Hemat saya sebagai awam, kemunduran perkeretaapian disebabkan oleh pembangunan transportasi yang nampak terlalu menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur jalan raya, namun pada sisi lain menomorduakan pengembangan kereta api beserta sarana pendukungnya. Konsekwensi lanjut dari fenomena ini adalah terpicunya masyarakat untuk menggunakan sarana angkutan jalan raya baik dengan menggunakan kendaran umum maupun kendaraan pribadi. Akhirnya beban jalan raya mengalami peningkatan signifikan yang sekaligus menambah kemacetan di mana-mana.
Sekedar ilustrasi, berapa banyak jalur KA yang sudah ditutup karena dipandang tidak ekonomis? Saya kurang mengerti apa hitungan ekonomis dan tidak ekonomis. Namun di Malang saja, jalur trem Malang-Dampit, Malang-Tumpang dan Malang- Singosari sudah ditutup sejak lama. Ini belum termasuk jalur-jalur trem lainnya termasuk jalur trem di Jakarta, Surabaya, Semarang dll. Apakah ini bukan kemunduran? Kadang saya iri melihat negara tetangga, seperti Australia. Jika Indonesia memulai pembangunan jalur KA pada kira-kira tahun 1864 (di sekitar Semarang), Australia sudah memulainya pada kira-kira tahun 1850 an (jalur Melbourne-Port Melbourne). Jadi bisa dikatakan usia perkeretaapian kita sebaya dengan Australia. Akan tetapi jika Melbourne sampai sekarang masih mempertahankan trem sebagai angkutan publik, di Indonesia jalur trem sudah ditutup semua. Secara umum, pembangunan transportasi KA kita juga lumayan jauh tertinggal. Pendek kata, seandainya pembangunan maupun pemeliharaan KA beserta infrastrukturnya mendapat porsi lebih baik dari sekarang, mungkin dunia perkeretaapian Indonesia bisa lebih baik. Salam, ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Re: Rasio Kereta Api Tidak Manusiawi Posted by: "Kukuh Kumara" key...@yahoo.com Mon Oct 26, 2009 6:46 pm (PDT) Kompas mungkin bisa membantu dg file foto2 ttg kereta api kita yg menunjukkan karyawan2 yg sdg memperbaiki kereta api tanpa menggunakan perlengkapan keselamatan pribadi yg memadai (I.e cuma pakai sandal dan celana buntung). Ini bisa diartikan keselamatan karyawannya sendiripun diabaikan, apalagi yg lain. Lagi2 ini indikasi sangat lemahnya jajaran manajemen perusahaan, belum lagi sampai pada kompetensi, dlsb. Kemunduran dibanding dulu, sdh jelas, tahun 50 ada buku jadwal kereta api untuk seluruh jaringan kereta api di Indonesia, lengkap dgn "pink slip" peringatan bahwa jadwal perjalanan kereta api antara Jawa Barat dan Jawa Tengah mungkin akan ada keterlambatan karena adanya gangguan keamanan (DI-TII?) pada jalur2 tertentu. Kalau di thn 50an saja jadwal nya bisa ditepati, bahkan maskapai penerbangan Qantas pun berani pasang iklan di buku itu, ini menunjukkan kwalitas perusahaan yg dikelola dg baik. Bisa dibayangkan tingkat kemunduran kwalitas dan kompetensi pengelola kereta api saat ini dibanding di thn 50an. Padahal teknologi saat itu belumlah secanggih sekarang. Jadi salah satu kuncinya adalah SDM Salam Kukuh Powered by Telkomsel BlackBerry®