Soal jumlah orang, itu berita simpang-siur yang tersiar lewat media. Padahal 
kita sama tahu, berita itu berubah dari waktu ke waktu sepanjang pengepungan 
tersebut. Sudah ada teguran dari KPI terhadap media yang menyebabkan masyarakat 
jadi bingung. Dugaan saya, informasi itu diperoleh media saat awal kejadian, 
tetapi lalu tidak diverifikasi lagi setelahnya. Soal darah, pertanyaan Anda kan 
sama dengan pertanyaan Mba Yuli, dan sudah dijawab oleh Mba/Mas (?) 
Pudimartini, bahwa ada tetapi ditutupi koran.

(1) Sampai saat ini, tidak ada informasi pasti soal ini. Mestinya ini ada dalam 
laporan forensik saat pemeriksaan jenazah. Mungkin wartawan luput menanyakan 
soal ini karena fokus pada apakah itu NMT atau bukan. Buat saya pribadi, hal 
ini tidak menjadi soal benar.

(2) Dalam hal begini seahli apapun tidak mungkin mendapat kepastian, mudah2an 
Anda bisa membayangkan jika berada pada posisi yang sama dengan Densus 88. Oleh 
karena itu, dalam konteks ini pula, menurut pendapat saya lebih baik over 
estimate ketimbang sebaliknya. Supaya lebih siap dan kerugian di pihak kita 
bisa dikurangi.

(3) Mahal itu relatif. Sekali lagi, sampai mayat bisa diidentifikasi, yang di 
dalam rumah itu diduga NMT sehingga resiko yang diambil harus yang seminimal 
mungkin. Jika saja yang berhasil "dijinakkan" itu NMT, kayaknya besarnya biaya 
ini tak akan jadi persoalan.

(5) Dinyatakan saat awal pengepungan, terjadi baku tembak. Seramai apa baku 
tembak itu, media tak ada yang melaporkan lebih jauh. Selebihnya, pendapat saya 
setara dengan nomor2 di atas, dugaan bahwa yang di dalam itu NMT (yang punya 
kebiasaan melilitkan bom di tubuhnya) membuat Densus 88 sangat berhati-hati dan 
berupaya mengambil resiko terkecil.

Salam,


________________________________
Dari: purbadi hardjoprajitno <hardjopraji...@purbadi.co.id>
Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Terkirim: Jumat, 14 Agustus, 2009 08:29:03
Judul: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Bukan Noordin M Top

  
Kang Asep, kok berita simpang siur tentang  dor-doran di Beji, Temanggung , ya 
. Ternyata yang didalam rumah hanya satu orang , tapi "breaking news"  
meberitakan 4 orang. Lalu nenek-nenek serta 3 cucunya yang " tersandera" kok 
beritanya terus hilang ditelan hiruk pikuk yang lai. Aneh lagi, ketiak mayat 
dibawa keluar rumah katanya tidak ada darah tercecer setetespun. Jadi 
kesimpulan orang bingung :  ( 1)  Apa Boim sudah meninggal karena sakit jantung 
mendengar bunyi tembakan dan bom , atau orang Jawa bilang MATI NGADEG , 
meninggal karena terkejut , atau mungkin minum apa saja yang langsung mematikan 
lah jadi bunuh diri bukan dengan Bom , jadi judulnya bukan BOM BUNUH DIRI lagi, 
Lalu ( 2) Salut pada densus 88 , tapi kok masa iya ahli-ahli tempur tidak bisa 
memperkirakan jumlah orang didalam rumah , 4 atau satu . Lalu ( 3 ) betapa 
mahalnya biaya operasi Beji, berapa ratus butir peluru ditembakkan , berapa bom 
diledakkan , berapa liter bensin dicurahkan
 untuk kendaraan bermotor , berapa puluh box konsumsi selama 18 jam puls plus  
, Lalu ( 5) berapa pucuk senjata yang dimiliki Boim dalam tembak menembak 
dengan Polisi dan apakah ditemukan dia punya bedil ? Ternyata kalau dihitung - 
hitung , untuk mendapatkan satu orang tersangka yang akhirnya ketahuan namanya 
Ibrahim , biayanya sangat mahal , dan tembakan-tembakan peluru berlebihan. 
Tidak bisakah ahli-ahli di Densus 88 untuk masa kedepan kalau melakukan operasi 
semacam itu agak hemat dan efisien sedikit , dengan melakukan perenacanaan yang 
lebih baik. Tetapi bagaimanapun rakyat sangat hormat pada Polisi yang berhasil 
menangkap bebebrapa orang pengacau , hidup atau mati.
Salam 

Kirim email ke