http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/09/09/04061445/media.massa.sarana.pembinaan.bahasa



Jakarta, Kompas - Media massa adalah sarana pembinaan bahasa Indonesia karena 
memiliki jangkauan khalayak yang luas. Setiap kata atau istilah yang disajikan 
media massa semestinya dapat dijadikan acuan bagi masyarakat. Namun, pada 
kenyataannya masih banyak media massa yang menyajikan kata atau istilah yang 
tidak mengikuti kaidah yang baku.

Penilaian itu disampaikan Abdul Gaffar Ruskhan dari Pusat Bahasa dalam diskusi 
terkait serapan bahasa Arab di media massa di Universitas Tarumanagara (Untar), 
Jakarta, Selasa (8/9). Narasumber lain pada diskusi yang digelar Fakultas Ilmu 
Komunikasi Untar dan Forum Bahasa Media Massa (FBMM) itu adalah Martin 
Moentadhim SM (wartawan senior).

Bahkan, lanjut Gaffar, tidak jarang kata yang sama ditulis tidak konsisten pada 
media massa yang sama. Dari pengamatannya, banyak media massa yang menulis 
istilah agama yang keliru.

Terkait kata yang berasal dari bahasa Arab, ia menemukan ada media massa yang 
menulis bulan puasa dengan ramadan dan ramadhan. Padahal, harus dibedakan 
antara transliterasi dan serapan. Transliterasi hanya digunakan untuk 
mengalihhurufkan tulisan Arab ke tulisan latin (Indonesia) dan pada umumnya 
disesuaikan dengan kaidah organisasi atau media massa.

Kaidah transliterasi tak digunakan untuk menuliskan kata/istilah yang terserap 
dalam bahasa Indonesia. "Kata subuh, asar, zuhur, syawal, ramadan, misal, taat, 
dan hadir tidak lagi kita pandang sebagai bahasa Arab karena sudah terserap 
dalam bahasa Indonesia," kata Gaffar.

Martin berharap, media massa memiliki ketaatan pada Pusat Bahasa sebagai 
institusi yang memiliki kewenangan untuk menetapkan kata yang benar. (tra)

Kirim email ke