===========================
F R I E N D S H I P
===========================
Original Sender  : "M Fahmi Aulia" <[EMAIL PROTECTED]>
----------------------------------------------------------------


From: Andrianto Soekarnen
Sent: Friday, May 26, 2000 9:48 PM
Subject: [ALUMNI-FI] About the IMF ...


> Pentingnya IMF bagi negeri ini bisa kita lihat dari lokasi kantornya. Di
lingkungan perkantoran Bank Indonesia di Jl. M.H. Thamrin No. 2, ada sebuah
gedung lama yang dinamakan gedung Tipikal. Di lantai satu gedung itu,
berkantorlah Jakarta Office International Monetary Fund atau Kantor
Perwakilan IMF di Jakarta. Mengepalai kantor itu, John R. Dodsworth, kepala
perwakilan IMF di Jakarta atau dalam istilah bahasa Inggrisnya Senior
Resident Representative Jakarta Office.
>
> Namun demikian, berbeda dengan kebiasaan kantor-kantor pejabat tinggi
negeri kita, kantor IMF ini tampak sederhana dan seadanya. Kantor itu tampak
luas karena perabotannya memang minim. Kantor itu lebih menyerupai ruang
dosen di universitas. Ruang kerja Dodsworth sendiri cukup sederhana. Luasnya
sekiar 4 X 4 meter. Tidak ada ornamen atau hiasan khusus di sana. Hanya
beberapa buah lukisan biasa-biasa saja yang tergantung di dinding.
>
> Lulusan Ph.D bidang ekonomi University of York tahun 1976 ini sudah 22
tahun bekerja di IMF sejak 1978. Sebelum pindah ke tanah air, Dodsworth -53
tahun- menjabat sebagai kepala perwakilan IMF di Korea (sejak 1998). Sebelum
masuk IMF, Dodsworth mengajar di University of West Indies, University of
York dan University of Stirling (1972 - 1977). Publikasi yang sempat dia
tulis diantaranya, Vietnam: Transition to a Market Economy yang dimuat di
IMF Occasional Papers (1996) dan Hong Kong: Growth, Structural Change, and
Economic Stability yang dimuat di IMF Occasional Papers (1997).
> Berikut petikan wawancara dengan John Dodsworth, Senin 22 Mei pagi yang
lalu.
>
> T: Minggu lalu Lex Rieffel, mantan pakar ekonomi IMF, datang ke Jakarta.
Dia IMF menuduh bersikap arogan dan berlaku seolah-olah dokter terbaik di
dunia. Nyatanya banyak target program pemerintah dan IMF tidak tercapai. Apa
komentar Anda terhadap pernyataan itu?
> J: Saya pikir IMF tidaklah arogan. Tak ada orang yang bisa mengklaim
dirinya tidak berbuat kesalah. Kalau anda manusia berarti anda bisa berbuat
salah. Dan IMF pun bisa berbuat salah. Tapi saya pikir kehadiran kami di
Asia dan Indonesia selama 2 tahun terakhir ini cukup kontruktif dan
membantu. Saya, secara pribadi, berpikir kalau saja tidak mengalami banyak
hambatan Indonesia berpotensi keluar dari krisis ini secara lebih cepat.
Ketika krisis mulai terjadi (pertengahan 1997) saya memang tidak berada di
sini tapi di Korea. Tapi saya pikir badan ini (IMF) telah bekerja dengan
baik dalam menstabilkan situasi yang waktu itu mungkin akan menjadi tak
terkontrol. Indonesia memerlukan banyak lebih banyak waktu untuk
menstabilkan situasi dibandingkan Korea dan Thailland. Itu wajar karena
Indonesia berada keadaan yang labil. Kondisi politik tidak stabil karena
dalam transisi. Makanya diperlukan waktu lebih lama bagi Indonesia untuk
mencapai posisi star yang sebenarnya. Kalau anda ingat bagaimana buruknya
kondisi Indonesia saat krisis datang dan bagaimana negeri ini menuju
hyperinflasi, saya pikir program yang dijalankan sangat membantu dalam
menstabilkan keadaan. Sekarang kita tugas sudah berubah. Sekarang kita
mencoba membuat ekonomi tumbuh secara lebih cepat. Tapi tugas awal kita
adalah stabilisasi yang sekarang sudah tercapai. Jadi bisa anda bayangkan.
Kami mendapat banyak kritik. Kami berusaha menjawab kritik-kritik itu. Kami
berusaha bersikap terbuka pada fakta bahwa ada beberapa kesalahan yang
dilakukan dan beberapa hal baik telah dilakukan.
>
> T: Bisa anda ceritakan sedikit pengalaman Anda di Korea itu. Apa yang
membuatnya berbeda dengan kondisi di Indonesia?
> J: Di Korea, pada saat krisis (datang) ada pergantian pemerintahan. Waktu
itu terpilih presiden dengan posisi yang kuat. Maka ada kesempatan untuk
melakukan banyak hal. Kebijakan-kebijakan baru dibuat dalam 3 sampai 4 bulan
pertama program kami di Korea. Di sana juga ada dukungan publik yang kuat.
Di Indonesia kami menemukan kondisi yang berbeda. Politik di sini dalam masa
transisi. Tidak ada kepemimpinan yang jelas yang bisa membawa Indonesia
keluar dari krisis. Saya pikir dalam 2 tahun itu Indonesia mendapatkan
sesuatu yang besar karena sedang berjalan menuju demokrasi. Itu "keuntungan
besar" yang didapat Indonesia. Tapi itu juga menghilangkan kesempatan untuk
bergerak cepat keluar dari krisis. Di Korea ada dukungan politik untuk
menerapkan suatu kebijakan baru dengan lebih cepat. Di Indonesia lebih
sulit. Tapi saya pikir ini sekarang sudah mulai berjalan.
>
> T: Apa sebenarnya problem utama ekonomi Indonesia?
> J: Ada empat hal. Pertama, sistem perbankan yang tidak berjalan. Kedua,
terdapat banyak sekali hutang swasta. Hutang swasta itu macet. Ketiga,
karena pemerintah harus merekapitalisasi bank maka itu menghasilkan defisit
anggaran. Keempat, ada masalah korupsi.
>
> T: Apa program untuk menyelesaikan masalah ini?
> J: Anda tahu programnya berisi banyak hal. Letter of Intent sudah
dipublikasikan dan kami masyarakat untuk membacanya. LoI ini merupakan
kemajuan besar dibandingkan yang terdahulu.
>
> T: Tapi dalam bahasa yang mudah dimengerti (simple words), apa saja
program itu?
> J: Pertama, kami mencoba memberi lebih banyak modal kepada sistem
perbankan dan memantau secara lebih ketat bank-bank itu. Kedua, kami mencoba
memilih-milih anggaran dan menjual aset di BPPN untuk menutup defisit
anggaran. Hutang pemerintah harus terkontrol. Ketiga, kami mencoba
merestrukturisasi hutang swasta sehingga perusahaan bisa menarik modal lagi.
Pada saat bersamaan kami mencoba membenahi korupsi di lingkungan
pemerintahan. Kami mencoba mengembalikan kepercayaan masyarakat pada
institusi publik.
>
> T: Mengapa ada keterlambatan dalam penandatanganan LoI itu?
> J: Memang ada keterlambatan selama 2 bulan. Alasannya karena tindakan yang
dijanjikan pemerintah tidak bisa diselesaikan secepat dijadwalkan. Maka ada
keterlambatan. Keterlambatan ini cukup bisa dimengerti karena kabinet ini
masih baru. Para menteri datang dari berbagai partai politik. Oleh karena
itu penandatangan harus ditunda. Setelah penundaan ternyata ada lebih banyak
 tindakan. Faktanya dalam 6 - 8 minggu banyak tindakan dilakukan. Saya
sendiri tidak tahu mengapa bisa demikian. Presiden mengatakan akan melakukan
kontrol sendiri. Tim ekonomi mulai bekerja bersama.
>
> T: Apakah anda melihat masuknya dua menteri baru memberi kontribusi
posistif terhadap kinerja tim ekonomi yang anda katakan mulai cepat itu?
> J: Pergantian itu tidak secara otomatis berhubungan dengan tindakan
pemerintah tadi. Terlalu cepat memberi pernyataan soal itu. IMF pada
dasarnya bekerjasama dengan pemerintah dan bekerjasama soal kebijakan
pemerintah. Kami tidak bekerjasama dengan orang secara personal. Bukan tugas
saya mengatakan orang ini bagus atau tidak. Kami bekerjasama soal kebijakan.
>
> T: Saya dengar sehari setelah diganti, Laksamana Sukardi sempat bertemu
IMF. Apa yang dibicarakan?
> J: Saya pribadi tidak melakukan pertemuan itu. Mungkin saja orang lain
dari IMF. Tapi secara lembaga tidak ada pertemuan.
>
> T: Setelah LoI ini ditandatangani, pertanyaan masyarakat adalah kapan
uangnya dicairkan.
> J: Executive Board (IMF) dijadwalkan besidang untuk membicarakan masalah
Indonesia 2 Juni nanti. Uangnya akan dicairkan beberapa hari setelah itu.
>
> T: Apakah pemerintah benar-benar membutuhkan pencairan dana itu?
> J: Tidak. Pemerintah akan membutuhkan dana ini untuk masa yang akan
datang. Apakah dana ini datang dalam sebulan atau sebulan kemudian lagi
tidak memberi perbedaan berarti. Indonesia punya 16 miliar dollar sebagai
cadangan devisa. Apa artinya dana 400 juta dollar. Tapi dalam 3 tahun, dana
(dari IMF) akan mencapai 5 miliar dollar. Angka itu besar.
>
> T: Dalam keseluruhan proses pemulihan ini, apa sebenarnya peran dari IMF?
> J: Dalam keseluruhan proses pemulihan, saya melihat kita sudah berhasil
menyelesaikan tahap pertama yaitu stabilisasi. Sekarang kita membantu
pemerintah menyelesaikan tahapan yang sulit yaitu reformasi struktural. Kami
memberikan bantuan teknis dan memberi semangat kepada pemerintah. Ini bukan
sekedar masalah bantuan dana. Kami juga memperkenalkan situasi dan
pengalaman dari berbagai negara. Saya sendiri membawa pengalaman saya di
Korea. Kami membawa banyak keahlian untuk membantu pemerintah dalam
menformulasikan kebijakannya.
>
> T: Tapi sampai kapan pemerintah memerlukan bantuan IMF itu?
> J: Kami mempunyai program 3 tahun sampai Februari 2003. Diperlukan banyak
waktu untuk menyelesaikan program itu karena programnya sendiri cukup
ambisius. Indonesia masih memerlukan banyak reformasi struktural agar
ekonomi berjalan baik. Korea dan Thailland sekarang sudah bergerak dengan
programnya sendiri. Indonesia belum berada pada posisi itu. Indonesia
memerlukan waktu lebih banyak. Saya tidak tahu berapa lama.
>
> T: Jadi sampai 2003?
> J: Saya tidak tahu apakah saat itu Indonesia sudah dapat "lulus" dari
bantuan IMF. Bisa saja lebih cepat dari programnya sendiri.
>
> T: Dalam kurun waktu itu, apakah Indonesia bisa mencapai kondisi ekonomi
yang sama dengan sebelum krisis?
> J: Bisa melebihi. Dalam masa 3 tahun itu Indonesia harus bisa menjaga
pertumbuhan ekonominya.
>
> T: Sebuah artikel di majalah Time berjudul "IMF, Dr. Death?" menyebut IMF
bisa memberikan shock therapy pada ekonomi tapi tidak bisa membantu rakyat
miskin. Bagaimana sebenarnya komitmen IMF terhadap pemberantasan kemiskinan?
> J: Memberantas kemiskinan adalah salah satu tujuan utama kami di
Indonesia. Itu dilakukan melalui program yang dibuat. Bila kita tidak
menolong mereka yang miskin maka kita akan menghadapi ketidakstabilan
sosial. Tidak ada program ekonomi yang bisa berjalan tanpa stabilitas
sosial. Jadi saya pikir komitmen kami dalam membantu orang miskin sudah
terbukti. Sejak awal IMF sangat peduli akan kondisi food security (cadangan
pangan). Kondisi cadangan pangan di masa krisis harus diperhatikan dan kami
punya program yang bagus untuk membantu kelompok miskin dalam memenuhi
kebutuhan beras. Saya pikir itu salah satu program yang berhasil dicapai di
Indonesia. Program distribusi beras itu mempunyai sasaran yang tepat.
Program ini benar-benar sampai pada mereka yang berhak. Tidak ada korupsi di
dalamnya. Ini program yang bagus. Kelompok miskin sangat terpengaruh oleh
meningkatnya harga-harga. Harga beras sangatlah penting di Indonesia. Kami
setuju beras (impor) harus dikenai bea masuk 25% pajak. Tapi bertahan
kenaikan tarif itu harus membantu petani untuk meningkatkan pendapatan. Kami
juga bertahan (pada angka) karena kami percaya harga beras harus tetap
rendah untuk membantu konsumen dan petani yang produksinya tidak mencukupi
kebutuhannya.
>
> T: Bagaimana soal BBM?
> J: Ketika Jum'at sore itu presiden memutuskan untuk menunda pelaksanaan
penghapusan subsidi BBM, kami mengatakan bahwa kami sangat fleksibel
mengenai hal ini. Kami ingin hanya mereka yang berhak yang menerima subsidi.
Makanya pemerintah memikirkan mekanisme apa yang cocok untuk melindungi
mereka yang miskin dari pencabutan subsidi ini. Subsidi lama harus dikurangi
karena anggran belanja Indonesia tidak bisa menanggung beban subsidi itu.
Kita harus sangat hati-hati agar dalam pengurangan subsidi itu kita harus
tetap melindungi rakyat miskin. Kami punya fleksibilitas khususnya bagi
kondisi seperti di Indonesia karena demokrasi di sini baru tumbuh. Dalam
kondisi seperti itu sangatlah penting kebijakan ekonomi tidak dibuat terlalu
radikal agar tidak memancing instabilitas sosial dan politik. Kadang anda
punya ide yang bagus tapi tidak sesuai dengan kondisi yang ada. Sekali lagi,
kami sangat fleksibel dalam berbagai masalah. Tapi kalau soal korupsi, untuk
kebaikan Indonesia sendiri, kami tidak bisa bersikap fleksibel. Misalnya
soal Bank Bali. Waktu itu kami tidak punya pilihan kecuali menunda program
karena masalah korupsi bisa menghancurkan program itu sendiri. Saya harap
kami tidak akan menemukan masalah seperti itu di masa yang akan datang.
>
> T: Bagaimana Anda melihat keadaan sekarang di bawah presiden Abdurrahman
Wahid? Banyak isu KKN yang sekarang beredar di masyarakat.
> J: Saya pikir semua itu muncul ke permukaan karena kebebasan pers. Tapi
saya bukan investigator. Saya melihat ada berbagai usaha pemerintah untuk
mengatasi masalah ini sudah berjalan baik di bawah kejaksaan agung. Ada juga
ombudsman. Tapi tentunya kebebasan pers adalah yang terpenting.
>
> T: Bicara soal demokrasi. Sepenting apa demokrasi itu bagai IMF? Apakah
IMF bisa memberikan bantuan kepada negara yang tidak demokratis?
> J: IMF melayani semua anggotanya. Tapi memang politik dan ekonomi
mempunyai hubungan yang erat. Dan kami mengaku ini kesempatan besar bagi
Indonesia untuk mendirikan demokrasi. Mengenai demokrasi, saya bisa katakan
bahwa Indonesia punya dukungan yang besar dari negara-negara besar di dunia.
Indonesia didukung Jepang, Amerika, dan negara Eropa. Dan negara-negara itu
adalah anggota IMF juga.
>
> T: Jika Indonesia tidak demokratis, apakah konsep pasar bebas bisa
diterapkan di sini?
> J: Saya tidak mau berspekulasi Indonesia menjadi sebuah negara selain
negara yang demokratis. Kita tidak perlu berandai-andai seperti itu.
>
> T: Kelompok radikal baru, mereka yang berdemo di Seattle (saat pertemuan
WTO) dan Washington (ketika pertemuan Bank Dunia- IMF), adalah pemrotes
terpenting dari proses globalisasi yang didukung IMF. Bagaimana anda melihat
mereka?
> J: Sepuluh tahun terakhir ini IMF benar-benar merubah cara kerja mereka.
Dulu kami tak menghiraukan kritikan yang datang. Kami berpegang teguh pada
argumentasi kami. Sekarang kami menghadapi ajang perdebatan dan kritik. Kami
mencoba membuat mereka mengerti apa yang kita pikirkan dan mencona mengerti
apa yang mereka pikirkan. Selama ini perbedaan itu muncul karena kurang
saling pengertian dari kedua belah pihak. Saya pikir kami harus bekerja
lebih baik lagi dalam menjelaskan apa itu IMF dan mengapa kami melakukan
sesuatu hal di sebuah negara. Di Indonesia, kami mencoba menangkap apa
beberapa LSM coba katakan kepada kami. Saya bicara dengan banyak LSM. Saya
mencoba mengerti dan mencoba menjelaskan.
>
> T: Sejauh ini, apa pendapat Anda terhadap kritik para LSM itu?
> J: Saya lihat mereka lebih kritis di surat kabar dibandingkan bila bertemu
langsung. Lebih banyak saling pengertian bila anda bicara langsung. Saya
sudah bekerja untuk IMF selama 22 tahun dan saya melihat orang-orang di
lembaga ini bekerja keras untuk kebaikan negara yang dibantu. Ada yang
bilang IMF sedang berusaha menjinakan suatu negara. Untuk apa kami melakukan
itu? Saya merasakan sendiri alasan saya bekerja di lembaga ini adalah untuk
membantu negara yang bersangkutan. Tidak ada alasan lain. Banyak teori
konspirasi yang ditujukan kepada kami. Ada yang mengatakan kami antek
Amerika atau perusahaan besar multinasional. Secara pribadi saya rasa semua
itu tidak dasarnya.
>
> T: Tapi bukankah IMF sepaham dengan ide globalisasi dan pasar bebas?
> J: Kami percaya globalisasi akan memberikan keuntungan yang besar,
setidaknya itu dibuktikan di Asia selama 30 tahun. Hal itu disebabkan
terbukanya akses kepada modal. Sekarang, krisis Asia memberitahu kita bahwa
hal itu belum siap untuk terjadi. Kita harus bisa mengatasi permasalah yang
timbul akibat krisis Asia ini. Tapi kami boleh berpikir semuanya akibat
globalisasi dan membuang ide itu begitu saja. Kita semua akan sangat
dirugikan apabila melakukan hal itu.
>
> T: Bagaimana pasar global bisa memberikan kesejahteraan bagi seluruh umat
manusia khususnya bagi negara dunia ketiga seperti Indonesia yang sudah jauh
tertinggal dari negara maju?
> J: Tapi Indonesia tumbuh dengan sangat cepat. Selama 30 tahun dia tumbuh
dengan begitu cepat. Begitu pula dengan negara Asia Barat lainnya. Jadi ada
hal yang baik dalam hal ini. Tapi ada pula kebijakan-kebijakan buruk yang
membuat negara dalam kondisi labil. Dalam kasus Indonesia, IMF menemukan
tingkat kelabilan yang sangat besar. Hal ini tidak perlu terjadi bila sistem
perbankan berjalan benar dan tidak ada KKn dalam pemerintahan. Apabila
hal-hal seperti itu tidak terjadi, maka Indonesia akan berada pada posisi
yang jauh lebih baik dan bisa keluar dari krisis ini secara lebih cepat.
Kondisi sekarang ini adalah akibat serius dari kebijakan-kebijakan keliru
yang diambil sebelum krisis, bukan hanya akibat globalisasi.
>
> T: Melihat kondisi sekarang, apakah Indonesia akan siap mengahadapi pasar
bebas APEC di tahun 2020?
> J: Itu masih lama sekali. Sulit bagi saya memprediksi sejauh itu. tugas
saya adalah melihat kondisi dari satu minggu ke minggu yang lain. Yang saya
lebih pikirkan adalah apa yang akan terjadi 3 bulan ke depan. Anda harus
tahu betapa besarnya potensi yang dipunyai negara ini. Dalam beberapa bulan
terakhir ini fokus masyarakat lebih banyak ditujukan ke masalah politik
daripada masalah ekonomi. Banyak hal telah dicapai di bidang ekonomi tapi
terlupakan. Kalau anda melihat inisiatif Jakarta, pengangkatan hakim ad hoc,
dsb, sebenarnya banyak hal yang telah dicapai. Tapi sedikit sekali yang
muncul di surat kabar. Surat kabar lebih berpikir memuat berita politik.
Padahal tim ekonomi sudah bekerja sangat keras dan mereka harus mendapatkan
apresiasi. Ketika baru mulai, semua orang mengkritik tim ekonomi dan tuan
Kwik. Sekarang setelah kebijakan dapat diimplementasikan, kita tak melihat
penghargaan diberikan oleh suratkabar. Ekonomi sebenarnya sudah ada di jalur
yang benar. Inflasi sangat rendah. Saya tidak tahu. Tapi nampaknya kabar
baik tak bisa dijual di surat kabar.
>
> T: Kurs adalah suatu hal yang penting. Sekarang rupiah menurun tajam.
Apakah ini disebabkan masalah ekonomi atau politik?
> J: Saya pikir masalahnya sentimen pasar. Masalahnya selama sepuluh pekan
terakhir ini tidak ada kepercayaan akan proses recovery. Apa yang perlu
pemerintah lakukan adalah membuat track record yang baik dalam
mengimplementasikan kebijakan yang sudah dibuat. Dari situ para investor
akan kembali dan mendukung rupiah. Saya melihat banyak masalah politik yang
terjadi dari hari ke hari. Ada masalah antar partai dan sebagainya. Dan itu
ikut berpengaruh padahal fundamental ekonomi Indonesia tidaklah buruk.
Pertumbuhan ekonomi trimester pertama mencapai 4%. Sebenarnya kondisi
ekonomi sudah membaik tapi diperburuk oleh masalah politik.
>
> T: Jadi masalah buruknya keadaan ekonomi sekarang bukan karena masalah
ekonomi sendiri tapi karena masalah politik?
> J: Ekonomi sudah berada di jalur yang benar. Saya pikit pemerintah harus
membuat track record soal komitmennya dalam mengimplementasikan program yang
sudah dibuat. Maka sentimen pasar akan kembali.
>
> T: Ketika LoI ditandatangani rupiah tidak juga menguat!
> J: Ada perlambatan. Rupiah berhenti jatuh. Ada ada stabilisasi sejak LoI
ditandatangani. Tapi ini memang bukan hanya masalah penandatanganan LoI. Ini
juga tersangkut keseriusan pemerintah dalam memulihkan ekonomi.
>
> T: Bagaimana anda melihat persoalan keamanan? Kita lihat akhir-akhir ini
terjadi beberapa kali kerusuhan.
> J: Ada ketegangan sosial yang muncul ke permukaan. Kondisi politik
sekarang sangat berbeda dengan dulu. Indonesia sedang menuju demokrasi.
Masalah seperti ini memang akan muncul. Tapi saya pikir hal itu bukan alasan
bagi orang untuk mengatakan kondisi Indonesia tidak stabil. Saya pikir
investor akan kembali secara perlahan atas keyakinan akan dasar kebijakan
ekonomi.
>
> T: Sekarang para investor tampaknya masih menunggu. Sampai kapan?
> J: Saya tidak tahu. Saya pikir pemerintah harus membuat semua orang
mengerti apa sasaran yang ingin dicapainya dalam proses pemulihan ini.
Sekarang masih ada kebingungan soal rencana ekonomi pemerintah. Kami
memplubikasikan LoI. Itu memang sangat teknis. Tapi kami harap banyak yang
mau membacanya dan menjelaskan kepada masyarakat apa yang hendak kita capai.
>
> T: Pelajaran apa yang anda dapat dari pengalaman di Indonesia ini?
> J: Saya di sini selama kurang lebih 7 bulan. Sejauh ini saya mengerti
bahwa Indonesia dalah sebuah negara yang kompleks. Dalam situasi yang
kompleks kita harus hati-hati. Kita harus banyak mendengar. Untuk kondisi
seperti ini saya pikir tidak ada solusi yang bisa kita dapatkan dari buku
petunjuk. Kita harus mengerti situasinya sebelum merekomendasikan sesuatu.
>
> T: Apakah sekarang anda sudah mengerti keadaannya?
> J: Belum. Saya memerlukan beberapa tahun untuk benar-benar mengerti soal
Indonesia. Tapi tentunya sekarang saya lebih banyak mengerti dibandingkan
saat pertama kali saya datang.
> @)--`--,--lemet

----------------------------------------------------------------
Friendship MailingList is provided by PT Centrin Utama
Maintained by   : [EMAIL PROTECTED]
To Post a msg   : Mail to [EMAIL PROTECTED]
To Unsubscribe  : Mail to [EMAIL PROTECTED]
.                 BODY : unsubscribe <Mailing List Name>
For more information, send mail to [EMAIL PROTECTED]
with "HELP" in the BODY of your mail (without quote).
----------------------------------------------------------------

Kirim email ke