=========================== F R I E N D S H I P =========================== Original Sender : "M Fahmi Aulia" <[EMAIL PROTECTED]> ---------------------------------------------------------------- From: Andrianto Soekarnen Sent: Friday, May 26, 2000 9:48 PM Subject: [ALUMNI-FI] About the IMF ... > Pentingnya IMF bagi negeri ini bisa kita lihat dari lokasi kantornya. Di lingkungan perkantoran Bank Indonesia di Jl. M.H. Thamrin No. 2, ada sebuah gedung lama yang dinamakan gedung Tipikal. Di lantai satu gedung itu, berkantorlah Jakarta Office International Monetary Fund atau Kantor Perwakilan IMF di Jakarta. Mengepalai kantor itu, John R. Dodsworth, kepala perwakilan IMF di Jakarta atau dalam istilah bahasa Inggrisnya Senior Resident Representative Jakarta Office. > > Namun demikian, berbeda dengan kebiasaan kantor-kantor pejabat tinggi negeri kita, kantor IMF ini tampak sederhana dan seadanya. Kantor itu tampak luas karena perabotannya memang minim. Kantor itu lebih menyerupai ruang dosen di universitas. Ruang kerja Dodsworth sendiri cukup sederhana. Luasnya sekiar 4 X 4 meter. Tidak ada ornamen atau hiasan khusus di sana. Hanya beberapa buah lukisan biasa-biasa saja yang tergantung di dinding. > > Lulusan Ph.D bidang ekonomi University of York tahun 1976 ini sudah 22 tahun bekerja di IMF sejak 1978. Sebelum pindah ke tanah air, Dodsworth -53 tahun- menjabat sebagai kepala perwakilan IMF di Korea (sejak 1998). Sebelum masuk IMF, Dodsworth mengajar di University of West Indies, University of York dan University of Stirling (1972 - 1977). Publikasi yang sempat dia tulis diantaranya, Vietnam: Transition to a Market Economy yang dimuat di IMF Occasional Papers (1996) dan Hong Kong: Growth, Structural Change, and Economic Stability yang dimuat di IMF Occasional Papers (1997). > Berikut petikan wawancara dengan John Dodsworth, Senin 22 Mei pagi yang lalu. > > T: Minggu lalu Lex Rieffel, mantan pakar ekonomi IMF, datang ke Jakarta. Dia IMF menuduh bersikap arogan dan berlaku seolah-olah dokter terbaik di dunia. Nyatanya banyak target program pemerintah dan IMF tidak tercapai. Apa komentar Anda terhadap pernyataan itu? > J: Saya pikir IMF tidaklah arogan. Tak ada orang yang bisa mengklaim dirinya tidak berbuat kesalah. Kalau anda manusia berarti anda bisa berbuat salah. Dan IMF pun bisa berbuat salah. Tapi saya pikir kehadiran kami di Asia dan Indonesia selama 2 tahun terakhir ini cukup kontruktif dan membantu. Saya, secara pribadi, berpikir kalau saja tidak mengalami banyak hambatan Indonesia berpotensi keluar dari krisis ini secara lebih cepat. Ketika krisis mulai terjadi (pertengahan 1997) saya memang tidak berada di sini tapi di Korea. Tapi saya pikir badan ini (IMF) telah bekerja dengan baik dalam menstabilkan situasi yang waktu itu mungkin akan menjadi tak terkontrol. Indonesia memerlukan banyak lebih banyak waktu untuk menstabilkan situasi dibandingkan Korea dan Thailland. Itu wajar karena Indonesia berada keadaan yang labil. Kondisi politik tidak stabil karena dalam transisi. Makanya diperlukan waktu lebih lama bagi Indonesia untuk mencapai posisi star yang sebenarnya. Kalau anda ingat bagaimana buruknya kondisi Indonesia saat krisis datang dan bagaimana negeri ini menuju hyperinflasi, saya pikir program yang dijalankan sangat membantu dalam menstabilkan keadaan. Sekarang kita tugas sudah berubah. Sekarang kita mencoba membuat ekonomi tumbuh secara lebih cepat. Tapi tugas awal kita adalah stabilisasi yang sekarang sudah tercapai. Jadi bisa anda bayangkan. Kami mendapat banyak kritik. Kami berusaha menjawab kritik-kritik itu. Kami berusaha bersikap terbuka pada fakta bahwa ada beberapa kesalahan yang dilakukan dan beberapa hal baik telah dilakukan. > > T: Bisa anda ceritakan sedikit pengalaman Anda di Korea itu. Apa yang membuatnya berbeda dengan kondisi di Indonesia? > J: Di Korea, pada saat krisis (datang) ada pergantian pemerintahan. Waktu itu terpilih presiden dengan posisi yang kuat. Maka ada kesempatan untuk melakukan banyak hal. Kebijakan-kebijakan baru dibuat dalam 3 sampai 4 bulan pertama program kami di Korea. Di sana juga ada dukungan publik yang kuat. Di Indonesia kami menemukan kondisi yang berbeda. Politik di sini dalam masa transisi. Tidak ada kepemimpinan yang jelas yang bisa membawa Indonesia keluar dari krisis. Saya pikir dalam 2 tahun itu Indonesia mendapatkan sesuatu yang besar karena sedang berjalan menuju demokrasi. Itu "keuntungan besar" yang didapat Indonesia. Tapi itu juga menghilangkan kesempatan untuk bergerak cepat keluar dari krisis. Di Korea ada dukungan politik untuk menerapkan suatu kebijakan baru dengan lebih cepat. Di Indonesia lebih sulit. Tapi saya pikir ini sekarang sudah mulai berjalan. > > T: Apa sebenarnya problem utama ekonomi Indonesia? > J: Ada empat hal. Pertama, sistem perbankan yang tidak berjalan. Kedua, terdapat banyak sekali hutang swasta. Hutang swasta itu macet. Ketiga, karena pemerintah harus merekapitalisasi bank maka itu menghasilkan defisit anggaran. Keempat, ada masalah korupsi. > > T: Apa program untuk menyelesaikan masalah ini? > J: Anda tahu programnya berisi banyak hal. Letter of Intent sudah dipublikasikan dan kami masyarakat untuk membacanya. LoI ini merupakan kemajuan besar dibandingkan yang terdahulu. > > T: Tapi dalam bahasa yang mudah dimengerti (simple words), apa saja program itu? > J: Pertama, kami mencoba memberi lebih banyak modal kepada sistem perbankan dan memantau secara lebih ketat bank-bank itu. Kedua, kami mencoba memilih-milih anggaran dan menjual aset di BPPN untuk menutup defisit anggaran. Hutang pemerintah harus terkontrol. Ketiga, kami mencoba merestrukturisasi hutang swasta sehingga perusahaan bisa menarik modal lagi. Pada saat bersamaan kami mencoba membenahi korupsi di lingkungan pemerintahan. Kami mencoba mengembalikan kepercayaan masyarakat pada institusi publik. > > T: Mengapa ada keterlambatan dalam penandatanganan LoI itu? > J: Memang ada keterlambatan selama 2 bulan. Alasannya karena tindakan yang dijanjikan pemerintah tidak bisa diselesaikan secepat dijadwalkan. Maka ada keterlambatan. Keterlambatan ini cukup bisa dimengerti karena kabinet ini masih baru. Para menteri datang dari berbagai partai politik. Oleh karena itu penandatangan harus ditunda. Setelah penundaan ternyata ada lebih banyak tindakan. Faktanya dalam 6 - 8 minggu banyak tindakan dilakukan. Saya sendiri tidak tahu mengapa bisa demikian. Presiden mengatakan akan melakukan kontrol sendiri. Tim ekonomi mulai bekerja bersama. > > T: Apakah anda melihat masuknya dua menteri baru memberi kontribusi posistif terhadap kinerja tim ekonomi yang anda katakan mulai cepat itu? > J: Pergantian itu tidak secara otomatis berhubungan dengan tindakan pemerintah tadi. Terlalu cepat memberi pernyataan soal itu. IMF pada dasarnya bekerjasama dengan pemerintah dan bekerjasama soal kebijakan pemerintah. Kami tidak bekerjasama dengan orang secara personal. Bukan tugas saya mengatakan orang ini bagus atau tidak. Kami bekerjasama soal kebijakan. > > T: Saya dengar sehari setelah diganti, Laksamana Sukardi sempat bertemu IMF. Apa yang dibicarakan? > J: Saya pribadi tidak melakukan pertemuan itu. Mungkin saja orang lain dari IMF. Tapi secara lembaga tidak ada pertemuan. > > T: Setelah LoI ini ditandatangani, pertanyaan masyarakat adalah kapan uangnya dicairkan. > J: Executive Board (IMF) dijadwalkan besidang untuk membicarakan masalah Indonesia 2 Juni nanti. Uangnya akan dicairkan beberapa hari setelah itu. > > T: Apakah pemerintah benar-benar membutuhkan pencairan dana itu? > J: Tidak. Pemerintah akan membutuhkan dana ini untuk masa yang akan datang. Apakah dana ini datang dalam sebulan atau sebulan kemudian lagi tidak memberi perbedaan berarti. Indonesia punya 16 miliar dollar sebagai cadangan devisa. Apa artinya dana 400 juta dollar. Tapi dalam 3 tahun, dana (dari IMF) akan mencapai 5 miliar dollar. Angka itu besar. > > T: Dalam keseluruhan proses pemulihan ini, apa sebenarnya peran dari IMF? > J: Dalam keseluruhan proses pemulihan, saya melihat kita sudah berhasil menyelesaikan tahap pertama yaitu stabilisasi. Sekarang kita membantu pemerintah menyelesaikan tahapan yang sulit yaitu reformasi struktural. Kami memberikan bantuan teknis dan memberi semangat kepada pemerintah. Ini bukan sekedar masalah bantuan dana. Kami juga memperkenalkan situasi dan pengalaman dari berbagai negara. Saya sendiri membawa pengalaman saya di Korea. Kami membawa banyak keahlian untuk membantu pemerintah dalam menformulasikan kebijakannya. > > T: Tapi sampai kapan pemerintah memerlukan bantuan IMF itu? > J: Kami mempunyai program 3 tahun sampai Februari 2003. Diperlukan banyak waktu untuk menyelesaikan program itu karena programnya sendiri cukup ambisius. Indonesia masih memerlukan banyak reformasi struktural agar ekonomi berjalan baik. Korea dan Thailland sekarang sudah bergerak dengan programnya sendiri. Indonesia belum berada pada posisi itu. Indonesia memerlukan waktu lebih banyak. Saya tidak tahu berapa lama. > > T: Jadi sampai 2003? > J: Saya tidak tahu apakah saat itu Indonesia sudah dapat "lulus" dari bantuan IMF. Bisa saja lebih cepat dari programnya sendiri. > > T: Dalam kurun waktu itu, apakah Indonesia bisa mencapai kondisi ekonomi yang sama dengan sebelum krisis? > J: Bisa melebihi. Dalam masa 3 tahun itu Indonesia harus bisa menjaga pertumbuhan ekonominya. > > T: Sebuah artikel di majalah Time berjudul "IMF, Dr. Death?" menyebut IMF bisa memberikan shock therapy pada ekonomi tapi tidak bisa membantu rakyat miskin. Bagaimana sebenarnya komitmen IMF terhadap pemberantasan kemiskinan? > J: Memberantas kemiskinan adalah salah satu tujuan utama kami di Indonesia. Itu dilakukan melalui program yang dibuat. Bila kita tidak menolong mereka yang miskin maka kita akan menghadapi ketidakstabilan sosial. Tidak ada program ekonomi yang bisa berjalan tanpa stabilitas sosial. Jadi saya pikir komitmen kami dalam membantu orang miskin sudah terbukti. Sejak awal IMF sangat peduli akan kondisi food security (cadangan pangan). Kondisi cadangan pangan di masa krisis harus diperhatikan dan kami punya program yang bagus untuk membantu kelompok miskin dalam memenuhi kebutuhan beras. Saya pikir itu salah satu program yang berhasil dicapai di Indonesia. Program distribusi beras itu mempunyai sasaran yang tepat. Program ini benar-benar sampai pada mereka yang berhak. Tidak ada korupsi di dalamnya. Ini program yang bagus. Kelompok miskin sangat terpengaruh oleh meningkatnya harga-harga. Harga beras sangatlah penting di Indonesia. Kami setuju beras (impor) harus dikenai bea masuk 25% pajak. Tapi bertahan kenaikan tarif itu harus membantu petani untuk meningkatkan pendapatan. Kami juga bertahan (pada angka) karena kami percaya harga beras harus tetap rendah untuk membantu konsumen dan petani yang produksinya tidak mencukupi kebutuhannya. > > T: Bagaimana soal BBM? > J: Ketika Jum'at sore itu presiden memutuskan untuk menunda pelaksanaan penghapusan subsidi BBM, kami mengatakan bahwa kami sangat fleksibel mengenai hal ini. Kami ingin hanya mereka yang berhak yang menerima subsidi. Makanya pemerintah memikirkan mekanisme apa yang cocok untuk melindungi mereka yang miskin dari pencabutan subsidi ini. Subsidi lama harus dikurangi karena anggran belanja Indonesia tidak bisa menanggung beban subsidi itu. Kita harus sangat hati-hati agar dalam pengurangan subsidi itu kita harus tetap melindungi rakyat miskin. Kami punya fleksibilitas khususnya bagi kondisi seperti di Indonesia karena demokrasi di sini baru tumbuh. Dalam kondisi seperti itu sangatlah penting kebijakan ekonomi tidak dibuat terlalu radikal agar tidak memancing instabilitas sosial dan politik. Kadang anda punya ide yang bagus tapi tidak sesuai dengan kondisi yang ada. Sekali lagi, kami sangat fleksibel dalam berbagai masalah. Tapi kalau soal korupsi, untuk kebaikan Indonesia sendiri, kami tidak bisa bersikap fleksibel. Misalnya soal Bank Bali. Waktu itu kami tidak punya pilihan kecuali menunda program karena masalah korupsi bisa menghancurkan program itu sendiri. Saya harap kami tidak akan menemukan masalah seperti itu di masa yang akan datang. > > T: Bagaimana Anda melihat keadaan sekarang di bawah presiden Abdurrahman Wahid? Banyak isu KKN yang sekarang beredar di masyarakat. > J: Saya pikir semua itu muncul ke permukaan karena kebebasan pers. Tapi saya bukan investigator. Saya melihat ada berbagai usaha pemerintah untuk mengatasi masalah ini sudah berjalan baik di bawah kejaksaan agung. Ada juga ombudsman. Tapi tentunya kebebasan pers adalah yang terpenting. > > T: Bicara soal demokrasi. Sepenting apa demokrasi itu bagai IMF? Apakah IMF bisa memberikan bantuan kepada negara yang tidak demokratis? > J: IMF melayani semua anggotanya. Tapi memang politik dan ekonomi mempunyai hubungan yang erat. Dan kami mengaku ini kesempatan besar bagi Indonesia untuk mendirikan demokrasi. Mengenai demokrasi, saya bisa katakan bahwa Indonesia punya dukungan yang besar dari negara-negara besar di dunia. Indonesia didukung Jepang, Amerika, dan negara Eropa. Dan negara-negara itu adalah anggota IMF juga. > > T: Jika Indonesia tidak demokratis, apakah konsep pasar bebas bisa diterapkan di sini? > J: Saya tidak mau berspekulasi Indonesia menjadi sebuah negara selain negara yang demokratis. Kita tidak perlu berandai-andai seperti itu. > > T: Kelompok radikal baru, mereka yang berdemo di Seattle (saat pertemuan WTO) dan Washington (ketika pertemuan Bank Dunia- IMF), adalah pemrotes terpenting dari proses globalisasi yang didukung IMF. Bagaimana anda melihat mereka? > J: Sepuluh tahun terakhir ini IMF benar-benar merubah cara kerja mereka. Dulu kami tak menghiraukan kritikan yang datang. Kami berpegang teguh pada argumentasi kami. Sekarang kami menghadapi ajang perdebatan dan kritik. Kami mencoba membuat mereka mengerti apa yang kita pikirkan dan mencona mengerti apa yang mereka pikirkan. Selama ini perbedaan itu muncul karena kurang saling pengertian dari kedua belah pihak. Saya pikir kami harus bekerja lebih baik lagi dalam menjelaskan apa itu IMF dan mengapa kami melakukan sesuatu hal di sebuah negara. Di Indonesia, kami mencoba menangkap apa beberapa LSM coba katakan kepada kami. Saya bicara dengan banyak LSM. Saya mencoba mengerti dan mencoba menjelaskan. > > T: Sejauh ini, apa pendapat Anda terhadap kritik para LSM itu? > J: Saya lihat mereka lebih kritis di surat kabar dibandingkan bila bertemu langsung. Lebih banyak saling pengertian bila anda bicara langsung. Saya sudah bekerja untuk IMF selama 22 tahun dan saya melihat orang-orang di lembaga ini bekerja keras untuk kebaikan negara yang dibantu. Ada yang bilang IMF sedang berusaha menjinakan suatu negara. Untuk apa kami melakukan itu? Saya merasakan sendiri alasan saya bekerja di lembaga ini adalah untuk membantu negara yang bersangkutan. Tidak ada alasan lain. Banyak teori konspirasi yang ditujukan kepada kami. Ada yang mengatakan kami antek Amerika atau perusahaan besar multinasional. Secara pribadi saya rasa semua itu tidak dasarnya. > > T: Tapi bukankah IMF sepaham dengan ide globalisasi dan pasar bebas? > J: Kami percaya globalisasi akan memberikan keuntungan yang besar, setidaknya itu dibuktikan di Asia selama 30 tahun. Hal itu disebabkan terbukanya akses kepada modal. Sekarang, krisis Asia memberitahu kita bahwa hal itu belum siap untuk terjadi. Kita harus bisa mengatasi permasalah yang timbul akibat krisis Asia ini. Tapi kami boleh berpikir semuanya akibat globalisasi dan membuang ide itu begitu saja. Kita semua akan sangat dirugikan apabila melakukan hal itu. > > T: Bagaimana pasar global bisa memberikan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia khususnya bagi negara dunia ketiga seperti Indonesia yang sudah jauh tertinggal dari negara maju? > J: Tapi Indonesia tumbuh dengan sangat cepat. Selama 30 tahun dia tumbuh dengan begitu cepat. Begitu pula dengan negara Asia Barat lainnya. Jadi ada hal yang baik dalam hal ini. Tapi ada pula kebijakan-kebijakan buruk yang membuat negara dalam kondisi labil. Dalam kasus Indonesia, IMF menemukan tingkat kelabilan yang sangat besar. Hal ini tidak perlu terjadi bila sistem perbankan berjalan benar dan tidak ada KKn dalam pemerintahan. Apabila hal-hal seperti itu tidak terjadi, maka Indonesia akan berada pada posisi yang jauh lebih baik dan bisa keluar dari krisis ini secara lebih cepat. Kondisi sekarang ini adalah akibat serius dari kebijakan-kebijakan keliru yang diambil sebelum krisis, bukan hanya akibat globalisasi. > > T: Melihat kondisi sekarang, apakah Indonesia akan siap mengahadapi pasar bebas APEC di tahun 2020? > J: Itu masih lama sekali. Sulit bagi saya memprediksi sejauh itu. tugas saya adalah melihat kondisi dari satu minggu ke minggu yang lain. Yang saya lebih pikirkan adalah apa yang akan terjadi 3 bulan ke depan. Anda harus tahu betapa besarnya potensi yang dipunyai negara ini. Dalam beberapa bulan terakhir ini fokus masyarakat lebih banyak ditujukan ke masalah politik daripada masalah ekonomi. Banyak hal telah dicapai di bidang ekonomi tapi terlupakan. Kalau anda melihat inisiatif Jakarta, pengangkatan hakim ad hoc, dsb, sebenarnya banyak hal yang telah dicapai. Tapi sedikit sekali yang muncul di surat kabar. Surat kabar lebih berpikir memuat berita politik. Padahal tim ekonomi sudah bekerja sangat keras dan mereka harus mendapatkan apresiasi. Ketika baru mulai, semua orang mengkritik tim ekonomi dan tuan Kwik. Sekarang setelah kebijakan dapat diimplementasikan, kita tak melihat penghargaan diberikan oleh suratkabar. Ekonomi sebenarnya sudah ada di jalur yang benar. Inflasi sangat rendah. Saya tidak tahu. Tapi nampaknya kabar baik tak bisa dijual di surat kabar. > > T: Kurs adalah suatu hal yang penting. Sekarang rupiah menurun tajam. Apakah ini disebabkan masalah ekonomi atau politik? > J: Saya pikir masalahnya sentimen pasar. Masalahnya selama sepuluh pekan terakhir ini tidak ada kepercayaan akan proses recovery. Apa yang perlu pemerintah lakukan adalah membuat track record yang baik dalam mengimplementasikan kebijakan yang sudah dibuat. Dari situ para investor akan kembali dan mendukung rupiah. Saya melihat banyak masalah politik yang terjadi dari hari ke hari. Ada masalah antar partai dan sebagainya. Dan itu ikut berpengaruh padahal fundamental ekonomi Indonesia tidaklah buruk. Pertumbuhan ekonomi trimester pertama mencapai 4%. Sebenarnya kondisi ekonomi sudah membaik tapi diperburuk oleh masalah politik. > > T: Jadi masalah buruknya keadaan ekonomi sekarang bukan karena masalah ekonomi sendiri tapi karena masalah politik? > J: Ekonomi sudah berada di jalur yang benar. Saya pikit pemerintah harus membuat track record soal komitmennya dalam mengimplementasikan program yang sudah dibuat. Maka sentimen pasar akan kembali. > > T: Ketika LoI ditandatangani rupiah tidak juga menguat! > J: Ada perlambatan. Rupiah berhenti jatuh. Ada ada stabilisasi sejak LoI ditandatangani. Tapi ini memang bukan hanya masalah penandatanganan LoI. Ini juga tersangkut keseriusan pemerintah dalam memulihkan ekonomi. > > T: Bagaimana anda melihat persoalan keamanan? Kita lihat akhir-akhir ini terjadi beberapa kali kerusuhan. > J: Ada ketegangan sosial yang muncul ke permukaan. Kondisi politik sekarang sangat berbeda dengan dulu. Indonesia sedang menuju demokrasi. Masalah seperti ini memang akan muncul. Tapi saya pikir hal itu bukan alasan bagi orang untuk mengatakan kondisi Indonesia tidak stabil. Saya pikir investor akan kembali secara perlahan atas keyakinan akan dasar kebijakan ekonomi. > > T: Sekarang para investor tampaknya masih menunggu. Sampai kapan? > J: Saya tidak tahu. Saya pikir pemerintah harus membuat semua orang mengerti apa sasaran yang ingin dicapainya dalam proses pemulihan ini. Sekarang masih ada kebingungan soal rencana ekonomi pemerintah. Kami memplubikasikan LoI. Itu memang sangat teknis. Tapi kami harap banyak yang mau membacanya dan menjelaskan kepada masyarakat apa yang hendak kita capai. > > T: Pelajaran apa yang anda dapat dari pengalaman di Indonesia ini? > J: Saya di sini selama kurang lebih 7 bulan. Sejauh ini saya mengerti bahwa Indonesia dalah sebuah negara yang kompleks. Dalam situasi yang kompleks kita harus hati-hati. Kita harus banyak mendengar. Untuk kondisi seperti ini saya pikir tidak ada solusi yang bisa kita dapatkan dari buku petunjuk. Kita harus mengerti situasinya sebelum merekomendasikan sesuatu. > > T: Apakah sekarang anda sudah mengerti keadaannya? > J: Belum. Saya memerlukan beberapa tahun untuk benar-benar mengerti soal Indonesia. Tapi tentunya sekarang saya lebih banyak mengerti dibandingkan saat pertama kali saya datang. > @)--`--,--lemet ---------------------------------------------------------------- Friendship MailingList is provided by PT Centrin Utama Maintained by : [EMAIL PROTECTED] To Post a msg : Mail to [EMAIL PROTECTED] To Unsubscribe : Mail to [EMAIL PROTECTED] . BODY : unsubscribe <Mailing List Name> For more information, send mail to [EMAIL PROTECTED] with "HELP" in the BODY of your mail (without quote). ----------------------------------------------------------------