Tadabbur 06 : Agar Waktu Tak Menguap
Percuma Senin, 25 September 06 -
oleh : Redaksi
" Time is Money " (Waktu adalah uang)
" Al-waqtu
kas-saif illam-taqtho'hu qatha'aka " (Waktu ibarat pedang, jika kamu tidak
memotongnya, niscaya pedang itu yang akan memotongmu).
" Al-Waqtu
huwal-hayaah " (waktu itu adalah kehidupan itu sendiri). Karenanya ada ungkapan
lain senada: " al-waqtu 'amaar au damaar " (waktu adalah keceriaan atau
kebinasaan).
Betapa banyak ungkapan-ungkapan senada yang mengindikasikan
keberhargaan dan ketinggian nilai waktu bagi kehidupan.
Penting dan
berharganya waktu ditunjukkan Allah swt., sehingga Ia bersumpah dengan masa
(baca: waktu) dalam firman-Nya, "Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar
berada dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
shaleh dan saling menasehati dengan kebenaran dan kesabaran" (Al-'Ashr: 1-3).
Demikian juga dalam ayat-ayat yang lain, Allah swt. bersumpah dengan
beragam waktu dalam sehari semalam, "Wallaili idzaa yaghsya" (demi waktu malam
saat kelam), "wadh-dhuhaa" (demi waktu dhuha), "wal-fajri" (demi waktu fajar)
dan seterusnya.
Secara kontekstual, ayat-ayat Allah swt. di atas
mengisyaratkan dengan jelas tentang kemuliaan dan ketinggian nilai waktu.
Sebagaimana ia juga mengisyaratkan bahwa manusia sangat akrab dengan keburukan
dan malapetaka, karena terlena dari kejapan masa. Juga memberikan pengertian
bahwa tidak ada yang lebih mahal harganya daripada umur yang dikaruniakan pada
manusia.
Penting dan mahalnya harga waktu, juga dijelaskan dalam
teks-teks hadits Rasulullah saw., sebagai sumber kedua setelah Al-Qur'an, antara
lain : " Dua nikmat yang banyak orang rugi di dalamnya, yaitu kesehatan dan
waktu luang " (al-hadits).
" Kedua kaki seorang hamba tidak akan
melangkah pada hari Kiamat sehingga ia ditanya tentang empat perkara, yaitu:
tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia
lewatkan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan, dan
tentang ilmunya untuk apa ia gunakan " (HR. Al-Bazzar dan Ath-Thabrani).
" Pergunakan lima perkara sebelum datang lima perkara: masa mudamu
sebelum masa tua, kekayaanmu sebelum kemiskinan, kesehatanmu sebelum sakit, masa
hidup sebelum engkau mati " (Al-Hadits).
Kesadaran akan penting dan
berharganya waktu tersebut, juga dimiliki para salafuna shalih (pendahulu kita).
Mereka mengungkapkan kesadaran itu dengan kata-kata indah, antara lain: "
Orang mukmin tidak bergerak melangkah kecuali untuk tiga perkara, yaitu:
membekali diri untuk akhirat, atau mencari nafkah untuk hidup, atau sekedar
menikmati hal-hal yang tidak diharamkan ".
" Saya (Umar bin Khathab ra.)
benci melihat orang punya waktu luang tanpa diisi dengan aktivitas berdimensi
ukhrawi, tak pula kegiatan duniawi ".
" Kewajiban lebih banyak dari pada
waktu yang tersedia ".
" Peluang adalah emas, kesibukan adalah
keberkahan, tidak dapat mengatur waktu adalah bencana ".
" Malam dan
siang adalah modal kekayaan orang mukmin. Keuntungannya adalah sorga, sedangkan
kerugiannya adalah neraka".
Sehingga, kita pun dapat meneladani mereka
dengan ungkapan nurani: "Tiada waktu tanpa tilawah dengan al-Qur'an", "Tiada
saat-saat, tanpa aktivitas yang diridhai-Nya", Tiada peluang kecuali
bermanfaat". Itulah ungkapan nurani yang bermuara pada firman Sang Pencipta
nurani: "Maka jika engkau berpeluang (waktu kosong) hendaknya diisi (dengan yang
bermanfaat)" (Al-Insyirah: 7).
Waktu
.. oh waktu
, demikian berharga
engkau. Masa
. Oh masa, tiada berguna penyesalan atas masa lalu.
Ramadhan merupakan salah satu masa dan waktu bagi kehidupan kita.
Bahkan, Islam memandang Ramadhan adalah waktu dan peluang investasi kebajikan
untuk kehidupan akhirat, saat Allah meminta pertanggungjawaban setiap waktu dan
masa yang digunakan manusia. Tak terkecuali.
Investasi yang ditawarkan
bukan sekedar sesuatu yang mendatangkan keuntungan duniawi belaka. Keuntungannya
pun tidak sekedar keuntungan, tetapi keuntungan yang berlipat ganda, untung
dunia dan akhirat.
Sebagai ilustrasi, jika ada seseorang kaya raya
menawarkan kepada Anda modal besar untuk diinvestasikan dalam sebuah bisnis
mulia. Bahkan orang kaya itu memberikan hibah pemberian kepada Anda dan bukan
pinjaman modal. Apa sikap Anda dan bagaimana selayaknya Anda lakukan terhadap
modal besar tersebut? Karena harta modal itu pemberian untuk anda, Anda
bebas bersikap dan memperlakukannya. Tetapi pantaskah Anda berfoya-foya dengan
harta itu? Layakkah Anda mensia-siakan hartanya? Bijakkah Anda ketika Anda hanya
berucap "syukron" (terima kasih), tanpa ada upaya bagaimana agar Anda bisa hidup
wajar dan penuh keceriaan?
Selaku orang bijak dan pandai berterima
kasih, tentunya Anda harus memanfaatkan pemberian orang kaya itu dengan
sebaik-baiknya, yang manfaatnya tidak hanya untuk Anda, kemungkinan besar untuk
orang banyak, juga bermanfaat untuk kehidupan yang berdimensi ukhrawi. Selaku
orang beriman dan beragama, tentunya Anda harus membuat sebuah planning yang
tepat guna, sehingga pemberian orang yang banyak itu dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
Demikian juga halnya di dalam bulan Ramadhan, Allah swt.
dengan syariat-Nya memberikan banyak hadiah berlipat ganda, selama Anda
menjalankan syariat-syariat-Nya di bulan suci ini. Hadiah itu bermuara kepada
'bonus' Allah berupa kebahagiaan lahir batin di dunia dan akhirat, karena
tercapainya diri yang fitrah, bersih dari segala noda, salah, dan dosa.
Karenanya, sangat pantas dan wajar jika kita mampu memanfaatkan
pemberian Allah swt. selama bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Sehingga,
waktu-waktu kita pun selama itu tidak terbuang percuma dan lewat tanpa buah
manis bagi kehidupan kita.
Caranya
.? Buatlah perencanaan yang matang
jauh sebelum Anda memasuki bulan suci Ramadhan kali ini. Ada baiknya, jika Anda
juga melakukan evaluasi terlebih dahulu terhadap waktu-waktu Anda pada bulan
Ramadhan tahun lalu. Setelah itu, baru Anda buat planning Ramadhan tahun ini.
Dalam planning, tentunya diperhatikan hal-hal yang terkait dengan
planning, seperti tujuan, aspek-aspek aktifitas yang mengacu pada dimensi tujuan
yang ditentukan. Kemudian dibuat sistematika pelaksanaan dan evaluasi berkala,
lalu buatlah program yang dapat menunjang capaian tujuan yang ditentukan.
Tujuan : Tujuan akhir dari aktivitas Ramadhan adalah meningkatnya
kepribadian muslim. Acuan kepribadian muslim tersebut adalah mukmin multazim
(komitmen) dengan Islam baik dalam aspek akidah, ibadah, dan muamalah (baca:
orang muttaqin).
Hal-hal yang termasuk dalam aspek akidah seperti:
keyakinan wajibnya shaum, keikhlasan niat dan motivasi, bergembira dan berdo'a,
kesiapan meraih tujuan shaum. Pada aspek ibadah, tujuan antaranya seperti:
memahami hukum-hukum ibadah, memahami etika shaum dan amalan utama serta hikmah
shaum. Sedangkan aspek muamalah diarahkan kepada aktivitas bernuansa moralitas
bergaul, seperti: silaturahim, saling memaafkan, berlapang dada, kebersamaan dan
lainnya.
Dari tujuan akhir dan tujuan antara serta bentuk-bentuk
aktivitas tersebut, kita dapat menentukan berbagai kegiatan dengan beragam
aspeknya (ruhiah, fikriah dan jasadiah). Kegiatan-kegiatan dalam aspek ruhiah,
contohnya: ibadah wajib, nawafil (ibadah sunnah), i'tikaf, tarawih atau
qiyamullail, tilawah Al-Qur'an 1 juz perhari dan lainnya.
Dari aspek
fikriah, seperti: mengikuti kegiatan kuliah shubuh, menentukan bacaan Islam
tertentu, mendatangi ustadz atau orang-orang yang dipercayai kompeten dalam
berkonsultasi dalam bidang-bidang tertentu. Juga menghadiri acara-acara ilmiah,
serta jangan lupa hindari debat dengan orang lain.
Sedangkan aspek
jasadiah, kita dapat membuat program-program yang terukur, seperti: tidak isrof
(berlebihan) dan segala hal, makan sahur yang cukup, makanan halal dan bergizi,
senam ringan 15 menit sehari dan aktifitas positif lainnya.
Keberhasilan
Anda dalam planning merupakan sebagian dari keberhasilan Anda dalam mencapai
cita-cita dan tujuan mulia. Awali usaha Anda dengan tekad, kemauan kuat.
Kemudian, bersihkan hati, ikhlaskan niat. Mulai pembuatan rencana dengan
ungkapan verbal sikap ketundukan kepada Allah swt.,
"Bismillahir-Rahmanir-Rahim".
Secara umum ada 6 tahap mengelola
waktu secara efektif dan efesien :
-
Selalu kembali pada misi hidup : mengerjakan sesuatu dengan
penuh semangat dan menolak mengerjakan hal-hal yang tidak penting, tidak
terkait dengan tujuan hidup.
-
Perhatikan peran kita : harus ada keseimbangan dalam
mengerjakan peran sebagai individu, ibu (istri), ayah (suami), pendidik,
pekerja.
-
Tetapkan tujuan apa yang ingin kita capai tiap pekan :
membantu agar kita tetap fokus untuk mengerjakan hal yang diperlukan untuk
mencapai tujuan hidup.
-
Perencanaan pekanan : membantu kita untuk membuat
prioritas, sekaligus melakukan hal lain (sediakan waktu untuk persiapan dan
perencanaan. Perbaharui jadwal harian dan pekanan).
-
Lakukan dengan integritas : jika sesuatu terjadi di luar
rencana kita, mana yang harus didahulukan? Berpikir sejenak sebelum memberikan
reaksi, selalu kembali pada tujuan hidup.
-
Evaluasi terus belajar untuk mengatur waktu
Jangan lupa senantiasa budayakan bermusyawarah dalam
perencanaan. Benar
, Anda punya kebebasan untuk mewujudkan kepentingan Anda,
tetapi sangat benar orang lain mempunyai kebebasan untuk meraih cita-cita hidup
demi kepentingan dirinya. Karenanya, musyawarah dengan orang di sekitar Anda
merupakan jalan terbaik untuk mewujudkan cita dan impian Anda. Selamat bekerja.
Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani -
IKADI
|