*Milister FPK yang budiman.

Citizen Journalism di Kompasiana <http://www.kompasiana.com/dwiki> (27/10).
Gambar-gambar terkait posting ini silakan klik tautannya
(Disini<http://politik.kompasiana.com/2009/10/27/menggugat-kecenderungan-politik-kartel-indonesia/>
).*


SEMENJAK reformasi bergulir pasca kejatuhan rezim Soeharto pada 1998,
partai-partai politik di Indonesia cenderung membentuk sistem kepartaian
yang mirip kartel. Bukti-bukti yang terkumpul menunjukkan adanya lima ciri
kartel dalam sistem kepartaian di Indonesia, yakni: (1) Hilangnya peran
ideologi partai sebagai faktor penentu perilaku koalisi partai; (2) Sikap
permisif dalam pembentukan koalisi; (3) Tiadanya oposisi; (4) Hasil-hasil
pemilu hampir-hampir tidak berpengaruh dalam menentukan perilaku partai
politik; dan (5) Kuatnya kecenderungan partai untuk bertindak secara
kolektif sebagai satu kelompok. Kelima ciri tersebut, khususnya yang kelima,
berlawanan dengan sifat umum sistem kepartaian yang kompetitif.

Demikian gugatan yang dilontarkan oleh Direktur Eksekutif Lembaga Survei
Indonesia (LSI) Kuskridho Ambardi, salah seorang narasumber, pada diskusi
buku “*Mengungkap Politik Kartel*” di Grand Ballroom Hotel Kempinski
Jakarta, Selasa siang (27/10). Diskusi buku terbitan Kepustakaan Populer
Gramedia (KPG) itu juga menghadirkan narasumber lainnya: Priy0 Budi Santoso
(Wakil Ketua DPR-RI/Politisi Partai Golkar), Ganjar Pranowo (Wakil Ketua
Komisi II DPR/Politisi PDI Perjuangan), Dradjat Wibowo (Politisi PAN), dan
Syamsuddin Haris (Peneliti LIPI). Bertindak sebagai moderator, peneliti LSI
Burhanuddin Muhtadi.

Lebih lanjut Kuskridho mengungkapkan, partai politik di Indonesia cenderung
berkolusi ketimbang berkompetisi. Mereka membentuk sebuah kelompok yang
memiliki kecenderungan untuk melayani diri sendiri dibandingkan secara
individual mencoba mewakili beragam kepentingan kolektif yang ada di
masyarakat.

“Kompetisi antar partai politik yang hadir dalam arena politik menghilang
begitu partai politik memasuki arena pemerintahan (pembentukan kabinet) dan
arena legislatif. Komitmen ideologis dan programatik partai memudar saat
mereka membentuk koalisi pemerintahan,” papar Kuskridho yang meraih gelar
Doktor Ilmu Politik dari The Ohio State University pada 2008 itu.

Untuk menguatkan argumen dimaksud, katanya, koalisi yang terbentuk pun
tampil sebagai koalisi bongsor (*oversized coalition*) yang dibarengi dengan
absennya partai politik yang menjalankan fungsi oposisi.

“Penyebabnya, partai-partai tersebut secara kolektif memiliki kepentingan
untuk menjaga kelangsungan hidup mereka, yakni untuk membiayai
kegiatan-kegiatan politiknya. Untuk keperluan memobilisasi dana politik
itulah mereka secara bersama melakukan kolonisasi terhadap kabinet
pemerintahan dan kepemimpinan DPR karena posisi-posisi itu menyediakan rente
ekonomi,” tandas pengajar Fisipol UGM tersebut.

Sementara itu, Peneliti LIPI Syamsuddin Haris, menguatkan temuan-temuan
mencengangkan dari buku yang berasal dari disertasi doktor Kuskridho Ambardi
tersebut. Menurut Syamsuddin, gejala kartel terjadi di semua lini kehidupan
politik. Hal yang demikian semakin diperparah oleh sikap masyarakat yang
pragmatis. Karenanya mau tidak mau dan suka atau tidak suka, partai politik
pun dituntut untuk menyediakan dana-dana politik dari kegiatan rente
ekonomi.

Syamsuddin juga mengakui, pendanaan politik dari partai-partai yang ada
menunjukkan gejala tidak sehat. Dan sumbernya pun berasal dari
kalangan-kalangan terbatas. “Berpolitik memang memerlukan dana besar. Namun
perlu juga dibarengi bahwa dana politik itu sumbernya bersih. Bukan sumber
abu-abu dan hitam.”

Dikatakannya pula, di Indonesia ini politik belum dimaknai sebagai
pengabdian. Namun oleh beberapa kalangan dijadikan batu loncatan untuk
mendapatkan status lebih tinggi, sembari memupuk kapital yang lebih besar.
“Saya akan kutip kata-kata Bung Hatta bahwa jangan sampai terjadi partai
politik menjadi tujuan, sedangkan negara hanya menjadi alatnya” ujarnya
mengingatkan. (DSK: Dwiki
Setiyawan<http://dwikisetiyawan.wordpress.com/tentang-dwiki/>Kompasiana)

*****

Foto-foto Pendukung Peluncuran dan Diskusi Buku “*Mengungkap Politik Kartel*“,
di Grand Ballroom Hotel Kempinski Jakarta, Selasa siang (27/10):


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

=====================================================
Pojok Milis Komunitas Forum Pembaca KOMPAS [FPK] :

1.Milis Komunitas FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS

2.Topik bahasan disarankan bersumber dari http://cetak.kompas.com/ , 
http://kompas.com/ dan http://kompasiana.com/

3.Moderator berhak memuat,menolak dan mengedit E-mail sebelum diteruskan ke 
anggota

4.Moderator E-mail: agus.hamonan...@gmail.com agushamonan...@yahoo.co.id

5.Untuk bergabung: forum-pembaca-kompas-subscr...@yahoogroups.com

KOMPAS LINTAS GENERASI
=====================================================
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:forum-pembaca-kompas-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:forum-pembaca-kompas-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    forum-pembaca-kompas-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to