Kebanyakan pengamat, ya, pengamat PERNYATAAN, bukan KENYATAAN. Pengamat juga
membawa ideologinya masing2. Dan boleh dikatakan, jarang sekali pengamat yg
tanya sana dan sini, tentang peristiwa politik tertentu, langsung ke sumber
pertama atau kedua.
Kesimpulannya juga melompat2. Lihat bgmn Fadjroel membuat kesimpulan melompat
atas Yuddy: Yuddy bukan lg aset demokrasi, Yuddy menempatkan uang sbg faktor
utama demokrasi, Yuddy bukan lg bagian klpk reformis. Ini bahasa sampah dan
kesimpulan sampah.
Padahal, fakta empirisnya berasal dari perjumpaan Yuddy dg Tutut, lalu
pernyataan politik Yuddy bhw apabila Tutut maju, Yuddy mundur. Sama juga dg sy
nyatakan di sini; kalau Yuddy mundur, sy berhenti jadi CMnya dan tdk bergabung
dgn tim Yuddy lg. Sy juga akan memilih abstain saja dlm Munas, abstain scr
fisik dan politik, kalau Yuddy tdk jd bertarung. Ini pernyataan sy. Tp kalau
dinilai, ini kan pernyataan KALAU, BILA, blm terjadi, blm jadi fakta.
Kualitas demokrasi yg baik jg perlu ditunjukkan oleh pengamat atau analis yg
baik. Kini semua campur baur. Org dari partai seenaknya mengomentari partai
lain. Padahal, menurut sy kurang etis. Urus dulu partai sendiri dulu.
Inilah fakta demokrasi kita: kerumunan. Yg namanya kerumunan, ya, tdk jelas lg
siapa org2nya, hanya kepalanya terlihat dari satelit, lalu suara2 yg terdengar
saling bersahutan dan berhasutan.
Sekian.
Masih Manajer Kampanye Yuddy.
Ijp
Berani beda, berani benar! (www.indrapiliang.com)
-----Original Message-----
From: Satrio Arismunandar <satrioarismunan...@yahoo.com>
Date: Sat, 29 Aug 2009 04:30:30
http://www.rakyatme rdeka.co. id/news/2009/ 08/29/80401/
Bersetubuh- dengan-Cendana, -Yuddy-Ternyata- Bukan-Aset- Demokrasi
Bersetubuh dengan Cendana, Yuddy Ternyata Bukan Aset Demokrasi
Rakyat Merdeka Online, Sabtu, 29 Agustus 2009, 11:07:14 WIB
Laporan: Aldi Gultom
Jakarta, RMOL. Harapan besar pada Yuddy Chrisnandi untuk menjadi wakil generasi
muda yang memiliki kekuatan mereformasi partai warisan Orde Baru kini pupus
sudah.
Pengamat politik dan aktivis pro demokrasi, Fadjroel Rachman, menyatakan
kekecewaannya pada sikap permisif Yuddy pada Orde Baru. Yuddy yang dijamu oleh
keluarga Cendana pada Kamis (27/8) malam, bertemu dengan Mbak Tutut untuk
membicarakan koalisi Musyawarah Nasional Partai Golkar. Yang mengejutkan, Yuddy
malah secara terbuka menyatakan rencananya untuk mundur dari bursa calon ketua
umum Golkar bila, Mbak Tutut mencalonkan diri.
“Kita betul-betul menyesalkan sikap Yuddy yang terlalu permisif karena Cendana
itu sudah beban bagi demokrasi, beban bagi Golkar dan beban bagi Yuddy sendiri.
Yuddy akan lepas dari barisan muda reformis. Dia masih menganggap uang adalah
faktor utama berkembangnya demokrasi. Dia bukan lagi aset demokrasi,” kata
Fadjroel dalam dialog dengan Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Sabtu, 29/8).
Padahal sebelumnya, dalam berbagai kesempatan, aktivis pro demokrasi sejak
jaman Orde baru jaya ini menaruh harapan banyak pada pencalonan Yuddy
Chrisnandi sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Kehadiran Yuddy dianggapnya
sebagai representasi bangkitnya kekuatan kaum muda yang reformis. [ald]