Assalam alaikum. Bank Dunia dalam salah satu publikasinya menyatakan bahwa dalam survey-nya, konsumsi/pembelian rokok di kalangan orang miskin menempati urutan kedua setelah beras, dan baru-baru ini pula diberitakan hal yang serupa. Dalam publikasi Bank Dunia tersebut disarankan agar harga rokok dinaikkan tinggi (bisa lewat mekanisme cukai), sehingga secara bertahap, walau industri rokok akan terkena imbas, namun di satu sisi, hal tersebut akan mengerem pembelian rokok oleh orang miskin. Orang miskin yang merokok akan berpikir ulang untuk membeli rokok dan dan memutuskan untuk membeli hal lain yang lebih penting, untuk keluarganya mungkin jika sudah berkeluarga, atau di tabung untuk hal lain. Secara aggregat (keseluruhan), uang yang beralih tersebut akan meng-offset kehilangan pada industri rokok. Mudah ditulis sulit dilaksanakan. Ekonomi RokokRokok sebagai sebuah komoditas telah membentuk tidak hanya suatu industri belaka, namun sebuah bentuk interaksi yang kompleks yang dapat dikatakan sebagai "ekonomi rokok". Dengan prinsip game theory: zero sum game (jika ada satu pihak yang menang pasti ada pihak yang kalah), begitu pula yang terjadi dalam ekonomi rokok. Perputaran uang sebagai suatu energi yang menggerakkan ekonomi rokok akan beralih ke dalam ekonomi lain, "ekonomi beras" misalnya atau lainnya, tanpa mengurangi jumlah uang secara aggregat. Uang dalam ekonomi rokok—yang telah menyumbangkan Rp 47,9 triliun (2008) dan melibatkan 12 juta orang (bekerja) mulai dari hulu sampai hilir dalam produksi dan perdagangan rokok—menurut Bank Dunia, akan beralih ke industri lain, yang justru lebih bermanfaat. Ekonomi rokok telah lama ada, dan tumbuh subur, melenakan sebagian besar dari 12 juta jiwa penduduk ke dalam comfort zone, atau lebih parah lagi menjadikan ekonomi rokok sebagai "thogut" (begitu kata Taufik Ismail, thogut 9 cm—8,5cm tepatnya) mereka. Sehingga upaya untuk memisahkan, jika tidak merampas, uang yang mengalir ke dalam ekonomi rokok akan menghadapi resistensi yang besar dari para penyembah "thogut" ini. Salah banget orang yang memfatwakan rokok makruh.....!!! Yang menjadi masalah dalam publikasi bank dunia di atas sebelumnya adalah, mereka tidak menyatakan bagaimana cara implementasi kebijakan tersebut secara detail dan lancar tanpa konflik—begitupun tulisan ini he he he he. Siapkah dua belas juta jiwa, direngut thogut-nya, direngut comfort zone nya untuk pergi ke ekonomi yang lebih baik...? Suatu industri atau lebih jauh suatu ekonomi (mungkin ekonomi kelapa sawit atau infratstruktur) harus disiapkan untuk menampung hijrahnya para thogut rokok yang mau bertobat.... dan mulai sepakatnya para ulama dalam pengharaman rokok, secara keras...Jika ingin mencoba lebih jauh....DPR harus didesak untuk merancang UU tentang rokok atau pemerintah (melalui) mengeluarkan peraturan pemerintah yang mengatur produksi, peredaran dan perdagangan serta konsumsi rokok.... Memang "hebat" thogut 8,5 cm ini....
--- Pada Sel, 6/7/10, adin surachim <adinsurac...@yahoo.com> menulis: Dari: adin surachim <adinsurac...@yahoo.com> Judul: {FoSSEI} tuhan 9 senti (puisi karya taufik Ismail) Kepada: partai-keadilan-sejaht...@yahoogroups.com, fossei@yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 6 Juli, 2010, 9:34 PM http://omanrusmana.blogspot.com/2009_12_01_archive.html rokok tuhan Sembilan Senti oleh: Taufiq Ismail Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankanbagi orang yang tak merokok, Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok, Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’imsangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidupbagi orang yang tak merokok, Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala sekolah ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok, Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok, di kereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok, Negeri kita ini sungguh nirwanakayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat beratbagi orang yang tak merokok, Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita, Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran di toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok, Bercakap-cakap kita jarak setengah metertak tertahankan asap rokok, bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok, Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannyaketimbang HIV-AIDS, Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asaptembakau itu, Bisa ketularan kena, Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok, Istirahat main tenis orang merokok,d i pinggir lapangan voli orang merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil,pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola,mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok, Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil ‘eek’ orang goblok merokok, di dalam lift gedung 15 tingkatdengan tak acuh orang goblok merokok, di ruang sidang ber-AC penuh,dengan cueknya,pakai dasi,orang-orang goblok merokok, Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidupbagi orang yang tak merokok, Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,diam-diam menguasai kita, Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil,sembilan senti panjangnya, putih warnanya, ke mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya, Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan merekamemegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal? Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i. Kalau tak tahan, Di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr.Khamr diharamkan. 15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan. 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan? Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol,sudah ada babi, tapi belum ada rokok. Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan, Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,yaitu ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk, Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia matikarena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbang bencana banjir,gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba, Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya,bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya, Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub padatuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini, Rabbana,beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.