golkar kalau PDIP berkoalisi dengan
kita. Kenapa dari pihak Golkar bicara etika politik dan yang lain seperti
bicara ketakutan, namanya politik apapun bisa terjadi," ujarnya.

Ruhut semakin menggila. Puncaknya 27 Mei lalu. Ketika Ruhut tampil
berdebat "kusir" melawan Permadi (PDIP) dan Fuad Bawazier (Partai Hanura).
Lalu terlontarlah pernyataan spektakular Ruhut yang membuktikan bahwa
"mulutnya benar-benar harimau baginya."

Mungkin karena lelah melayani Fuad, Ruhut meminta Fuad yang kebetulan
berdarah Arab agar tak banyak bicara karena sumbangsi bangsa Arab terhadap
negeri ini tidak ada.

Ruhut diprediksi bakal tersungkur setelah muncul berbagai aksi kecaman.
Sejumlah ormas Islam mendesak Ruhut meminta maaf dan meminta Partai
Demokrat memecat Ruhut.

Tapi Ruhut tak bergeming. Dia tetap aman dan tanpa beban. Mengapa? Karena
dia memang disiapkan untuk berbuat seperti itu.(as kambie)

Menyerang Terus karena Tak Pernah Ditegur SBY

DEBAT Kusir Ruhut Sitompul, Permadi, dan Fuad Bawazier, 27 Mei lalu,
diprediksi bakal menamatkan riwayat Ruhut. Diskusi bertajuk Mengungkapkan
Strategi Tim Sukses Capres itu mengarah ke isu SARA.

Diskusi yang menampilkan tiga pendekar politik itu dari awal sudah
diprediksi memanas. Permadi berpenampilan serba hitam sesuai kesukaannya
pada mistis simbolis, berhadapan dengan Ruhut yang dikenal berdarah panas
dan cepat naik pitam. Ditambah Fuad yang gemar mengeritik dengan bahasa
sederhana tapi menohok.

Ruhut tampak mulai terpancing saat Fuad dan Permadi menyinggung tentang
paham neoliberalisme yang ditabalkan kental dianut Boediono.
"Sudahlah, jangan latah bicara neolib. Pak SBY memilih Boediono karena
fokus menangani krisis global. Jangan saudagar, ibu rumah tangga yang
hanya tahu harga cabe tiba-tiba bicara ekonomi kerakyatan," tegasnya.

Dia ditimpali oleh Permadi, "Pak Prabowo itu sebelum membikin partai sudah
ngomong ekonomi kerakyatan. Kalau jadi capres yang berbuat untuk rakyat
jangan hanya klaim berhasil ini itu."

Fuad menambah serangan, "Sudahlah, tidak usah mengelak kalau memang
neolib. Orang kalau sudah terpojok akan kalap. Apa susahnya mengaku salah,
ya saya berdosa karena neolib. Kan selesai."

Mendapat serangan seperti itu, Ruhut malah membalasnya dengan hal-hal yang
bersifat personal, seperti kedekatan Fuad dengan keluarga Cendana hingga
perdebatan keluar dari konteks diskusi. Ruhut bahkan membawa isu etnis
tertentu di Indonesia dalam dialog tersebut.

Pascadiskusi, giliran Ruhut menerima serangan bertubi-tubi. Bukan hanya
dari tim capres-cawapres. Kecaman justru mengalir dari ormas Islam. Namun
Ruhut lagi-lagi tak bergeming.
Rahasianya dia ungkap sendiri. Dia mengaku tetap melakonkan perang sebagai
Tim Bayonet Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Menurutnya, pernyataanya yang dianggap telah menyinggung etnis Arab tidak
terlalu direspon oleh SBY sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.
Makanya, tak ada secuil sanksi pun yang ia terima meski puluhan ormas
Islam mendesak agar dia dipecat.

"Saya itu masih di tim sukses SBY-Boediono. Pak SBY itu tidak pernah
menegur saya, Pak Hadi juga bukan menegur. Jadi saya santai saja karena
dengan kajadian ini saya jadi orang yang sangat diperhitungkan diantara 3
pasangan capres-cawapres ini," ujar Ruhut.(as kambie)

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke