its very inspiring.



YAHYA  MUTTAQIN  
Baituzzakah Pertamina (BAZMA) PT.Pertamina EP Region Jawa
Jl. Raya Klayan No.01 Cirebon - Jawa Barat. Telp. 0231-205051 ext.2315
e-mail, FS & FB   : john_88dis...@yahoo.com
        mobile  phone       : 0852-24101896 & 0231-9196504




--- Pada Rab, 14/7/10, Hendra Aljundi <hendra_alju...@yahoo.com> menulis:

Dari: Hendra Aljundi <hendra_alju...@yahoo.com>
Judul: {FoSSEI} Rencana Allah Itu Indah
Kepada: "FoSSEI FoSSEI" <fossei@yahoogroups.com>
Cc: "assalam mem...@yahoogroups" <assalam_mem...@yahoogroups.com>
Tanggal: Rabu, 14 Juli, 2010, 7:24 AM







 



  


    
      
      
      Rencana Allah Itu Indah

                        

                                
                                Oleh Eko Prasetyo

                                Ketika
tengah mengerjakan tugas kantor malam itu, ponsel saya berbunyi. Ada
pesan pendek. Bunyinya: ”Mas, cepat pulang ya, perutku sakit banget.”
Rupanya pesan tersebut berasal dari istri saya. Saya agak ragu untuk
mengiyakan. Sebab, saat itu belum waktunya jam pulang alias belum
deadline. Saya masih harus menyelesaikan editing berita. Jam
menunjukkan pukul sekitar 22.00. Dalam kebimbangan itu, ponsel saya
kembali berbunyi. Istri saya kembali mengeluh sakit dan minta diantar
ke rumah sakit.
”Sebentar sayang, aku selesaikan mengedit satu berita dan segera
pulang,” balas saya. Tanpa pikir panjang, saya meminta izin kepada
atasan untuk pulang dengan alasan mengantarkan istri ke rumah sakit.
Alhamdulillah, saya mendapatkan izin pulang.
Sesampai di rumah, saya melihat istri saya sudah lemas dan menangis.
Wajahnya pucat sekali, seperti menahan sakit yang amat sangat. Dia
mengeluhkan sakit pada bagian perut. Kami menduga bahwa itu adalah
sakit maag.
Saya membawa istri saya ke rumah sakit terdekat di daerah Sepanjang,
Sidoarjo. Di sana, dia diagnosis terkena radang lambung. Diduga, luka
pada lambunglah yang membuat istri saya mengeluh sakit. Setelah
diperiksa dan mendapatkan obat, kami pulang.
Sekitar pukul tiga dini hari, istri saya terbangun dan kembali
merintih sakit. Kali ini, dia merasakan sakit yang lebih hebat daripada
sebelumnya. Terus terang, saya agak panik waktu itu. Saya lantas
mengambil botol, lantas saya isi dengan air hangat. Berikutnya, saya
mendekapkannya pada perutnya. Namun, istri saya tetap mengeluhkan
sakit. Jadilah, pagi itu saya begadang merawat istri dan menenangkannya.
Paginya, pukul 06.00, saya kembali membawanya ke dokter di daerah
Kodam Brawijaya. Alhamdulillah, setelah mendapatkan perawatan intensif,
istri saya tidak mengeluhkan sakit serupa. Saya kemudian mewanti-wanti
istri saya untuk menjaga pola makannya agar maag tersebut tidak kambuh.
Sejujurnya, malam sebelum ketika istri saya sakit tersebut, di
dompet saya hanya ada uang Rp 15 ribu. Sesaat sebelum saya izin pulang
ketika itu, saya diberi uang yang jumlahnya lumayan oleh seorang
pejabat di redaksi. Saya baru mafhum bahwa itu adalah uang terima kasih
karena saya telah membantunya dalam persiapan seminar internasional.
Beliau kebetulan menjadi salah satu narasumbernya.
Saya betul-betul tak menyangkanya. Mungkin, ini pertolongan dari
Allah SWT semata. Kerap kali, saya mengalami hal-hal yang kadang sulit
diterima akal sehat. Misalnya, ketika tak punya uang dan saya
membutuhkannya, ada saja rezeki berupa materi yang datang.
Dulu, ketika memiliki adik asuh yang yatim piatu, rezeki itu
seolah-olah tak henti menyapa. Jika dinalar dengan logika, gaji saya
mungkin tak cukup untuk membantunya. Apalagi, saat itu, saya masih
punya cicilan kredit motor dan utang lainnya.
Karena itu, hingga kini, saya tak bosan meminta istri saya untuk
rajin bersedekah selagi masih sehat. Sebab, Allah tentu akan mengganti
sedekah ikhlas dengan berlipat-lipat. Saya sangat sadar bahwa dalam
setiap hasil keringat ini ada hak orang duafa dan anak yatim. Meskipun
hanya menjadi buruh dengan penghasilan tak seberapa, saya berjanji
untuk berusaha menjaga hak-hak mereka. Ketika bersedekah, saya tak
berharap menerima pertolongan seperti ketika istri saya sakit tadi.
Mudah-mudahan selalu dan tetap seperti itu.
”Ya Allah luruskan niatku dalam memelihara cinta-Mu dengan tanggung
jawabku sebagai anak, suami, ayah, dan pemimpin bagi keluargaku.” Amiin.



    
     

    
    


 



  





Kirim email ke